Chapter 18

797 57 5
                                    

Jeno yang tidak sempat mengejar Winter di caffe, akhirnya memutuskan untuk langsung pergi menuju apartemen sang omega. Kini di depan pintu, Jeno ragu apakah harus mengetuk atau langsung masuk seperti biasa. Sepasang kekasih itu memang saling mengetahui pin apartemen masing-masing.

Jeno masukkan 6 digit nomor untuk membuka pintu apartemen itu. Ia langkahkan kakinya masuk dan ia arahkan pandangannya ke sekeliling ruangan, mencari keberadaan kekasihnya. Jeno berjalan perlahan ke arah kamar Winter, karena ia yakin bahwa kekasihnya sedang berada di dalam kamar.

Setelah pintu kamar terbuka, dapat Jeno lihat Winter yang meringkuk di atas ranjang. Menyandarkan tubuhnya di headboard, dan tangannya memeluk kakinya sendiri. Winter tampak melamun, entah apa yang dipikirkannya saat ini.

"Winter.." Panggil Jeno ragu. Ia dekatkan dirinya menuju ranjang sang kekasih.

"Aku bisa jelasin." Lanjut Jeno sambil duduk di pinggir ranjang, mencoba menggapai kekasihnya yang enggan menatapnya.

"Ayo kita akhiri hubungan ini." Akhirnya Winter angkat bicara. Namun wajahnya tetap menatap lurus ke depan, tidak menghiraukan sang alpha yang duduk di sampingnya.

"No, kamu ngomong apa? Aku bisa jelasin semuanya." Bujuk Jeno.

"Tidak ada yang perlu kakak jelasin, aku udah tau semuanya." Kali ini Winter menoleh menatap lekat sang kekasih. Butir bening air matanyaput ikut mengalir di wajah sembabnya.

Flashback Winter

Winter sedang berdiri di parkiraan, menunggu sang kekasih yang katanya mau mangambil barang yang ketinggalan di kelas. Dari Jauh, omega cantik itu melihat Renjun dan Haechan yang dengan tergesa seperti akan menuju ke arahnya. Dengan tatapan kebingungannya, Winter hanya mengikuti pandangannya ke dua omega yang sedang berjalan ke arahnya.

Dapat Winter lihat ekspresi Renjun yang penuh amarah, sedangkan Haechan yang seperti ingin mencegah Renjun mengahmpirinya dengan menarik tangan omega kecil itu ke arah sebaliknya.

"Dimana alpha brengsek itu?" Pertanyaan itu langsung terucap dari mulut sarkas Renjun sasaat setelah dia sampai di hadapan Winter.

"Maksud kamu siapa?" Tanya Winter hati-hati, karena cukup takut dengan aura Renjun saat ini.

"Jeno pacar lo, dimana si brengsek itu?" Renjun semakin meninggikan suaranya.

"Atas dasar apa kamu ngatain Jeno kayak gitu? Kamu itu gk tau apa-apa tentang dia." Bela Winter tak terima sang kekasih di cap sebagai alpha brengsek oleh omega yang tidak dia kenal. Mengapa Renjun seenaknya berbicara seperti itu soal kekasihnya. Winter tau benar bahwa Jeno adalah alpha yang baik, bukan alpha brengsek seperti yang dituduhkan omega kecil di depannya itu.

Renjun tidak bisa menahan tawanya di depan Winter, bahkan setetes air matanya ikut keluar karena terlalu geli menahan tawanya. Renjun hanya merasa lucu dengan omega cantik di depannya. Bukan Renjun yang tidak tahu apapun, tapi Winter lah yang tidak tahu kebohongan sang kekasih. Haruskah Renjun merasa kasihan dengan Winter.

"Gue lebih tahu sebrengsek apa pacar lo. Di sini yang cuman ngang ngong gk tau apa-apa itu lo doang." Jelas Renjun dengan omongan kasarnya, yang tentu membuat Winter sakit hati meskipun tidak tau maksud perkataan Renjun.

"Apa maksud kamu?" Winter meminta penjelasan. Ia sungguh tidak dapat memahami semua kalimat yang keluar dari bibir omega kecil itu.

"Harusnya pacar lo sendiri yang kasih tau. Tapi karena gue baik, jadi gue aja yang kasih tau." Ucapan Renjun terjeda dengan rengekan Haechan yang masih menahannya agar tidak berbicara sembarangan. Tapi itu tidak akan membuat Renjun membatalkan niatnya untuk mengatakan yang sebenarnya kepada omega cantik yang sudah dibohongi oleh kekasihnya itu.

"Pacar lo itu udh punya mate. Dan lo tau siapa matenya? Temen Gue. Omega yang pernah nolongin lo waktu heat. Omega yang udah ngerelain kehormatannya demi alpha brengsek yang lebih milih pacar dari pada matenya. Omega yang selalu ngehargain perasaan lo tanpa meduliin perasaan dia sendiri." Dan benar, Renjun kelepasan tidak dapat menahan emosinya. Ia luapkan semua amarahnya kepada Winter yang notabennya dia juga korban karena tidak mengetahui apapun.

"Njun udah, ayo kita pergi." Haechan yang masih terus berusaha membujuk Renjun agar mau menyudahi perkataannya. Meskipun ia terlambat, karena Renjun sudah mengatakan semuanya kepada Winter. Yang harus ia lakukan saat ini hanyalah menyeret Renjun pergi sekarang juga, sebelum masalahnya bertambah runyam.

"Kalo lo masih punya hati, harusnya lo putusin pacar brengsek lo itu." Ucap Renjun dengan sedikit berteriak karena dirinya kini sudah diseret Haechan untuk menjauh. Padahal Renjun belum keturutan untuk memukul wajah si alpha brengsek Jeno. Tapi karena telah meluapkan semuanya kepada Winter, ia merasa cukup legah. Kalau bukan Jeno, setidaknya ia berharap Winter lebih waras untuk menyikapi kelanjutan hubungan mereka.

Winter masih terdiam mencerna semua kalimat yang diucapkan oleh Renjun. Kini semuanya menjadi lebih jelas. Bau feromon yang ia cium di apartemen Jeno tempo hari adalah bau feromon Jaemin. Perkataan Haechan tentang Jeno tadi juga benar, bahwa bau feromon yang ada di tubuh Jaemin adalah feromon Jeno.

Omega cantik itu masih memutar otaknya, mengingat kembali sikap Jeno kepadanya belakangan ini. Pantas saja ia lebih sering melihat Jeno melamun saat bersamanya. Tatapan Jeno tidak sehangat hari-hari lalu, senyumnya tidak lagi setulus yang dulu. Meskipun raganya bersama dengan Winter, namun jiwanya pergi entah kemana.

Lamunan Winter tersadarkan dengan eksistensi Jeno yang memanggil namanya. Ia perhatikan sosok alpha di depannya. Semua yang ada pada diri Jeno masih menjadi candu untuknya. Sanggupkah dia melepas Jeno semudah itu?. Dirinya ingin sedikit egois, dan lebih lama bersama sang kekasih.

Saat bertemu dengan Jaehyun dan Jaemin di caffe itu, Winter sengaja meminjam jaket Jeno untuk dipakai di badannya. Entah kenapa saat melihat Jaemin, ia ingin menunjukkan bahwa Jeno masih menjadi milikinya. Bahwa dia yang masih menjadi pemenang di hati jeno, bukan Jaemin.

Namun Winter seketika tersadar saat tatapan Jeno hanya mengarah kepada omega di sampingnya. Seakan eksistensi dirinya tidak dianggap ada oleh sang kekasih. Apakah sudah sejauh itu hubungan mereka di belakangnya. Sehingga kini membuat Jeno lebih memilih menatap omega yang baru ia temui beberapa minggu yang lalu, daripada menatap kekasihnya sendiri.

Setelah mendengar pertengkaran Jeno dan Jaemin di toilet, Winter semakin memikirkan banyak hal. Sepertinya posisinya di hati Jeno kini sudah terganti oleh Jaemin. Jeno sudah terikat dengan Jaemin, bukan hanya fisiknya, namun juga hatinya. Di mata Jeno, dapat Winter lihat cinta yang menggebu, amarah, dan rasa cemburu bercampur jadi satu saat Jeno menatap Jaemin.

Takdir cukup lucu mempermainkan hidupnya. Ternyata Winter sendiri yang memberikan jalan kepada sang kekasih untuk bertemu takdirnya. Andai Winter tidak bertemu Jaemin saat itu, apakah dia bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengan Jeno?.

Flashback off

"Maafin kakak." Hanya kalimat itu yang dapat terucap dari mulut Jeno setelah Winter menceritakan semuanya.

Bahkan kini Winter benci melihat tatapan Jeno yang seakan merasa iba padanya. Tidak ada lagi tatapan dengan penuh cinta yang biasa ia lihat sebelumnya. Sepertinya Winter memang tidak bisa kembali masuk ke dalam hati sang kekasih. Karena seluruh hati Jeno kini hanya ada Jaemin, omeganya.

"Bukannya kakak mau nyembunyiin ini dari kamu, kakak cuman gk siap pisah sama kamu." Ucap Jeno lagi. Kali ini ia dekatkat dirinya untuk membawa sang kekasih ke dalam pelukannya.

"Kak Jeno yang aku kenal adalah orang yang sangat baik dan lembut. Aku memang sakit dan kecewa, tapi dia lebih sakit kak. Aku akan ngelepasin kakak, tolong jangan jadi cowok brengsek seperti yang mereka bilang. ya" Winter memilih menyerah terhadap hubungannya dengan Jeno. Sekeras apapun dia berusaha mempertahankan Jeno, semuanya hanya sia-sia. Karena hati sang alpha tidak lagi untuknya.

Jeno semakin mengeratkan pelukannya di tubuh Winter. Meskipun bukan rasa cinta, namun rasa sayang itu selalu ada untuk omega cantik yang sudah hampir 2 tahun menemani kesehariannya.

Winter sudah berani mengambil keputusan untuk melepas sang kekasih. Lalu bagaimana dengan Jeno? Sampai kapan ia akan menyimpan ketakutannya sendiri. Apakah harus menunggu lebih lama lagi untuk menunjukan keberaniannya menerima jaemin sebagai takdirnya?.

***


He Is My Alpha (Nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang