Chapter 15

839 58 1
                                    

Jaemin berlari di tengah gelapnya malam, menghindari kejaran dari sosok alpha yang dia kenal. Bukannnya takut sang alpha akan berbuat jahat kepadanya, karena tidak mungkin kakak sepupunya itu akan mencelakainya. Hanya saja Jaemin takut untuk menjelaskan situasi yang terjadi saat ini. Jaemin masih belum ingin memberitahukan masalahnya dengan Jeno kepada siapapun. Setidaknya sampai hubungan dengan matenya itu memiliki titik terang, barulah Jaemin akan memberitahukan kepada orang-orang terdekatnya.

Tangan Jaemin tertarik dari belakang, dan sontak membuat tubuh Jaeminpun ikut tertarik, berbalik menghadap alpha yang menariknya. Keduanya terengah, mengatur nafas yang telah kacau saat bermain kejar-kejaran. Belum juga Jaemin pergi jauh dari lingkungan apartement Jeno, tapi dirinya sudah tertangkap. Entahlah, apa yang harus Jaemin jelaskan setelah ini.

"Na!" Mark masih menggenggam tangan Jaemin kuat, takut sang adik akan kembali lari menghindarinya.

"Kamu kenapa lari sih? Kakak capek tau gk manggil-manggil kamu dari tadi." Lanjut Mark sambil menatap Jaemin yang masih menunduk.

"Maaf kak, aku cuman lagi buru-buru. Aku harus pergi sekarang." Jawab Jaemin. tangannya berusaha ia lepaskan dari genggaman tangan Mark, namun tidak bisa. Mark masih memegang tangan kecil itu dengan cukup kuat.

"Kakak anter." Mark menarik tangan Jaemin dan membawnaya ke parkiran apartemen Jeno.

Jaemin sempat menolak tawaran kakak sepupunya itu, namun Mark tetap saja memaksa untuk mengantarkan Jaemin pulang ke rumah. Seberapapun usaha Jaemin melepaskan tangan yang Mark genggam, dia tidak bisa melepasnya. Akhirnya Jaemin pun pasrah dan mengikuti langkah kaki Mark membawanya pergi.

"Kakak gk akan tanya apapun soal kamu dan Jeno, karena mungkin itu privasi kalian. Kak Mark cuman khawatir aja kalo kamu pulang sendirian. Jadi mau ya kakak anterin?" Mark memberi penjelasan kepada Jaemin yang dari tadi terus diam. Sepertinya ia tahu apa yang dikhawatirkan oleh adiknya itu. Jaemin pasti memiliki alasan untuk tidak memberitahukan masalahnya, dan Mark menghargai itu.

Jaemin masih diam dan hanya mengangguk membalas ajakan Mark untuk pulang bersama. Setelah mendapat persetujuan Jaemin, Mark langsung memakaikan helm ke kepala adiknya, lalu kepalanya sendiri. Mark naiki motor kesayangan yang selalu setia menemaninya kemanapun itu, disusul dengan Jaemin yang naik di jok belakang.

Motor yang Mark kendarai melaju cepat membelah malam yang dingin. Selama perjalanan, tidak ada satupun kata yang terucap dari bibir keduanya. Mark yang memilih untuk memberikan Jaemin ruang. Dan Jaemin sendiri yang masih bergelut dengan pikirannya.

Kini Mark sudah mengetahui Jaemin yang memiliki hubungan dengan Jeno, meskipun Mark tidak tau pasti hubungan seperti apa yang terjadi diantara keduanya. Jaemin terus berpikir apakah dia harus mengatakan semuanya kepada Mark atau tidak. Masalahnya, Jaemin belum sepakat dengan Jeno untuk memberitahu orang lain tentang hubungannya. Namun jika Jaemin tidak mengatakan apapun, dirinya takut kakak sepupunya itu akan memiliki prasangka padanya.

Motor Mark kini telah berhenti di depan gerbang rumah mewah keluarga Na. Jangan lupakan ayah Jaemin yang seorang pengusaha, dan ibunya seorang desainer. Tentu saja mereka dari keluarga kalangan atas. Jaemin turun dari motor Mark, dan melepaskan Helmnya.

"Kalo kamu ada apa-apa jangan ragu untuk cerita ke kakak ya." Ucap Mark sambil mengambil helm yang di berikan Jaemin. Ia lihat Jaeminnya yang masih tertunduk, dan hanya membalas semua perkataan Mark dengan anggukan.

"Kakak gk akan maksa kamu cerita, tapi kakak mau kamu jawab satu pertanyaan kakak." Kali ini perkataan Mark berhasil membuat wajah Jaemin beralih menghadapnya. Dan Mark cukup senang dengan respon Jaemin, karena sang adik tidak lagi menunduk menghindari tatapannya.

He Is My Alpha (Nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang