BAB 8

26 2 0
                                    

"Kenapa... Kamu bisa?" Tanya Anna sambil menatap Jackson.

"Bisa apa?" Jackson benar-benar tidak mengerti dengan pertanyaan yang dimaksud.

"bersamaku... " Lanjutnya lagi.

"Kenapa kamu bisa bersamaku jika kamu adalah Artist, terlebih lagi Penyanyi... Kpop. Apa kamu tahu akibatnya padaku jika orang-orang mengetahuinya?" Anna menjelaskan dengan sedikit kesal.

"Anna... " Jackson menggenggam tangannya.

"Jangan kamu pikirkan apa kata orang, pikirkan saja aku." Dia kembali mencoba menenangkannya.

"Kita ini hanya dua orang yang baru kenal, Jack."

"Dan kamu membuatku masuk ke duniamu yang penuh dengan.... " Anna mencoba melanjutkan namun diurungkan.

"Duniaku... Penuh dengan dirimu, Anna."

"Jika perlu, aku akan meninggalkan duniaku demi masuk ke dalam duniamu." Lanjut Jackson. Anna memandang tajam tidak suka dengan jawaban tersebut.

"Kita bukan hanya dua orang yang baru kenal... Aku sudah tahu tentangmu jauh sebelum kita bertemu di taman beberapa hari lalu."

"Apa maksudmu?" Anna terlihat bingung.

"Kamu... Sudah mengusik tidurku sejak setengah tahun lalu, hampir setiap hari aku bermimpi tentangmu. Padahal kita sama sekali belum pernah bertemu." Lanjutnya lagi mencoba menjelaskan hal yang telah terjadi sejak awal memimpikannya.

"Apa kamu yakin, bahwa itu aku?" Tanya Anna.

"Apa kamu sudah memastikannya?" Anna berusaha mencari penjelasan lagi darinya.

"Ada satu hal yang masih belum aku pastikan." Perlahan Jackson mendekati wajah Anna dan mengatakan hal yang ingin dilakukan sejak awal.

"Menciummu." Bisiknya.

Mata Anna terbelalak mendengar jawaban pria itu. Baru saja dia memalingkan wajah karena kaget, tiba-tiba Jackson sudah tertunduk lemas dipundaknya. Anna memanggilnya dengan panik.

"Jack... Jack... " Berkali-kali dipanggil tapi dia tidak menyahut.

"JACKSON." Panggilnya agak keras dan sedikit mengguncangkan pundak agar pria itu terbangun namun nihil.

"Jack... Kamu kenapa?" Dengan bodohnya dia masih bertanya kepada orang yang pingsan. Namun tak lama dari deru nafasnya tercium sedikit bau alkohol.

"Apakah kamu mabuk, Jack?" Lagi-lagi dia bertanya padanya.

Tiba-tiba dari saku celana Jackson terdengar bunyi dering ponsel, Anna bergegas mengambil dan mengangkatnya. Tertulis dilayar ponsel nama Adam yang sedang memanggil. Langsung dijawab olehnya.

"Halo... Apakah ini Adam?" Terdengar suara berisik musik dari backsound penelpon.

"Ya ini Adam, ini siapa?" Tanyanya sedikit tegas.

"Saya Anna."

"Oh Anna, saya tahu tentangmu, dimana Jackson? Aku harus bicara padanya. Dia kabur meninggalkan acara After World Tour Asia Concert Partynya. Sepertinya untuk menemuimu." Jelas Adam.

Akhirnya Anna mengetahui alasan Jackson memakai baju super eksentrik itu meski masih terlihat tampan.

Tapi apa maksudnya dengan Adam tahu mengenai dirinya? Apa yang telah Jackson ceritakan kepada Adam mengenai dirinya? Ingin rasanya dia bertanya tapi diurungkan.

"Maaf, tapi apakah anda bisa menjemput Jackson? Kami berada di Monas. Sepertinya dia mabuk. Sekarang dia pingsan dipundakku. Aku tidak bisa membangunkannya." Jelas Anna panjang lebar agar Adam mengerti.

"Mabuk?! Dasar Jackson... baiklah, kamu tunggu di sana, saya segera berangkat ke Lokasi." Adam langsung mengakhiri panggilannya.

"Aku pasti akan menunggumu, karena aku tidak bisa kemana-mana" Jawab Anna seorang diri sambil tersenyum setelah Adam menutup teleponnya.

Dia menutupi sedikit muka Jack agar tidak ada orang yang melihatnya karena dia membuka masker yang baru saja diberikan agar tidak kesulitan untuk bernafas. Dengan iseng, dia menepuk-nepuk lembut pipi Jackson untuk menghibur dirinya sendiri.

Anna melihat ponsel Jackson yang sekarang masih ada digenggaman, tak sengaja terlihat log panggilan dari ponsel tersebut. Terlihat hanya ada dua kali panggilan yang tersimpan. Yang terakhir dari Adam dan yang pertama Jack menghubungi ke nomor My Future dengan emoji love diujungnya. Membuatnya penasaran, siapa pemilik kontak yang dimaksud? Meski penasaran, Anna tidak berani mengusik privasi Jackson. Dia langsung memasukkan kembali ponsel tersebut ke saku celana pria itu.

***

Adam berjalan cepat menuju pelataran Monas, mencari Jackson di kursi taman yang sebelumnya diinfokan oleh Anna bersama dua bodyguard penyanyi itu.

Terlihat dari jauh, pria muda mirip Jackson yang sedang duduk sambil bersandar di pundak seorang wanita. Tanpa pikir panjang, langsung menghampiri mereka dari belakang.

"Anna?" Tanya Adam pada seorang gadis yang sedang duduk di samping Jackson sedang menepuk-nepuk pipi. Dia kaget melihat orang yang memanggilnya, langsung menghentikan tindakannya.

"Ya." Jawabnya singkat.

"Saya Adam, kita sudah berbicara di telepon tadi." Info Adam yang disambut anggukan kepala darinya.

"Bisa saya bawa Jackson sekarang?" Tanyanya sopan, menghargai Anna yang sudah dengan rela hampir satu jam disandarkan pundaknya oleh kepala Jackson.

"Silahkan... Mohon pelan-pelan." Katanya khawatir.

"Tenang saja, dia akan tertidur pulas hingga pagi jika sedang mabuk. Tolong bawa dia dengan hati-hati." Jawab Adam sambil menyuruh kedua bodyguard Jackson membawanya.

"Mari ikut saya, ada yang ingin saya bicarakan denganmu." Ajaknya kepada Anna.

Ada hal yang harus segera diluruskan dari permasalahan ini demi karier Jackson. Anna langsung mengangguk dan mengikutinya berjalan menuju mobil dari samping.

Kedua bodyguard Jackson duduk di kursi depan, sedangkan Jackson ditidurkan di kursi belakang. Adam dan Anna duduk di kursi tengah. Saat mobil sudah melaju menuju Club, Adam mulai membuka percakapan.

"Anna... Saya ingin bertanya sesuatu. Apakah kamu tahu siapa Jackson?" Tanya Adam pelan agar dia mengerti pertanyaan yang dimaksud. Terlihat Anna mengangguk memahami.

"Ya, dia baru saja menceritakannya tadi, namun belum selesai berbicara, tiba-tiba dia sudah pingsan."

"Oke, apakah Saya perlu menjelaskan kembali mengenai siapa Jackson padamu?" Mungkin Anna butuh penjelasan yang lebih banyak dan jelas mengenai Jackson. Namun dia menggelengkan kepalanya.

"Tidak perlu, Saya tidak membutuhkannya. Mungkin memang akan banyak hal yang ingin ditanyakan mengenai dirinya. Tapi, saya rasa itu tidak perlu. Kami bukan siapa-siapa. Hanya dua orang yang baru saling kenal beberapa hari." Jelasnya tegas.

"Berarti kamu sudah tahu arah pembicaraan kita saat ini?" Tanya Adam berharap dia sudah mengerti tanpa harus dijelaskan kembali, mengingat dia sudah mengatakan apa yang ingin didengar oleh Adam selaku manajer Jackson. Sekali lagi Anna menganggukan kepalanya.

"Saya tahu... dan mengerti... Ini demi karier Jackson." Jawab gadis itu mengakhiri pembicarakan mereka, tak lupa Adam mengucapkan terima kasih atas pengertiannya.

Sesuai arahannya, Adam menurunkannya dipinggir jalan dekat taman agar dia bisa pulang ke rumah tanpa gangguan. Sebelum keluar mobil, Anna melirik Jackson yang sedang tertidur pulas di kursi belakang sambil tersenyum tipis.

----------

Cerita ini sudah tamat loh di KaryaKarsa dengan judul sama.

Cari nama akun @wingz35 atau judul karya My Future Wife

Boleh banget nih diklikgambar bintang di kiri bawah sebagai bentuk apresiasi... makasih 😊🙏

My Future WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang