"SELAMAT pagi semuanya." Suara ketua zona memasuki kantor balai desa membuat semua orang menoleh.
Eunseok yang hampir setiap pagi berada di balai desa untuk menerima laporan patroli warga menganggukkan kepalanya saat melihat Eunhyuk yang merupakan ketua zona di desa mereka memasuki kantor. "Selamat pagi, Pak Eunhyuk." Ia tersenyum sambil menerima berkas laporan dari salah satu pekerja di sana.
Eunhyuk menuju ke mejanya yang berada di bagian depan. "Setiap pagi disapa oleh Eunseok itu sangat menyenangkan. Coba bayangkan kalau aku disapa seperti ini oleh gadis-gadis di desa kita. Bukankah itu menyenangkan?"
Sebelum Eunhyuk bisa berfantasi lebih jauh, suara lain memotong pembicaraannya. "Aku sudah merekamnya dan akan menyampaikan rekaman ini pada Bu Hyoyeon."
Eunhyuk menoleh ke arah pintu, arah suara itu berasal. "Arh Jaemin, si paling favorit penduduk desa. Beri aku kesempatan untuk merasakannya sesekali."
Eunseok tertawa kecil. "Ingatlah Jisung, pak."
"Jisung itu adalah anak yang pengertian."
Tawa orang-orang di balai desa pun pecah.
"Pagi, Bang Jaemin."
"Pagi Eunseok. Ke sini pasti gara-gara laporan patroli warga, kan?" Jaemin hanya berbasa-basi karena tugas Eunseok sudah diketahui oleh semua pekerja di balai desa.
Eunseok mengangguk. Kantor polisi tempatnya bekerja memang berada di kota, namun karena ia ditugaskan untuk menjaga wilayah desanya, Eunseok lebih sering berada di luar daripada di kantor polisi sendiri.
"Ada urusan apa hari ini?" Eunhyuk bertanya pada Jaemin yang tiba-tiba berada di balai desa hari ini.
Jaemin tidak melanjutkan jawabannya. Sebagai gantinya, tas berisi yang berada di punggung dibawa ke depan. "Butiran dana untuk Pesta Budaya desa kita nanti." Katanya sambil mengeluarkan sampul surat ukuran A4 yang ada di dalam tas. Ia menyeringai pada Eunhyuk yang sudah terlihat kagum. Sampul surat itu diletakkannya di atas meja Eunhyuk.
"Ini benar-benar bukan tipuan?"
"Uish, sejak kapan aku berbohong kalau menyangkut hal desa ini?" Jaemin memasang wajah sebagai jawaban atas pertanyaan Eunhyuk yang mencurigakan. "Aku bersusah payah mendapatkan dana itu saat aku masih di Seoul."
Eunhyuk menarik sebuah senyuman tipis. Sampul surat yang tadinya hanya dilihat kini sudah ditarik. "Tidak dapat dipungkiri bahwa Jaemin kita selalu yang terbaik dalam hal ini." Eunhyuk tahu ia bisa mengandalkan pemuda ini meski Jaemin baru beberapa tahun menjadi bagian dari mereka.
Eunseok menyelesaikan pekerjaannya. Ia berterima kasih pada salah satu pekerja wanita yang selalu mengumpulkan laporan-laporan itu dan menyerahkannya padanya. "Terima kasih, bu."
"Wah, kita mendapatkan dana yang cukup banyak tahun ini." Eunhyuk tidak bisa mempercayai setiap angka yang dilihatnya.
Jaemin tertawa melihat wajah Eunhyuk yang sedikit berlebihan setelah melihat jumlah dana yang berhasil ia dapatkan dari teman-temannya di Seoul. "Punya teman di Seoul bukankah seharusnya dimanfaatkan? Lagipula, tidak selalunya orang desa akan bersenang-senang seperti ini."
Eunhyuk mengangguk setuju. Ia tahu Jaemin adalah anak orang kaya meskipun jarang menunjukkan kemewahannya pada penduduk desa. "Apa dana ini yang kamu cari saat kamu pulang untuk menikah waktu itu?" Eunhyuk tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang langsung keluar dari topik pembicaraan mereka. Ia mengangkat alisnya ke arah Jaemin yang sedikit berubah wajahnya ketika ditanya tentang pernikahannya. "Jaemin, kita sudah bertetangga cukup lama tapi kamu bahkan tidak mengundang kami semua ke pernikahanmu." Eunhyuk tidak menyadari bahwa topik tersebut membuat Jaemin merasa tidak nyaman saat duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return To Love✔️
Fiksi PenggemarWinter itu cumalah seorang pelukis. Mimpi buruk yang kebiasaan dialami membuatkan Winter merasakan warna dalam lukisan corak kehidupannya jadi berkurang. Apa lagi setelah menyadari kalau ia adalah orang yang bertanggungjawab memutuskan hubungannya d...