Sudah tiga hari lalu setelah mereka pulang dari villa dengan yang lainnya, setelah acara itu pun teman temannya haruto tidak datang kerumah nya untuk main lagi, karna biasa nya hampir setiap hari mereka datang kerumah haruto, bahkan saat sedang main dan baru pulang beberapa jam yang lalu, teman temannya haruto akan balik lagi kerumah nya.
Haruto dan junkyu pun melakukan aktifitas mereka seperti biasa di pagi pagi harinya, meski pun terbilang brengsek, haruto juga lumayan rajin untuk pekerjaan rumah jika sedang tidak melakukan apa pun. Hari ini jadwal nya di kantor pun sedang tidak ada, bahkan di kampus juga.
Pada awal nya, sebenar nya haruto tidak inggin memegang alih perusahaan milik kedua orang tua nya itu, karna pasti menurut nya akan berat dan harus banyak banyak mempertimbangkan sesuatu nantinya. Namun karna bujukan yang cukup lama pun akhir nya haruto mau memegang alih perusahaan kedua orang tua nya meski terkadang jarang pergi ke kantor dan lebih memilih ke kampus meksi ujung ujung nya hanya main bersama teman temannya di markas mereka yang biasa.
Junkyu sudah terbangun dari jam empat subuh tadi karna inggin membuang air kecil, hingga tidak bisa tidur lagi ia pun menyiapkan bahan bahan yang akan di jadikan sarapan pagi ini untuk dirinya, sang suami dan juga para pekerja dirumah nya.
Junkyu tau berat bahwa saat menikah ia tidak akan melanjutkan sekolah nya seperti teman temannya yang lain, namun ia tetap menurut tanpa membantah sedikit pun kedua orang tua nya, meski junkyu memiliki cita cita nya sendiri yang pasti nya inggin ia capai. Tetapi junkyu sama sekali tidak menyesal karna sudah menikah, meski pun tidak sekolah, ia masih tetap bisa bertemu dengan teman temannya, bahkan teman temannya juga jadi dekat dengan teman temannya haruto dengan waktu yang cepat.
" Aduh, garam nya habis ya? " Ucap junkyu, junkyu sudah sedari tadi mencari bahan itu namun tidak kunjung ketemu.
" Lo kenapa? Kaya orang bego tau ga? " Haruto menyelak, junkyu tidak menoleh sedikit pun ke arah haruto dan masih fokus dengan pandangannya yang mencoba mencari cari garam untuk menjadi bumbu masakannya.
" Itu.. garam kaya nya sudah habis kak, aku boleh izin pergi keluar untuk beli- " belum sempat menyelesaikan bicara nya sudah di potong dengan haruto terlebih dahulu.
" Ga. Gua minta tolong Pangilin bibi aja, biar bibi yang beli. "
" Loh? Bibi kan masih dikamar kak, biar aku aja yang beli dong. Kasian bibi nya. "
Haruto pun memangil bibi nya dari yang kamar nya tepat di belakang dapur, haruto mengetuk pelan pintu kayu itu hingga di buka kan dengan sang bibi.
" Eh iya kenapa nak haruto? "
" Bibi bisa tolong beliin garam ga? " Sang bibi pun dengan sigap langsung mempersiapkan diri nya dan menuju keluar untuk membeli garam
" Lagi di beli sama bibi. " Ucap haruto, junkyu yang tidak bisa membantah lagi pun hanya mengganguk dan terus menuruti nya.
" Lo masak apa? " Tanya haruto kepada junkyu yang sedang fokus terhadap bahan bahan makanan yang lainnya
" Oh? Aku lagi masak sup ayam, kakak mau kan makan sup ini? "
" Asalkan enak. " Haruto pun beranjak dari tempat berdiri nya tadi yang di depan meja makan kini pindah ke sofa duduk untuk menonton televisi nya yang sudah menyala sedari tadi.
—" Kak, aku izin kerumah Asahi boleh? Dia lagi sakit, dan aku ma- " lagi dan lagi, ucapan junkyu selalu di potong oleh haruto, bahkan saat haruto tau ada kata izin yang keluar dari mulut junkyu dia langsung memotong ucapan junkyu.
" Ga. Dirumah aja. " Junkyu menghela nafas panjang
" Kak? Asahi sakit, temen temen juga mau kumpul dirumah Asahi. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Circumstances | Harukyu.
Ngẫu nhiênabout a forced marriage, without the knowledge of both parties who were married. commotion, anger, feelings of dislike became mixed in the household. in the gap again came a third person from their relationship which made their relationship even mor...