Chapter 13 (21+)

1.3K 47 0
                                    

Di apartement yang sunyi itu, seorang alpha sedang mengeluh sendirian meratapi keadaannya. Pasalanya Jeno sudah rut selama 7 hari, dan tidak kunjung selesai. Biasanya ia hanya menghabiskan siklus rut hanya berkisar 4-5 hari. Ditambah lagi supresant yang dapat meredahkan rasa sakitnya itu telah habis.

Ia kini meringkuk di lantai, bersandar di sofa ruang tamunya. Berharap ada sisa-sisa bau feromon Jaemin yang pernah tertinggal. Namun sudah pasti harapan itu hanya sia-sia. 7 hari telah berlalu, tentu saja bau feromon itu tidak dapat terendus oleh hidungnya lagi.

Dalam pikirannya yang kalut karena menahan rasa sakitnya, Jeno meraih ponselnya di meja dan segera mencari nama kontak seseorang. Terkhir ia tekan tombol call dan mendekatkan ponselnya ke telinga. Menunggu dering nada hubung yang cukup lama, sampai orang di sebrang sana akhirnya mengangkat telfonnya.

"Mark, lo bisa ke sini gk? Beliin gue supresant. Stok gue udah abis" To the point Jeno meminta bantuan kepada Mark sahabatnya.

"Woy Jen, rut lo belom kelar juga?"

"Belom. Mending lo cepet ke sini. Gue udah gk tahan, sakit banget anj*ng." Jeno bukannya mengatai Mark Anjing, dia hanya mengekspresikan kesakitannya.

"Gk bisa sekarang. Lo lupa hari ini ada kelasnya pak botak? Mana 4 SKS, kalo gue bolos lagi bisa-bisa auto ngulang." Jelas Mark dari sebrang sana.

"Nanti sorean deh gue ke sana," Lanjutnya

"Gue mana bisa nahan sampai sore." Jeno memelas.

"Bisa, Lo salurin tuh nafsu, jangan ditahan"

"Maksudnya?"

"Pakek tanya maksud lagi, coli anjir, kayak gk pernah coli aja lo kalo lagi rut."

Jawaban Mark membungkam Jeno. Bagaimana Jeno tidak memikirkan hal mudah seperti itu. Bahkan Jeno juga biasa melakukannya saat rut. Tapi kenapa saat ini dia malah tidak memikirkannya.

Setelah rut hari pertaamanya dia dibantu oleh Jaemin, tentu saja Jeno sangat puas dan tenang. Ia tidak perlu menahan sakit yang berarti. Hari-hari selanjutnya dia dibantu dengan feromon Jaemin yang masih manguar di ruang tamunya. Selain itu Jeno juga rutin minum supresant untuk menekan rasa sakitnya.

Namun saat supresantnya telah hais, dan dia tidak dapat lagi menyium sisa-sisa feromon Jaemin, Jeno cukup kalut. Seketika dia lupa bagaimana caranya melewati siklus rutnya selama ini.

"Lo mikir apaan sih? Udh ya gue tutup. Tunggu aja nanti sore." Sambungan terputus dari pihak Mark karena tidak kunjung mendapat jawaban dari Jeno.

Jeno langsung melemparkan ponselnya ke sofa dan berlari menuju kamar mandi. Benar sekali, ia akan melakukan manstrubasi agar dapat meredakan rasa sakitnya.

Segera Jeno lepas semua pakaiannya, dan berdiri di bawah sower. Badannya yang terasa panas itu ia biarkan terguyur dengan air sower yang terus mengalir. Ia pandangkan wajahnya ke bawah, melihat penisnya yang mulai tegang. Sempat berpikir, mengapa dia harus melakukannya sendiri saat dirinya memiliki omega. Salah Jeno sendiri kan? kenapa dia terus denial dan tidak mau mengakui Jaemin sebagai omeganya.

Perlahan tangan berurat itu menggenggam penisnya sendiri. Memberikan kocokan lembut dengan ritme yang sangat pelan.

"Ahh, Jaemm." Kepalanya mendongak menahan nikmat, sedang mulutnya terus mengucapkan nama omega yang belakangan terus menghantui pikirannya itu.

Jeno menjadikan Jaemin sebagai bahan manstrubasinya agar dapat merasakan nikmat yang lebih. Ia terus gerakkan tangannya naik turun lebih cepat. Jeno bayangkan tangan lembut Jaemin yang sedang mengurut penisnya saat ini. Sangat lembut, pikirnya.

He Is My Alpha (Nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang