WINTER sedang mengemas pakaian. Besok pagi mereka sudah mau pulang ke Gangwon. Rasanya masih belum puas menghabiskan waktu bersama anggota keluarga. Namun, memikirkan hubungannya dengan Jaemin yang selalu berpura-pura di depan mereka semua membuat Winter merasa lebih baik mereka kembali daripada terus berbohong.
Jaemin keluar dari kamar mandi dan melihat Winter sedang duduk di pinggir kasur sambil memasukkan pakaian ke dalam koper. "Besok kamu tidak ingin menemui Papa Baekhyun dan Mama Taeyeon terlebih dahulu?" Jaemin bertanya untuk memastikan.
Tangan yang mengemasi pakaian itu berhenti. Kepalanya mendongak ke atas. Apakah ini Jaemin yang bertanya padanya? Lalu ia menggelengkan kepalanya. "Papa harus bertemu dengan klien besok. Mama akan ikut. Tidak apa-apa. Kita bisa terus melanjutkan perjalanan pulang."
"Apa kamu sudah bertemu Ningning tadi?"
"Ningning?"
Jaemin mengangguk. "Ya, bukankah kamu pergi menemui Ningning siang ini?"
Winter mulai mengingat bahwa ia pergi ke rumah sakit hari ini, tapi yang diberitahukan pada Jaemin adalah ia keluar untuk menemui Ningning. "Ya, aku tadi menemui Ningning." Ia menjawab perlahan dengan permintaan maaf yang terngiang di benaknya karena sudah berbohong lagi tanpa lelaki itu tahu.
"Apa kamu tidak mau turun untuk makan? Mereka pasti sedang menunggu kita." Ajak Jaemin karena sudah waktunya makan malam bersama keluarganya. Jadi, ia mengajak Winter untuk turun ke bawah bersama mengingat wanita itu terlihat fokus mengemasi pakaian.
"Ohh, maaf." Katanya sambil melihat jam. Waktu berlalu begitu cepat padahal niatnya adalah bergabung lebih awal untuk membantu menyajikan makanan. "Ayo."
Namun tidak tahu letaknya kesalahan tindakan Winter di mana. Saat ia bangun dari kasur, koper yang ada di pinggir kasur yang sama meluncur ke bawah tepat di depan Winter yang membuatnya terkejut dan kehilangan stabilitas tubuh. Jaemin berlari dengan cepat untuk membantu dengan tindakan refleksnya menarik lengan Winter. Mereka berdua pun sama terjatuh ke kasur.
Jaemin memandangi wajah pucat Winter di depan matanya. Dalam keadaan yang tidak pernah Jaemin bayangkan, jantungnya berdegup kencang. Ia bisa merasakan hembusan nafas satu sama lain. Wajah mereka terlalu dekat yang hanya dipisahkan oleh kedua tangan Jaemin yang menahan tubuhnya agar tidak jatuh ke tubuh Winter. Tatapan mereka saling terkunci seakan berusaha mengartikan keinginan hati mereka yang selama ini sulit diungkapkan.
"Kak?" Winter tergagap-gagap memanggil. Jantungnya serasa ingin melompat keluar. Melihat wajah Jaemin sedekat ini membuatnya lupa bagaimana cara bernafas apalagi dengan mata yang merenung dengan tatapan yang membuat Winter cemas sendiri. "Kak Jaemin." Ia memanggil untuk kedua kalinya saat melihat Jaemin tidak menjawab.
Entah sadar atau tidak, salah satu tangan Jaemin naik ke wajah Winter. Beberapa helai rambut panjang istrinya yang berada di wajah Jaemin alihkan. Wajah Winter sudah jauh lebih dewasa dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu meskipun pipinya yang bulat itu masih ada biarpun sedikit lebih tirus dari sebelumnya.
"Kalian tidak mau makan du..." pertanyaan Yoona terhenti. Begitu juga dengan langkah kaki dan tangan di kenop pintu yang ia buka tanpa mengetuk terlebih dahulu. Ia tak menyangka dengan apa yang dilihatnya.
Saat itu, tindakan bekerja lebih cepat daripada otak. Mendengar suara Yoona membuat keduanya yang hampir terbuai dengan perasaan masing-masing kini menoleh secara bersamaan. Melihat tubuh wanita setengah abad itu di depan pintu kamar yang sejak tadi terbuka tanpa disadari membuat keduanya segera mengubah posisi. Kedua tangan Winter dengan cepat menolak dada Jaemin sehingga tubuh pria itu jatuh dalam posisi miring di sebelahnya.
Jaemin memejamkan mata sejenak setelah tubuhnya jatuh terlentang di atas ranjang. Ia sepertinya baru menyadari bahwa tindakannya beberapa saat yang lalu telah membuatnya merasa ada yang tidak beres dengan diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return To Love✔️
FanfictionWinter itu cumalah seorang pelukis. Mimpi buruk yang kebiasaan dialami membuatkan Winter merasakan warna dalam lukisan corak kehidupannya jadi berkurang. Apa lagi setelah menyadari kalau ia adalah orang yang bertanggungjawab memutuskan hubungannya d...