"AKU tidak menyangka akan menerima kunjungan kamu sebagai pasien untuk pagi ini." Lia melabuhkan duduk di kerusinya selepas melakukan pemeriksaan kepada wanita yang turut sama melangkah lemah melabuhkan duduk di atas kerusi sebelah meja kerjanya.
Winter diam tidak langsung menjawab. Ia juga masih tidak percaya kalau Jaemin akan membawanya ke klinik setelah mengetahui kalau ia tidak enak badan.
"Punya suami itu ternyata beruntung juga."
"Aku tidak kenapa-kenapa kan?" nada Winter kedengaran ketus kerana tidak mahu Lia terus bertele-tele dengannya.
"Kalau berdasarkan hasil pemeriksaan sebentar tadi, kamu cuma demam biasa."
"Syukurlah." Kedengaran suara Winter begitu perlahan mengucapkan kata syukur setelah mendengarkan jawapan Lia.
Lia hanya tersenyum kecil yang tak terlihat ikhlas sama sekali. "Memangnya kamu memikirkan kemungkinan lain ketika dibawa ke klinik oleh suamimu?"
"Huh? Maksud Kak Lia apa?"
"Kamu tidak mengharapkan kalau kamu lagi hamil, kan?"
Kali ini Winter merenung tepat ke wajah Lia yang terangkat sebelah alis menunggu jawapan daripadanya. "Aku cuma tidak enak badan. Sudah aku katakan pada Kak Jaemin kalau aku cuma butuh istirahat karena pola tidur aku sedikit tidak teratur akhir-akhir ini." Winter tidak tahu kenapa perlu ia menjelaskan kepada Lia. "Jadi, aku tidak mengharapkan apa-apa pun seperti yang Kak Lia katakan barusan."
"Karena itu semua tidak akan terjadi." Sambung Lia lancang. "Wajar saja kalau kamu tidak memikirkan kemungkinan lain yang bisa terjadi. Ah, aku jadi lupa kamu dan Jaemin bahkan tidak pernah tidur sekamar semenjak kalian menikah."
Winter terkesima. Sungguh ia tidak menyangka kalau Lia mengetahui perihal yang terjadi dalam rumah tangganya. Bagaimana dokter ini boleh mengetahui semua itu? Apa jangan-jangan Jaemin sendiri yang menceritakannya?
"Santai aja, Win. Jaemin sendiri tidak permasalahkan semua itu saat ia menceritakan semuanya ke aku apa yang terjadi antara kalian."
Dugaan Winter benar kalau ternyata Jaemin yang menceritakan semuanya ke Lia. Memangnya siapa lagi? Tak mungkin Haechan dan Giselle yang melakukan. Giselle saja waktu pertama ketemu Lia sudah membidas ibu anak satu ini dengan kenyataan yang wajar. Kalau Haechan sendiri, kakak keduanya itu langsung tidak ketemu dengan Lia ketika berkunjung ke desa ini sehari setelah mereka menikah.
Winter tiba-tiba merasa sebak. Sudah jelas kalau Jaemin memang tidak pernah mengganggap dirinya penting lagi sehingga sanggup memberitahu hal yang memalukan ini kepada orang lain. Mana orang lain itu adalah mantan gadis incaran Jaemin sendiri.
"Cuma kalau kamu masih mau menjalani ujiannnya, aku masih bisa tetap membantu. Tapi kamu sendiri tahu kalau semua itu hanya percuma." Penuh sarkastik Lia menuturkan seolah ia tidak sadar kalau ia mengucapkan semua itu kepada kaum wanita yang sama sepertinya.
Winter berusaha untuk tenang. "Ternyata Kak Lia dan Kak Jaemin begitu dekat sehingga Kak Jaemin menceritakan semuanya. Tapi mungkin saat ini masih belum. Kedepannya kita tidak tahu." Jawab Winter tenang. Ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan Lia.
"Memangnya kamu masih mengharapkan Jaemin yang terang-terangan tidak mencintaimu kamu lagi?" Lia menaikkan alisnya bertanya tanpa mempedulikan perasaan Winter yang mungkin terguris.
Winter mengepal jemarinya rapat mengurangkan sesak yang dirasakan. Apa begini cara Lia merawat pasiennya? Atau semua ini berlaku hanya kepadanya?
"Jaemin bahkan mengatakan kalau ia menerima pernikahan ini karena janji dengan mamanya." Lia semakin galak menumpahkan semua apa yang sudah Jaemin ceritakan sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return To Love✔️
FanfictionWinter itu cumalah seorang pelukis. Mimpi buruk yang kebiasaan dialami membuatkan Winter merasakan warna dalam lukisan corak kehidupannya jadi berkurang. Apa lagi setelah menyadari kalau ia adalah orang yang bertanggungjawab memutuskan hubungannya d...