Bab 08

1.7K 125 0
                                    

Arietta menggigit kukunya, merasa cemas akan kabar yang baru dia dapatkan. Suara derap langkah kaki kuda terdengar jelas, kusir terus memacu kuda agar berjalan secepat mungkin.

Sepanjang perjalanan, Arietta hanya bisa berharap Aeris baik-baik saja. Dari wilayah Baron Rivero ke wilayah miliknya membutuhkan waktu selama lebih dari dua jam dengan kereta kuda, tapi Arietta yakin dirinya dapat tiba lebih cepat sekarang.

Setelah duduk di dalam kereta kuda dengan harap-harap cemas, kereta kuda akhirnya tiba di mansion kediaman Arietta. Terlihat jelas di balik gerbang jika orang-orang tengah dilanda kepanikan dengan hilangnya Aeris dan Emily.

"Apa yang terjadi? Bagaimana bisa mereka menghilang? Bagaimana kerja para pengawal itu?!" Arietta menghujani Richard dengan segala pertanyaan.

"Nyonya, tolong Anda tenang-"

"Tidak! Dia putriku! Aku tidak bisa tenang!" sela Arietta.

"Nyonya, tolong atur napas Anda terlebih dahulu." Richard berusaha menenangkan Arietta, dia menyadari kecemasan luar biasa dari cara Arietta berbicara.

Arietta menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri. "Panggil pengawal yang pergi bersama Aeris, sekarang!" perintahnya.

"Baik, Nyonya."

Arietta menunggu di tempatnya, dia berdiri dan mengamati semua orang yang berlalu lalang.

Richard kemudian kembali bersama tiga orang pria yang merupakan pengawal Aeris sebelumnya. Mereka terlihat ketakutan dan tidak berani menatap Arietta.

"Katakan apa yang terjadi. Kalian harus jujur padaku!" perintah Arietta dengan tegas.

"Saat kami mengawal Nona, ada sekelompok orang yang bertengkar di jalanan. Prajurit dari kediaman Wilbridge tidak terlihat sehingga Nona memerintahkan kami untuk melerai mereka. Namun, kericuhan malah semakin membesar dan kami kewalahan. Saat kami kembali, Nona sudah menghilang, bahkan kusir pun tidak melihat ke mana Nona pergi," ujar salah satu dari mereka.

Arietta memijit dahinya frustrasi. Mereka terlalu ceroboh sampai meninggalkan Aeris sendirian. Walaupun dengan perintah Aeris sendiri, setidaknya salah satu dari mereka harus tinggal untuk menjaganya.

"Asmond, tahan mereka! Jika terjadi sesuatu pada Aeris, mereka harus mendapat hukuman yang pantas!" Arietta mengibaskan tangannya, memerintahkan Asmond untuk segera bergerak.

Asmond dan beberapa orang lain segera menahan tiga prajurit tersebut. Mereka tidak melawan dan hanya pasrah saat diseret ke ruang tahanan.

Arietta masuk ke dalam mansion, dia berjalan ke kamarnya untuk berganti pakaian yang lebih nyaman untuk bergerak. Hanya ada satu pakaian, yaitu pakaian yang sama dengan yang ia pakai saat kejadian piknik Aeris. Arietta belum sempat memesan setelan lain.

"Nyonya, Anda mau ke mana?" tanya Richard setelah melihat penampilan Arietta.

"Aku harus menemui Duke Wilbridge, aku harus meminta izin melakukan pencarian di seluruh wilayah."

Arietta melihat kereta kuda yang masih berada di halaman. Dia tidak bisa menaiki kuda sehingga langsung naik ke kereta kuda dan memerintahkan kusir memacu kereta kuda.

Arietta tidak datang seorang diri, ada Asmond yang menyusulnya.

Kabar menghilangnya Aeris di wilayah Wilbridge sepertinya sudah sampai di telinga Luke Wilbridge, kepala keluarga Wilbridge, sekaligus pemimpin pasukan perang Kerajaan Viloren. Nama Luke Wilbridge begitu dihormati di kerajaan atas semua jasanya.

Menjadi Ibu Tiri Sang Protagonis (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang