24

306 47 15
                                    

"LIA, ambil saja hadiahnya." Jaemin menimpali setelah mereka berdua menerima hadiah juara ketiga yang berupa uang tunai dan hamper bahan masakan. "Aku tidak apa-apa jika tidak kebagian." Lagipula, ia baru saja membeli bahan memasak di rumah. Malah masih belum setengahnya digunakan. "Jadi, hadiah ini hanya untukmu saja."

Lia menarik nafas panjang. Ia benar-benar mengira Jaemin telah berubah. "Ada apa denganmu Jaemin?"

"Memangnya ada apa dengan aku, Li?"

"Kamu berubah."

"Berubah gimana?"

"Kamu tidak pernah seperti ini sebelumnya. Kamu bahkan seolah tidak peduli dengan apa yang kita lakukan akhir-akhir ini." Lia memotong lebih dulu. "Aku tahu kamu sudah menikah. Tapi apa tidak boleh berbagi hadiah dengan orang yang bukan istrimu? Dari awal kamu datang, kamu bahkan tidak mencari siapa partner kamu malam ini. Ya, aku sadar bahwa Winter sudah menjadi istri kamu, tapi kenapa kamu berubah setelah menikah? Tidak hanya aku tapi orang lain juga menyadari perubahan kamu sekarang. Kenapa? Apa Winter akan cemburu? Apa ia pikir aku akan merebut kamu darinya?" Lia mengembuskan nafas kesal. Apa yang ada di dalam hatinya diucapkan dengan lantang. Nada suaranya terdengar lembut namun mencekam. Untungnya mereka saat ini berada agak jauh dari kerumunan penduduk desa yang kini bersorak-sorai setelah mendengar pengumuman juara satu dan juara dua untuk kompetisi memasak malam itu.

Mata Jaemin mengerjap menatap Lia yang terlihat kesal. Ia merasa bingung.

"Kamu sebenarnya ngomong apa sih?"

Lia hanya tersenyum sinis. "Terserah kamu mau mikirnya apa. Tapi sumpah, sebagai salah satu orang yang dekat dengan kamu sejak sebelum kamu menikah, aku kecewa dengan perubahan sikap kamu. Ya, jika kamu menikah, kita semua mengerti. Tidak perlu berubah begitu banyak sehingga kamu bahkan sekarang tidak ingin menghabiskan waktu dengan orang lain. Ya sudah hadiahnya... aku akan mengambil semuanya jika kamu memang tidak mau. Lagipula, istrimu masih sakit dan tidak bisa memasak. Kamu harus merawatnya dengan baik, iya kan Jaem?"

Jaemin sebenarnya masih bingung di sini. Kenapa Lia tiba-tiba marah? Apa karena hadiah yang Jaemin minta untuk tidak dibagi dua karena ia berikan sepenuhnya kepada wanita itu? Padahal niatnya sudah baik. Lalu kenapa? Ia berubah? Berubah bagaimana? Kenapa harus ada nama Winter?

"Kak Jaemin..."

"Tu sudah dipanggil oleh istri kesayangan kamu. Aku mendingan pergi dulu."

"Li... Lia."

"Kak..." Winter mendekat ke arah Jaemin yang terlihat kebingungan memandang tubuh Lia yang menjauh. Sejak tadi, Winter menyadari bahwa Lia seperti melepaskan amarah pada Jaemin yang membuat Winter mengambil keputusan untuk mendekat. "Ada apa dengan Kak Lia?" tanyanya tanpa basa-basi.

"Aku juga tidak ta..."

Winter mengalihkan pandangan ketika ia merasakan tatapan Jaemin mati di wajahnya. Bahkan kata-kata Jaemin juga dibiarkan menggantung begitu saja tanpa tersambung. Merasakan bahwa Jaemin tampak tenggelam dalam lamunan yang begitu dalam, Winter memetik jarinya di depan sang suami membuat Jaemin menarik tangannya turun dengan lembut.

"Winter, tidak apa-apa." Jaemin menggelengkan kepalanya dengan cepat setelah menyadari satu hal saat menatap wajah Winter.

"Kalau Kak Lia marah karena aku, bujuk saja Kak Lia." Winter berusaha menolak tubuh Jaemin namun tangannya hanya ditarik ke dalam genggaman. Winter ingin bersuara namun gelengan Jaemin menghentikannya.

🐰❄️

TAEYEON terbangun dari tidurnya dengan wajah pucat pasi. Keringat dingin bercucuran di dahinya. Dadanya terasa begitu bergemuruh.

Return To Love✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang