Chapter 28

929 49 0
                                    

Sebuah caffe minimalis dengan nuansa yang aesthetic terlihat mulai sepi oleh pengunjung. Waktu telah menunjukkan pukul 11 malam yang menandakan caffe tersebut sudah waktunya untuk tutup. Namun hal tersebut tidak menjadi alasan sepasang mate yang tengah berbagi momen romantis itu untuk segera beranjakan pergi dari dream caffe.

Krincing

Keduanya sontak menoleh saat mendenger suara lonceng yang berbunyi ketika pintu dibuka. Tentu saja mereka cukup terkejut, karena jika tidak salah mengingat, chenle sudah membalik tanda open di pintu menjadi tanda bertulisan close. Yang berarti caffe sudah tutup dan seharusnya tidak ada pengunjung yang bisa datang.

"Woy Jie!" Sang pengunjung yang tak diundang itu dengan santainya berjalan mendekati sepasang mate yang masih mempertanyakan kedatangannya.

"Asik banget keliatannya ngebucin mulu. Udah malem gini emang gk dimarahin bonyok le?" Tanpa persetujuan keduanya, Mark langsung mendudukkan dirinya di hadapan Jisung dan Chenle. Menyela diantara pembicaraan keduanya.

"Udah biasa lah kak aku nunggu sampai caffe tutup." Balas sang omega dengan nada bicara yang terlihat santai. Pada dasarnya Chenle memang orang yang friendly, dan mudah akrab dengan siapapun termasuk dengan kakak sepupu alphanya.

"Hati hati aja, Jisung meskipun polos sebenernya sangean." Mark terkekeh melihat ekspresi sang adik yang ia goda. Ditambah Chenle yang ikut tertawa bersama Mark, membuat air muka Jisung menjadi masam karena malu.

"Mana ada nyali dia kak, sampai sekarang aja kita belum marking. Katanya sih gk sanggup liat aku kesakitan. Padahal paling cuman alasan aja itu, aslinya pasti dia gk tau caranya."

Mark semakin terbahak bahak mendengar penuturan mate sang adik. Sungguh Chenle orang yang sangat asik untuk diajak mengobrol. Beda dengan Jisung yang masih terlalu kaku dengan beberapa candaan.

"Hahaha, Jie, kemampuan lo dipertanyakan tuh." Kali ini upcapan Mark tertuju pada Jisung. Tidak lupa Mark menoel lengan Jisung menggunakan genggaman tangannya.

"Apaan, gue tau caranya ya. Cuman emang belum saatnya aja." Bela Jisung untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari argumen mate dan kakak sepupunya.

"Nunggu lama mah buat apa? Kalian kan udah mate, marking emang perlu dilakuin supaya ikatan kalian bisa semakin kuat." Jelas Mark memberi pengertian pada sang adik. Tidak sepenuhnya ingin menggoda Jisung, karena perkataan Mark memang benar.

Apalagi melihat hubungan keduanya yang terjalin dengan sangat baik. Lalu mengapa harus menunda hanya untuk melakukan marking. Bukannya dengan melakukan marking hubungan mereka akan semakin kuat karena bisa merasakan perasaan satu sama lain.

"Iya deh suhu, yang baru pertama kali ketemu matenya langsung marking, padahal mah belom bisa deket sama omeganya" Jisung tidak mau kalah untuk membalas candaan Mark terhadap dirinya.

"Yang penting mah diikat dulu, baru nih gue perjuangin." Mark berucap santai. Padahal dalam hati kecilnya dia cukup prihatin dengan hubungannya sendiri.

Perkataan Jisung memang benar, ia terlalu cepat melakukan marking kepada Haechan tanpa persetujuannya dan membuat sang omega semakin membencinya. Namun sungguh Mark tidak pernah menyesal, karena jika ia tidak melakukannya, maka Haechan akan semakin jauh darinya. Mengejar sang omega setelah marking saja susah, padahal mereka dapat merasakan perasaan satu sama lain.

"Btw Haechan belom selesai? Kok daritadi gk keliatan."

"Kayaknya masih di ruang ganti, bentar lagi juga keluar."

Benar sekali, sudah 2 minggu Haechan bekerja part time di caffe milik Chenle. Melalui perantara Jaemin dan Jisung ia diperkenalkan dengan Chenle dan untungnya Chenle bisa menerima Haechan di caffe miliknya.

He Is My Alpha (Nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang