JAEMIN sejenak terpaku oleh tindakan Winter yang menarik tangannya menjauh. Sekali lagi Jaemin ingin menyentuh tangan kurus itu tapi lagi-lagi Winter menepisnya. Kali ini dengan lebih tegas dengan sepasang iris yang berlinang air mata menatapnya.
Tatapan tajam itu hilang dan Winter memutuskan untuk memejamkan matanya. Ia tidak sepenuhnya ingat apa yang terjadi sehingga ketika ia terbangun, hidungnya mencium bau obat. Namun rasa sakit di sekujur tubuh terutama rasa sakit di bagian pinggang hingga ke bawah membuat Winter ingat bahwa ia mengalami nasib sial karena telah merusak tembok pagar utama rumah orang tuanya dan mobilnya sendiri. Dan ingatannya kembali pada alasan mengapa Winter pulang ke rumah mama dan papa membuatkan air mata Winter perlahan-lahan jatuh membasahi pipinya.
Hancur hati Jaemin melihat air mata itu sudah menetes melalui mata yang tertutup rapat dengan kepala yang mengiring guna untuk menghindari tatapannya. "Winter, apa ada yang sakit?"
Mendengar suara Jaemin yang bertanya dengan lembut membuat Winter semakin kesal. Bayangan Jaemin dan Lia yang sedang tidur tanpa pakaian di kasurnya kini bermain-main di kepalmeski kepalanya masih terasa sakit akibat benturan di setir mobil. Winter juga ingat kalau kepalanya sempat terbentur di setir akibat kecelakaan. "Mendingan kamu keluar, kak." Pelan
suara Winter terdengar, namun cukup jelas untuk didengar oleh lawan bicaranya karena tidak ada orang lain di kamar mewah itu selain dirinya dan Jaemin."Winter..." suara Jaemin nyaris tak terdengar saat ia menyebutkan nama itu. Air mata Winter yang semakin deras membuatnya ingin menangis juga. "Winter, aku..."
"Keluar." Cukup datar suaranya berkata dengan mata yang masih terpejam. Winter bahkan tidak peduli kemana kepalanya menoleh selain ke wajah Jaemin yang sudah cukup membuatnya kecewa. Ia benar-benar tidak ingin melihat wajah Jaemin sekarang.
"Win..."
"Aku kalah."
"Kim Minjeong."
"Keluar, Na Jaemin!" bersamaan dengan teriakan yang sedikit lebih keras, Winter sekarang menangis dengan serta-merta karena ia benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan saat kejadian itu berterusan bermain di kepala seolah menghantam ingatannya lebih keras lagi. Rasanya sakit. Kepala Winter terasa sakit.
"Winter." Jaemin panik saat isak tangis Winter berubah menjadi tangisan keras. Ia mendekat untuk memeluk tubuh mungil itu, namun Winter memberontak dengan mata yang kembali terbuka.
"Kamu keluar!"
Tidak hanya Winter, Jaemin pun mengalami hal yang sama. Ia ingin memeluk Winter, menenangkan wanita yang sedang menangis tersedu-sedan itu. Hatinya sakit melihat pemandangan ini. Sedikit saja ia bergerak, Winter memberontak untuk tidak disentuh. Jaemin khawatir tangan Winter yang diinfus akan berdarah karena gerakan Winter.
"Kamu sudah mengecewakan aku, kak." Dengan suara serak, Winter berkata. Suara yang membuat siapapun yang mendengarnya akan sama merasa sedih. "Aku tahu kamu membenciku, tapi kenapa kamu tega melakukan semua itu?"
"Winter..." nama itu adalah satu-satunya kata yang terucap dari bibir Jaemin sejak tadi. Ia tidak bisa berbicara bahkan untuk membela diri melihat betapa kecewanya Winter begitu istrinya itu sadar selepas menjalani operasi. Bagaimana jika nanti Winter mengetahui situasi yang sebenarnya?
Bibir Winter bergetar. "Hati aku sudah terlanjur sakit kak karena aku satu-satunya yang berjuang untuk memperbaiki hubungan kita biar semuanya kembali. Tapi apa yang aku lihat benar-benar menjijikkan!!!" kali ini Winter berteriak dengan suara bergetar karena ia benar-benar marah. Winter ingin melupakan apa yang telah ia lihat sebelum kejadian nahas yang menimpanya namun ia tidak bisa. Kejadian itu seperti sebuah filem yang terus diputar di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return To Love✔️
Fiksi PenggemarWinter itu cumalah seorang pelukis. Mimpi buruk yang kebiasaan dialami membuatkan Winter merasakan warna dalam lukisan corak kehidupannya jadi berkurang. Apa lagi setelah menyadari kalau ia adalah orang yang bertanggungjawab memutuskan hubungannya d...