20. penipu yang baik

140 77 10
                                    

"mata gue jadi mirip setan gara-gara nemenin dia begadang, Ra!" Akmal bersungut kesal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"mata gue jadi mirip setan gara-gara nemenin dia begadang, Ra!" Akmal bersungut kesal. Pasca membagikan seribu jus mangga dan seibu ayam kfc kepada orang yang membutuhkan, kini para anak muda Trident itu kembali berkumpul di titik temu: gazebo. Mereka semua terlihat berkeringat dengan tangan yang sibuk mengipasi wajah menggunakan tangan mereka.

"Udah gitu mereka enak-enakan duduk, kitanya disuruh berdiri kayak gini. Mana nggak kebagian jus sama ayam keramat itu lagi," imbuh Refan, sama kesalnya dengan Akmal. Pasukan julid seperti mereka, jika disatukan seperti sekarang, memang melebihi pedasnya mulut tetangga. Apalagi jika Zeck sebagai ketuanya sampai ikut-ikutan. Hancur sudah dunia perdamaian.

"Sekali-kali biarin mereka bahagia. Tapi inget, ya, Bi. Hubungan nggak semua mulus." Mulut pedas Aldi itu bersuara.

"Cangkemu ndes!" Andrew berkacak pinggang sembari menatap tajam Aldi.

"Taher emang gitu, Ndrew. Duta permen yupi aja sok sokan keren." ucap Ais semakin mengompori keadaan yang sedang panas-panasnya. Berani sekali dia mengucapkan itu, padahal Aldi adalah gebetannya. Dasar Ais!.

"Ais...." ancam Aldi dengan tatapan tajamnya membuat Ais cengengesan melihatnya.

Zeck hendak membuka suara. Namun, tiba-tiba..

"ANJIR LO MIMISAN!" teriak Zeck heboh saat melihat darah yang mulai mengalir dari hidung Akmal dan mengotori baju putihnya. Yang lain pun langsung cepat-cepat mendekat untuk melihat keadaan cowok itu.

"TISU, RA, TISU!" Abi ikutan panik, lalu menyuruh Azura untuk mengambil tisu yang berada di jok motor. Cewek itu pun dengan cepat mengambilnya, kemudian memberikannya kepada Abi.

Abi menyodorkan tisu itu kepada Zahra dan meminta cewek itu untuk menghentikan darah yang terus mengalir dari hidung Akmal.

"Mal? Kenapa?" tanya Zahra pelan dan tentu saja khawatir.

"Kebanyakan balapan liar sama kebanyakan belajar juga." Akmal tersenyum tipis seraya memegangi tisu yang berada di hidungnya.

"Jangan dipaksain. Kayaknya kamu kurang istirahat. Jangan terlalu kebanyakan balap liar, nggak baik buat kesehatan kamu, Mal." ucap Zahra yang langsung diangguki setuju oleh teman temannya.

"Kecapekan dikit. Nggak apa-apa, nanti juga terbayar sendiri capeknya. Masa iya gue harus nyusahin orangtua gue terus dan nunggu mereka buat nransfer gue?" Akmal merasa harus membuat orangtuanya bangga dengan caranya sendiri. Dan menatap sahabatnya satu persatu.

Setelah dirasa hidungnya tidak lagi mengeluarkan darah, cowok itu pun berjalan menuju arah tong sampah yang berada di depan rumah milik warga. Dia berniat membuang tisunya yang berlumuran dengan darah ke tempat sampah. Namun, langkah Akmal terhenti saat mendengar panggilan dari Zahra.

"Mal...," panggil Zahra pelan. Sorot mata cewek itu memancarkan sinar ketakutan. "Kamu nggak boleh kenapa-napa..."

Melihat Zahra seperti itu, Akmal pun segera berdiri di samping cewek itu dan menepuk puncak kepala Zahra pelan. "Kalau aku kenapa-kenapa, nanti siapa yang jagain kamu?"

ABIDZARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang