Commitment 34 : Memutar Balikan Fakta

666 84 19
                                    

Story by : HinataLight8

Rate : M

Genre: Hurt, Family, Healing, Friendship & Romance.

Diclaimer: All Characters of Naruto is belongs to Masashi Kishimoto.

This story is mine.

Warning: All Typo(s), Out Of Chara, If you dislike this story, please turn back with peace. No flames with barbarian's words, Be Nice for critic, Typo and others. Thank you.


_________________________________________


Mansion NamiUzu.

"Ada apa dengan sikuning itu?"

Minato melemparkan ejekan sebab putranya dari semalam terlihat sangat bahagia dan manja pada Istrinya.

Naruto hanya menatap sinis sang Ayah, untung saja hatinya sedang berbunga-bunga karena semalam mendapatkan berkah yang menyenangkan.

"Seperti kau tidak kuning saja, memangnya kau kira anakku mempunyai rambut kuning ini dari mana ?"

Tidak seperti biasa, semalam Naruto pulang ke Mansion. Kushina sempat khawatir karna Putra semata wayangnya datang dalam keadaan basah kuyup.

Akan tetapi, semua kekhawatiran itu sirna menjadi rasa haru kala Naruto tersenyum kemudian memeluknya erat didepan pintu.

Meski sedikit kesal bajunya menjadi basah, senyum bahagia itu menular padanya. Tidak detail memang, tapi cerita Naruto perihal hati Hinata yang mulai menerima kehadirannya turut membuat Kushina bersyukur.

"Kau tidak kekantor Naruto ?"

"Tidak bisakah Ayah melihatku santai sedikit, kenapa kecerewetan Ibu sekarang berpindah pada Ayah ?"

Kushina hanya menggeleng dan tersenyum. Entah sudah berapa lama Ia tidak merasakan kehangatan sarapan pagi seperti ini.

"Terserah. Kapan kau akan bertemu dan membicarakan penawaran itu dengan Neji ?"

"Siang ini, setelah sarapan aku akan mampir kekantor sebentar untuk mengurus beberapa berkas setelahnya langsung ke kantor Hyuga Corp bertemu dengan Neji."

"Bicaralah baik-baik padanya. Meski terlihat kuat, Neji sebenarnya cukup sensitif."

"Aku mengerti Ayah. Oh ya, aku dengar Kakek mengunjungi Kakek Hitoshi di Kyoto. Apa Kakek memberitahukan sesuatu pada Ayah ?"

"Tidak, Kakekmu tidak mengatakan apapun padaku. Dia hanya berpesan agar kau berkepala dingin, karena sepertinya Hiashi dan Neji akan menolak keras penawaran ini meski mereka sudah berada dipinggir jurang."

"Selesaikan sarapan kalian dulu, baru lanjutkan pembicaraan."

Ayah dan Anak itu mengangguk lalu melanjutkan sarapan. Kushina membawa tambahan sepiring sandwich kedepan Naruto, tak lupa Ia membelai sayang surai kuning putranya.

.

.

.

Kompleks Pengungsian Rakhine, Myanmar.

Selama kurun waktu tiga tahun Sakura mengeluh dalam diam. Batinnya memberontak tapi Ia berusaha menahan rasa amarah dan kecewa.

Naruto tak pernah kunjung mendatangi atau menghubungi sekalipun selepas memintanya menetap di Myanmar sebagai perwakilan tenaga medis Rumah Sakit Senju.

Walaupun begitu, Sakura memaknai keacuhan Naruto sebagai bentuk rintangan dalam perjuangan, sebab Pria yang mencintainya itu masih terbelit dengan rasa bersalah pada wanita yang ditinggalkan dipelamanin.

COMMITMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang