"Baiklah, kalau begitu Aku akan mengganti semua furnitureku di LA dan Seoul, aku juga akan mengganti tempat tidurku disini.... Untukmu, Bagaimana?" Terlihat Anna membelalakkan matanya karena terkejut dengan jawaban tak terduga tersebut.
Memang tidak bisa dipungkiri, Jackson lama tinggal di LA dalam pembuatan Album barunya saat ini. Banyak party dan partner yang menawarkan diri kepadanya yang tidak mudah dia tolak saat itu.
Tapi seharusnya itu adalah perbuatan wajar, kan? Bahkan statusnya masih single saat itu. Itu semua sudah berlalu lama sekali, kenapa sekarang harus dibahas kembali dan terlihat seolah-olah Jackson melakukan kesalahan besar?
"Terserah kamu saja." Jawab Anna datar. Kemudian dengan cepat dia duduk di sofa hijau di ruang santai.
"Kalau begitu aku tidur disini saja malam ini." Katanya masih datar sambil berpura-pura membersihkan sofa dengan kibasan tangannya. Jackson pun ikut duduk disampingnya.
"Anna... Aku tidak mungkin membiarkanmu tidur disini malam ini, kamu tetap harus tidur di kamarku dan aku tidur disin... " Belum selesai pria itu berbicara, Anna dengan cepat memotong.
"TIDAK!" Serunya singkat agak keras dengan sedikit kesal. Jackson hanya bisa menghela nafas.
"Baiklah... kalau begitu aku akan mengambilkan bantal dan selimut dari dalam kamar agar bisa kamu gunakan untuk tidur." Jawab pria itu pasrah sambil beranjak dari sofa menuju kamar. Namun langkahnya terhenti saat Anna menjawab.
"Tidak usah, aku tidak mau pakai semua perlengkapan tidurmu dari kamar itu. Biarkan aku pakai bantal cushion ini saja." Jawab Anna Masih datar. Jackson hanya bisa menghela nafas melihat sikap keras kepala kekasihnya tersebut.
"Terserah kamu saja." Dia pergi ke kamar meninggalkan Anna seorang diri di ruang santai, mencoba menahan amarah yang sedikit tersulut akibat sikap keras kepalanya.
'Aku tidak tahu dia akan sekeras kepala itu.' Pikir Jackson dalam hati.
Beberapa kali dia mengintip Anna dari balik pintu kamar. Dengan santai, Anna yang sudah berganti baju dengan piyama mencari posisi tidur yang nyaman untuk dirinya.
Tak lama setelah selesai mandi, Jackson mencoba melihatnya lagi dari balik pintu. Ternyata Anna sudah tidur dengan memeluk cushion. Dia menghampiri dan memandangi wajah tidurnya yang begitu polos sambil tersenyum. Diam-diam menggendongnya ke dalam kamar agar tidurnya lebih nyaman.
***
"Jaacccckkk.... " Anna tiba-tiba berteriak memanggil Jackson dari dalam kamar, Jackson yang semula masih terlelap di sofa hijau yang sebelumnya ditiduri Anna langsung bangun dan masuk ke dalam kamar untuk menghampirinya.
"Ada apa, Anna?" Tanyanya buru-buru karena berlari dari ruang santai menuju kamar tidur. Takut terjadi sesuatu kepadanya.
"Kenapa aku tidur dikasurmu? Aku tidak mau." Jawab Anna merengek hampir menangis. Dia menendang dan menyingkirkan selimut dengan kedua kakinya.
"Aku tidak mau memakai kasur yang sama dengan gadis-gadismu... Kenapa kamu menyamakan aku dengan mereka? Aku tidak suka. Keluarkan aku dari sini!" Anna mulai menangis sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
'Seserius itukah rasa bencimu, Anna?' dengan sedih Jackson memikirkan kembali segala perbuatannya di masa lalu.
Dia tidak bisa menyalahkannya begitu saja, karena itu semua memang perbuatan buruknya. Jackson masih menatap Anna yang sedang menangis, membuat dadanya menjadi sesak."Anna... Maafkan aku. Kemarilah... Peluk aku, aku akan menggendongmu keluar." Anna mengusap kedua matanya yang masih dialiri sedikit air mata dan mengalungkan kedua tangannya ke leher Jackson.
Dia langsung menggendongnya ala bridal style menuju ruang santai dan mendudukkannya di sofa lalu mencoba membantu membersihkan pipi gadis itu dari air mata. Anna sudah sedikit tenang sekarang, tapi dengan mata yang sedikit bengkak.
Jackson mengusap kepalanya lembut saat mereka sudah duduk bersebelahan dengan Anna duduk bersandar di dada dalam diam dan membelakanginya masih kesal.
"Kamu masih ingin tidur lagi, Anna?" Tanya Jackson berusaha lembut. Anna hanya menjawab dengan menggelengkan kepala tanpa menoleh.
"Kalau begitu, boleh aku jujur padamu?" Tanyanya yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Anna masih tidak melihatnya.
"Kamu adalah wanita pertama yang masuk ke apartemenku di Hongkong." Bisiknya pelan. Tiba-tiba Anna duduk tegak menoleh dan menatap Jackson tajam.
"Apa maksudmu?" Tanyanya.
"Aku tidak pernah membawa wanita manapun ke apartemen ini... Itu tidak mungkin terjadi." Jelas Jackson. Anna masih terlihat bingung.
"Kenapa bisa seperti itu?"
"Ma mengatakan kepadaku, apartemenku harus tetap 'bersih' hingga aku menikah." Terlihat wajah Anna sudah berubah memerah setelah mendengar jawaban pria itu.
"Lalu mengapa kamu tidak menurutinya di dua apartemenmu yang lain?" Tanya Anna penasaran, sudah berbalik dan duduk menghadapnya.
"Serius Anna?!... Kalau kita bahas ini lagi, kamu akan marah lagi padaku. Bisakah kita tidak membahas masa lalu lagi? Aku pun sudah berjanji padamu untuk mengganti semua furnitureku untukmu. Tak bisakah kamu memaafkan kekhilafanku di masa lalu, honey?" Wajah Anna semakin memerah ketika mendapat panggilan sayang dari Jackson. Honey.
"Baiklah." Jawabnya setelah agak lama.
"Apa kamu masih marah padaku?" Anna hanya menggeleng masih menatapnya. Jackson tersenyum senang melihatnya.
Dia berpindah posisi dari yang sebelumnya duduk disebelah, sekarang duduk di lantai berhadapan dengannya. Anna bingung dengan perpindahan mendadak tersebut.
"Anna... honey..." Sambil memegang kedua tangannya, Jackson memulai pembicaraan serius dengannya. Dia melihat wajah Anna lekat yang ternyata masih memerah.
"Aku minta maaf atas segala perbuatan burukku di masa lalu, sekarang, dan masa depan... Aku ingin membahagiakanmu dan mencintaimu dari lubuk hatiku yang paling dalam. Tidak akan ada wanita lain dalam hidupku, kecuali Ma... Yang akan mampu menggantikanmu. Tetaplah berada disampingku, akan kuhapus semua luka, semua sedih, semua amarah yang ada dalam dirimu... Akan kuberi setiap hari kesenangan, kesetiaan, cinta, dan kasih sayang padamu. Semua milikku akan menjadi milikmu... Tanpa syarat."
Dengan gerak cepat, Jackson mengeluarkan kotak cincin dari dalam saku yang telah disiapkan sejak tadi malam. Cincin bermatakan biru safir yang telah lama dia simpan dan menunggu waktu yang tepat untuk melamarnya.
"Anna... Maukah kamu menikah denganku?" Anna terharu dengan lamaran tersebut, air mata yang berada di pinggir matanya seperti ingin keluar.
"Apa kamu yakin, Jack? Dengan semua janjimu?" Tanyanya mencoba menahan tangisnya. Jackson mengangguk pelan sambil menatapnya hangat.
"Aku yakin... seyakin aku mencintaimu."
Kemudian dia mengangguk dan memberikan jawaban.
"Ya... Jack... Aku mau." Jawabnya sambil menyodorkan jari manisnya. Cincin dengan permata safir tersebut langsung dipasangkan di jarinya.
Jackson memeluknya erat. Terdengar Anna mulai terisak tidak kuat menahan air matanya yang sejak tadi telah berusaha untuk keluar, namun kali ini pria itu yakin, ini tangisan bahagia. Kembali dia usap kepala Anna dengan lembut.
"Terima kasih karena sudah menerimaku, honey."
----------
Cerita ini sudah tamat loh di KaryaKarsa dengan judul sama.
Cari nama akun @wingz35 atau judul karya My Future Wife
Boleh banget nihdiklik gambar bintang di kiri bawah sebagai bentuk apresiasi... makasih 😊🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
My Future Wife
FanfictionPernahkah kamu bermimpi? Memimpikan orang yang sama beberapa kali yang bahkan kamu sama sekali belum pernah bertemu dengannya? Jackson mengalaminya. Dia bermimpi bertemu dengan gadis dalam sebuah adegan sama berulang di setiap mimpinya. Apakah ini y...