Chapter 23

899 54 7
                                    

Jaemin teremenung di atas ranjangnya. Dari pagi dia hanya diam, menatap layar ponsel yang masih menampakkan sebuah room chat seseorang. Pikirannya sudah tidak tenang dari semalam. Mendapatkan pesan yang begitu tiba tiba dari seseorang yang tak terduga. Tentu saja membuatnya terkejut dan bahkan dirinya kini dilanda rasa dilema.

Pesan Jeno yang menyampaikan bahwa dirinya ingin bertemu. Itulah yang terus Jaemin pikirkan hingga kini. Haruskah dia menyetujui permintaan Jeno. Jaemin belum siap menerima segala konsekuensi jika dirinya bertemu dengan Jeno. Mengingat hati sang omega masih belum bisa menerima maaf dari sang alpha atas setiap kata dan perbuatan yang telah menyakitinya selama ini. Dan jika ia bertemu dengan Jeno, Jaemin takut kembali luluh.

Namun di sisi lain, alasan yang dimaksud Jeno itu masih ia tunggu. Apa yang menjadi alasan sang alpha membenci Jaemin bahkan dari awal saat keduanya pertama kali bertemu. Jaemin benar benar ingin mengetahuinya.

Jaemin sempat menghubungi Jaehyun, karena ia tahu pasti Jaehyun yang memberikan nomornya pada Jeno. Namun bukan untuk mempertanyakan mengapa, ia hanya butuh seseorang yang bisa mayakinkan dirinya untuk menyetujui ajakan Jeno.

Dan benar saja, tebakan Jaemin sangat tepat. Jaehyun lah yang memberikan nomor Jaemin kepada Jeno. Jaehyun juga turut meyakinkan Jaemin agar mau menemui Jeno.

"Saya tidak memaksa kamu untuk memaafkan Jeno, namun setidaknya kasih Jeno satu kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Bukan hanya untuk Jeno, tapi untuk ketenangan kamu juga."

Begitulah penjelasan yang Jaehyun berikan kepada Jaemin. Tentu saja, sakit dibalas maaf itu tidak adil. Namun memang tidak ada salahnya Jaemin mendengarkan penjelasan Jeno. Semua keputusan juga masih ada di tangan Jaemin. Entah sang omega mau memaafkkan alphanya atau tidak, Jeno harus menerimanya bukan.

Baiklah, keputusan Jaemin sudah bulat. Ia akan menyetujui permintaan Jeno untuk bertemu. Jari Jaemin mulai menari di layar ponselnya, mengetikkan beberapa baris kata yang akhirnya ia kirimkan ke nomor Jeno. Jaemin meyakinkan dirinya, bahwa pertemuan ini hanya sekedar karena ia penasaran dengan alasan yang akan disampaikan oleh sang alpha.

Ia pandangi sekali lagi ponsel yang masih ada di genggaman tangannya. Ekor matanya menatap lengan hoodie yang menutupi sebagian telapak tangannya karena kebesaran. Jaemin bawa hoodie itu mendekat ke hidungnya, mengendusnya perlahan, merasakan aroma feromon yang masih tertinggal walapun samar.

"Dan karena aku juga merindukannya."

***

Waktu menunjukkan pukul 8 lebih 10 menit, namun alpha yang sedang dinantinya itu tidak kunjung datang. Jaemin masih menunggu dengan tetap mencoba berpikiran positif, mungkin jalanan sedang macet dan sebagainya. Jika Jeno benar benar ingin mendapatkan maaf dari Jaemin, harusnya ia tidak mengecewakannya kali ini.

Jaemin yang duduk di ruang tamu, terus merangkul dirinya sendiri. Meskipun menggunakan hoodie Jeno untuk menghangatkan dirinya, namun entah mengapa tubuhnya masih terasa menggigil. Mungkin sisa sisa demam yang sempat ia rasakan beberapa hari yang lalu belum sepenuhnya sembuh.

Heat Jaemin sudah selesai dari siang tadi, hanya saja tubuhnya masih merasa tidak enak. Karena itu ia memutuskan mengajak Jeno bertemu di apartemennya. Bahkan Jaemin sempat menolak Jisung yang berencana menjemputnya di sore hari. Alhasil Jisung akan mejemputnya pukul 9 malam, setidaknya setelah Jaemin selesai mengobrol dengan Jeno.

Waktu terus berlalu, kini jam menunjukkan pukul 8.55. Haruskah Jaemin terus berpikiran positif dan menunggu alphanya datang. Haruskah ia dikecewakan sekali lagi oleh harapan atas alphanya itu.

Cklek

Kepala Jaemin menengadah, menatap sosok yang tengah membuka pintu apartemen miliknya. Berharap orang di balik pintu tersebut adalah Jeno. Namun saat sosok itu mulai terlihat, raut wajah Jaemin kembali dibuat kecewa. Dapat Jaemin lihat Jisung yang tengah menatap khawatir kepadanya.

He Is My Alpha (Nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang