WINTER mengangkat wajahnya. Tatapannya beradu dengan tatapan Jaemin yang sedari tadi merenung ke arahnya. Secara otomatis Winter merasa panik sendiri tapi hanya bisa mengatakannya melalui pandangan mata. Gawat! Kenapa ia tidak memikirkan semua ini ketika kedua keponakan mereka tiba pagi ini?
Jaemin menelan ludah. Pandangannya teralih pada Seunghan dan Haewon yang menunggu jawaban darinya. Ia lupa untuk berdiskusi dengan Winter sebelum ini meskipun ia sudah mengingatinya ketika ia berjalan ke aula tadi. Dan sekarang bagaimana ia akan menjawabnya?
"Nana dan Minmin, kenapa kalian diam saja. Kan aku bertanya dari tadi?" suara Haewon tiba-tiba memecah keheningan di antara mereka di meja makan yang terjadi setelah pertanyaan pertamanya.
Winter meraih gelas minuman dan meneguk isinya meredakan rona merah di wajah. Sekali lagi matanya bertatapan dengan mata Jaemin sebelum ia mengalihkan pandangannya ke arah Haewon di sebelah. "Haewon bisa tidur dengan Minmin. Kalau Seunghan, kamu bisa tidur dengan Nana di studio Nana." Setuju atau tidak, Winter tidak peduli. Lagipula, hanya ada dua kamar di rumah itu.
Seunghan tiba-tiba angkat bicara setelah berpikir cukup lama. "Tidak seharusnya Minmin dan Nana terpisah kamar hanya gara-gara aku dan Haewon. Tidak apa-apa, biarkan Haewon tidur di studio, aku bisa tidur di ruang tamu."
Winter sudah mulai panik. Jaemin pasti tidak mau berbagi kamar dengannya. Jadi, tidak mungkin ia akan menyetujui saran Seunghan meskipun keponakannya itu terlihat tidak mempermasalahkan tentang di mana ia akan tidur.
"Apa lo tidak apa-apa tidur di ruang tamu?"
Seunghan mengangguk menanggapi pertanyaan Haewon. Ia jelas tidak masalah karena ia tahu hanya ada dua kamar di rumah ini. Selain itu, ia tidak ingin merepotkan paman dan bibinya, belum lagi fakta bahwa bibinya masih sakit.
"Baiklah tapi kalau lo tidak betah, kita bisa bertukar kamar untuk malam berikutnya."
"Kenapa kalian yang membuat keputusan?" Winter sedikit bingung. Mana mungkin Jaemin akan menyetujui usulan kedua remaja ini.
Haewon menggeleng cepat ketika melihat Jaemin juga ingin mengatakan sesuatu. "Aduh, tidak apa-apa. Aku dan Seunghan bisa mengatasinya." Ia meyakinkan kedua paman dan bibinya yang terlihat khawatir. "Lagipula, daddy dan mummy sudah berpesan ke aku untuk tidak merepotkan Nana dan Minmin."
"Mama dan papa juga." Sambung Seunghan lagi seolah memberikan kata akhir pada diskusi tidak resmi mereka malam ini.
🐰❄️
INI bukan pertama kalinya mereka berada di kamar yang sama. Malam setelah pernikahan, mereka pertama kali berada di kamar yang sama di hotel, tempat pernikahan mereka diadakan meskipun malam itu dilalui dengan pertengkaran dan tangisan Winter. Seminggu di Seoul saat mereka mengunjungi kedua keluarga, mereka juga berbagi kamar meskipun mencoba berbagai cara untuk mempersingkat waktu di kamar bersama. Namun entah bagaimana kali ini memberikan suasana yang berbeda buat mereka berdua.
"Winter."
Winter yang berada di ujung kasur menoleh ke arah Jaemin yang berada di ujung kasur yang berlawanan dengannya.
"Maaf, keadaannya jadi seperti ini."
Winter sudah sering mendengar permintaan maaf dari mulut Jaemin akhir-akhir ini.
"Sepertinya kita harus sekamar selama dua malam." Lusa, kedua keponakan mereka akan kembali ke Seoul.
Winter menganggukkan kepalanya. "Aku baik-baik saja." Ia menyusun kata-kata. "Ini adalah rumah kamu, kak. Aku hanya takut kamu yang tidak betah berada di kamar yang sama dengan aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Return To Love✔️
Fiksi PenggemarWinter itu cumalah seorang pelukis. Mimpi buruk yang kebiasaan dialami membuatkan Winter merasakan warna dalam lukisan corak kehidupannya jadi berkurang. Apa lagi setelah menyadari kalau ia adalah orang yang bertanggungjawab memutuskan hubungannya d...