27

319 46 19
                                    

"KENAPA kembali berdiam diri setelah mengambil keputusan untuk melakukan rawatan?"

"Cuma ngerasa kalau hal itu akan tetap terjadi cepat atau lambat."

Dahi Renjun berkerut mendengar nada putus asa dari mulut Winter. "Tapi saat kamu menghubungiku waktu itu, kamu terdengar begitu bersemangat untuk berobat, Win."

Winter tidak langsung menjawab. Ia justru melihat dari jauh bagaimana Jeno dan Karina bercanda satu sama lain di pinggiran pantai. "Aku sudah berubah pikiran. Sepertinya diam seperti ini lebih baik. Kak Renjun, aku berharap tidak ada yang tahu apa yang terjadi."

Renjun menghela nafas panjang. "Kamu menempatkanku dalam situasi yang sulit, Win."

Winter tentu saja mengerti apa yang Renjun rasakan karena dirinya. "Maafkan aku Kak Renjun tapi aku benar mempercayaimu."

Untuk beberapa saat Renjun memperhatikan Winter yang kini duduk merenung jauh ke arah pantai. "Aku tidak akan mengatakan janji." Ia berkata berharap Winter mengerti.

"Tentu saja jika saat itu tiba, kamu harus menjelaskannya pada keluarga aku tapi tidak untuk saat ini."

Renjun tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Mendengar suara Winter, wanita di sebelahnya tampak bertekad untuk terus menyembunyikan rasa sakit yang dialaminya. Renjun mengambil kesempatan bertanya ke Winter ketika ia mendapati Winter sendirian di atas tikar yang dibentangkan untuk duduk dan meletakkan makanan. Renjun hanya berniat mengambil botol Ryo dari keranjang untuk diserahkan kepada Shuhua yang berada dalam mobil untuk memberikan asi kepada Ryo. Jaemin sedang sibuk memotret Haechan dan Giselle sambil menertawakan tingkah Karina yang sedang asyik bermain air di pantai bersama Jeno. Melihat Winter dalam keadaan seperti itu, Renjun yakin bahwa Winter dan Jaemin sedang tidak baik-baik. Tapi apa yang sebenarnya terjadi?

"Kak Renjun, jika apa yang aku takutkan terjadi, apa aku akan benar-benar melupakan semuanya termasuk Kak Jaemin?"

🐰❄️

"APA yang sudah terjadi?"

Untungnya kamera yang dipegang untuk melihat semula foto teman-temannya yang ia ambil beberapa menit yang lalu tidak terjatuh ke pasir pantai saat ia mendengar pertanyaan yang tiba-tiba dari depan. Jaemin mendongak dari kamera kesayangannya dan melihat ke arah Haechan yang muncul entah dari mana. Haechan tadinya pergi ke toko untuk membeli air minum atas permintaan Giselle. Jaemin menatap kakak iparnya tanpa berniat menjawab. Pertanyaan Haechan tanpa aba-aba sudah cukup membuat Jaemin mengerti. Namun, sejujurnya untuk saat ini Jaemin sendiri tidak memiliki jawaban atau lebih tepatnya tidak tahu bagaimana harus memberikan jawaban karena ia sendiri tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya.

Semilir angin pantai membuat Haechan menikmati dengan memejamkan matanya setelah tak kunjung mendapat jawaban dari Jaemin. Haechan tidak yakin apa yang sedang terjadi tapi ia tahu ada yang tidak beres dengan adik dan temannya ini.

Jaemin menghembus nafas entah sudah berapa kali. Haechan sepertinya sudah bisa menebak ada yang tidak beres dengan rumah tangga mereka. Wajar karena Haechan adalah kakak dari istrinya. Mungkin ikatan persaudaraan di antara mereka begitu kuat sehingga Haechan bisa merasakannya. Lagipula, Haechan dan Giselle memang tahu betul bagaimana hubungan pernikahannya dan Winter yang Jaemin sendiri tidak tahu bagaimana untuk mendefinisikannya. Namun untuk kali ini, hal yang lebih buruk yang terjadi dibanding awal pernikahan mereka. Jaemin tidak mungkin bisa jujur kepada Haechan. Bisa-bisa, ia malah ditinju oleh saudara ipar sekaligus teman dekatnya itu.

"Gue tidak maksa lo untuk jujur tapi sepertinya gue bisa tebak kalau ada hal lain yang membuat kalian menjadi seperti orang asing seperti ini." Haechan berkata jujur karena ia benar-benar merasa Jaemin dan Winter terlihat begitu menghindar meski hanya untuk saling berpandangan beberapa saat.

Return To Love✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang