•
•
•<>
Akmal mengucek kedua matanya yang masih ingin terpejam. Matanya membulat saat menyadari kalau ternyata dirinya ditidurkan di sofa ruang tamu dengan selimut yang membalut tubuhnya. Ah, iya, tadi malam dia asyik berbincang dengan Abi hingga mungkin tidak sadar sampai ketiduran. Namun, sahabatnya itu sudah tidak ada di sampingnya. Mungkin sudah pulang? Dan selimut yang membalut tubuhnya, mungkinkah Abi yang memberikannya?
Cuaca pagi ini cukup sejuk karena baru memasuki waktu subuh. Akmal segera beranjak dari duduknya. Lehernya terasa pegal karena posisi tidurnya yang salah. Sebelum mengambil air wudhu di kamar mandi untuk melaksanakan salat subuh, Akmal memutuskan untuk mengecek ponselnya terlebih dahulu. Ada satu pesan masuk disana.
BATU NERAKA : lo berat, jd gue biarin tidur di luar. Semalem gue pinjem kamar lo, gil, buat tidur 2 jam. Satu lagi, jgn lupa minum obat biar matinya nggak cepet. Ada PR yg hrs dikumpulin. Kerjain sendiri.
Akmal mendelik, jadi, semalam justru Abi yang tidur di kasur dan dirinya diluar? Benar-benar tidak sopan. Cowok itu memilih untuk mengabaikan kalimat terakhir Abi dan melempar ponselnya ke arah kasur. Kedua kakinya berjalan ke arah kamar mandi. Rumahnya terasa begitu sepi karena Dikta sedang berada di rumah kakek dan neneknya.
Sejuknya air yang menyentuh permukaan kulitnya ketika Akmal menyalakan keran itu berhasil membuatnya tidak mengantuk lagi. Tanpa berlama-lama cowok itu segera melaksanakan niatnya untuk berwudhu.
Selesai dengan urusan wudhunya, Akmal bergerak cepat untuk persiapan melaksanakan salat. Dia hanya mengambil sarung lalu memakainya kemudian yang terakhir mengenakan peci di kepalannya.
*****
Sepulang dari rumah Akmal sejak lima belas menit yang lalu, Abi tidak berhenti menggeledah rumahnya hingga membuat barang yang semula tertata rapi, kini berubah menjadi berantakan. Pagi-pagi sekali, cowok itu sudah dibuat panik karena satu hal. Keringat dingin pun turut menyertai kebingungannya saat ini. Rasanya, nyawa di tubuhnya seolah akan diambil sekarang juga kalau apa yang dicarinya tidak kunjung dia temukan.
Dengan langkah lebar, Abi menaiki tangga untuk berpindah ke lantai dua. Napasnya ngos-ngosan. Wajahnya benar-benar pucat. Dia ketakutan.
"BUNDAAAA!" panggil Abi saat dirinya sampai di depan kamar bundanya. Karena tak kunjung mendapatkan respons, akhirnya dia memilih untuk langsung membuka pintu kamar Nisa. Namun, nihil. Tidak ada seorang wanita disana. Abi kian panik.
"Di mana sih, ndaa?" Abi mengacak rambutnya kasar. Dia kembali melangkah ke kamar, meski tahu kalau apa yang dicarinya tidak ada di sana. Kemarin dia lupa untuk meletakkan apa yang sekarang tengah dicarinya ke tempat yang semestinya. Abi tidak seharusnya bersikap ceroboh seperti ini, apalagi ini bagian terpenting dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIDZAR
ActionFOLLOW DULU SEBELUM BACA‼️‼️ Cowok yang tengah mengenakan jersey berwarna hitam itu belum punya niat untuk pulang. Di lapangan basket, dia menyugar rambutnya. Keringat yang menetes dari dahinya itu membuatnya benar-benar terlihat sangat menawan. Bol...