BUGH!
BUGH!
Dua pukulan itu mendarat di kiri dan kanan wajah Jaemin hingga membuatnya terjatuh ke sofa. Haechan berdiri dengan terengah-engah dan tangan mengepal erat setelah melayangkan dua pukulan ke wajah tampan Jaemin. Ia mencoba menenangkan diri sebelum menoleh ke kanan. "Ren."
"Gue tidak tahu kenapa gue harus melihat semua ini." Renjun menggelengkan kepalanya sambil mengeluarkan beberapa peralatan yang ia rasa perlu untuk mengobati Jaemin.
Jeno yang juga sejak tadi hanya melihat dengan pandangan yang sama sebelah Renjun kini menghampiri Jaemin dan membantu temannya itu untuk duduk. "Lo tidak apa-apa?"
Jaemin mengangguk. "Pukulan Haechan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kondisi Winter saat ini."
Tangan Renjun membawa besen stainless steel yang berisi air suling. Tangan satunya lagi membawa hidrogen peroksida, alkohol dan betadine untuk membasuh luka di wajah Jaemin. Pukulan Haechan tidak main-main ternyata karena hujung bibir sudah mengeluarkan darah.
Sekarang Haechan juga duduk di sofa di ruangan kerja Renjun menghadap Jaemin. "Maaf, Jaem. Gue tidak bisa menahan diri untuk tidak memukul lo." Katanya dengan tatapan yang mulai melunak. "Apa itu sakit?"
"Lain kali kalau kalian ingin adu bogem mentah, jangan di tempat gue." Renjun hanya memutar matanya ke langit. "Mana lo mukulnya pasien gue." Kemarahan Renjun pada Haechan membuat mereka tertawa kecil.
Tawa Jaemin nyaris tanpa suara. Ia tidak menyalahkan Haechan. Haechan sudah berbaik hati dengan hanya memberikan dua pukulan di wajahnya meskipun Jaemin mengakui bahwa pukulan Haechan cukup keras hingga ia merasa rahangnya mati rasa. Namun apa yang ia dapatkan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan penderitaan yang dialami Winter. Teringat akan Winter, Jaemin kembali bersedih. Lagi-lagi air matanya keluar membuat Jeno, Renjun dan Haechan kini juga diam membiarkan Jaemin melepaskan perasaannya di depan mereka semua.
🐰❄️
ANTARA rasa tidak percaya dan sulit menerima kenyataan yang seakan menempatkannya di tempat yang gelap tanpa ada sedikit pun cahaya yang menyinari meskipun hanya sebesar zarah. Itulah yang dirasakan Winter saat ini. Terlalu takut menghadapi kerasnya takdir hidup membuat Winter tidak tahu bagaimana ia ingin menjelaskan perasaan yang ia rasakan setelah mengetahui apa yang terjadi pada dirinya sendiri.
Kecewa? Siapa yang tidak kecewa kehilangan anak yang dikandung tanpa sepengetahuannya padahal usia kandungannya sudah menginjak empat minggu. Namun kekecewaan Winter juga menyadarkannya bahwa keinginan yang sudah lama dipendamnya tidak akan pernah terwujud lagi. Ia tidak akan bisa melahirkan malaikat kecil yang sudah lama ia idam-idamkan. Dengan kata lain, Winter mandul.
Sedih? Bahkan Winter sendiri tidak tahu berapa tahap kesedihan yang harus ia gunakan sebagai ukuran. Kesedihan Winter seakan menempatkannya pada posisi terburuk dalam hidup. Jika orang melihat bagaimana kedua kantung matanya membesar dan lingkaran hitam tercetak di bawahnya, semua orang akan tahu bahwa Winter memang dalam keadaan putus asa. Ia tidak peduli dengan siapa pun yang datang berkunjung dan berbicara dengannya, karena ia hanya memikirkan dirinya yang tidak bisa lagi menggendong bayi termasuklah Ningning yang datang berkunjung sekarang.
"Winter, gue datang."
Winter tidak mengalihkan pandangannya dari jendela daripada terus merenung. Tidak ada yang menarik selain pemandangan langit kebiruan tapi Winter tetap tidak mengalihkan pandangannya ke wajah Ningning dan Chenle yang datang menjenguk segera setelah mereka mendapat kabar dari Haechan.
Chenle hanya berdiri di belakang Ningning yang duduk di kursi dengan kedua tangan di saku. Tadi sebelum masuk, mereka sempat ketemu dengan Jaemin di luar bangsal. Jaemin mengatakan bahwa Winter memang tidak berbicara setelah sadar dari tidur paksanya dengan obat penenang. Jaemin juga mengatakan bahwa ia sekarang hanya bisa menunggu di luar karena Winter hanya akan bereaksi dengan mengamuk jika Jaemin masuk. Chenle merasa kasihan pada Jaemin tambah lagi dengan wajah kakak kelasnya itu juga memar di bagian kiri dan kanan. Ujung bibirnya juga sobek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return To Love✔️
FanfictionWinter itu cumalah seorang pelukis. Mimpi buruk yang kebiasaan dialami membuatkan Winter merasakan warna dalam lukisan corak kehidupannya jadi berkurang. Apa lagi setelah menyadari kalau ia adalah orang yang bertanggungjawab memutuskan hubungannya d...