BAB 2

36 4 0
                                    

Pagi ini begitu cerah, setelah selesai sarapan, Jackson langsung keluar hotel diam-diam dengan menyamar. Memakai oversize T shirt hitam, topi hitam, dan celana cargo hitam dibawah lutut, tak lupa juga masker untuk menutupi Sebagian wajahnya. Dia mencoba berjalan kaki keluar melalui pintu samping hotel menyusuri jalan dan taman.

Setelah sekitar 1 jam berjalan, akhirnya dia berhenti di sebuah taman kota yang luas, bersih, dan lumayan sepi. Setelah duduk disalah satu kursi taman, barulah dia menyadari bahwa dia melupakan 3 hal penting yang seharusnya dibawa sebelum pergi keluar hotel.

Pertama, uang. Jackson tidak membawa uang, hanya ponsel yang ternyata tidak bisa digunakan di negara ini.

Kedua, dia lupa arah jalan pulang menuju hotel. Sambil menikmati pemandangan kota yang ramai dan taman yang indah, sepertinya telah berjalan kesana kemari tak tentu arah. Sehingga merasa kesulitan untuk Kembali ke hotel.

Ketiga, rasa haus. Perjalanan yang memakan waktu sekitar satu jam ini telah mengucurkan keringat dan menguras tenaganya. Belum lagi iklim di Indonesia yang begitu berbeda dengan di Hongkong maupun di Seoul. Entah apa yang dipikirkannya hingga sepelupa ini.

"Sh**, karena terlalu bersemangat aku jadi lupa hal-hal sepenting itu" Katanya sambil menepuk kening.

"Bagaimana sekarang? Ke arah mana aku pulang?" Sambil menoleh kesana kemari Jackson mencoba mengingat jalan yang dilaluinya.

Tak lama ada seorang gadis duduk tepat di kursi taman disebelahnya, sedang mencoba merangkai sobekan kertas sambil menangis dan memanggil sebuah nama.

"Jackson... Hiks... Hiks." Mata dan telinga Jackson tiba-tiba saja terbuka lebar melihat dan mendengar namanya dipanggil. Panggilan dan suara yang tidak asing yang selalu hadir dalam mimpinya.

"Jackson... " Sekali lagi dia memanggil namanya sambil terisak kembali berkata dengan bahasanya yang sama sekali tidak mengerti penyanyi itu.

Setelah agak lama mendengarnya terisak, sekarang sudah mulai mereda. Perlahan Jackson mencoba duduk dan mendekatinya.

"Hai... " Ucapnya gugup.

Gadis itu pun tiba-tiba menunduk dan mengusap airmata. Kemudian perlahan menoleh kearahnya.

"Ya?" Tanya gadis itu sambil memaksakan diri untuk tersenyum.

"Apa kamu bisa membantuku?"

"Ya bisa sedikit, Sir." Jawabnya menggunakan bahasa inggris dengan formal.

"Tidak usah Sir, tidak perlu formal. Aku masih muda. Panggil saja aku Jacks.... Jack saja." Seolah tidak ingin diketahui, Jackson mencoba menyingkat nama dan mengurungkan niat untuk mengatakan nama lengkapnya agar tidak mengejutkan gadis itu.

"Ya, ada yang bisa kubantu, Jack?" Tanyanya kembali.

"Aku berharap kau bisa membantuku, boleh aku tahu namamu?" Dengan gugup Jackson mengulurkan tangannya dan menunggu jawaban yang selama ini ditunggu.

Dia sangat berharap kalau gadis di depannya ini adalah gadis itu. Gadis yang selalu mengganggu tidurnya. Gadis yang selalu muncul di dalam mimpinya.

"Anna." Jawab gadis itu menyambut tangan Jackson dan bersalaman singkat.

"Begini Anna, Aku baru tiba di Indonesia beberapa hari lalu, hari ini aku sedang jalan-jalan keluar hotel tapi tersesat. Aku juga tidak bisa menghubungi temanku yang berada di hotel karena ponselku tidak bisa digunakan di negara ini. Apa kamu tahu Hotel CRYSTAL?" Jelas Jackson Panjang lebar gugup sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Jack, apa benar kau berjalan dari Hotel CRYSTAL kesini? Jaraknya 1 jam perjalanan kalau jalan kaki." Jawabnya kaget setelah mengecek melalui aplikasi maps sambil memperlihatkan mapsnya kepada Jackson dan mengganggukkan kepala menjawab pertanyaan yang membuatnya semakin kaget lagi.

My Future WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang