Bab 13

1.3K 97 3
                                    

Pagi di musim dingin menjadi salah satu hal yang tidak Arietta sukai. Dingin. Hampir tidak ada bedanya dengan malam hari.

Masih dalam keadaan mengantuk berat, Arietta berjalan lunglai ke ruang makan. Hari ini Aiden tidak sedikit pun bersuara di hadapan Arietta. Kejadian tadi malam pun sepertinya dirahasiakan dari Aeris.

Untung saja kemarin malam Aeris dapat bertemu Aiden. Namun, Arietta sedikit kesal karena jalan cerita tetap saja berubah.

Aeris kembali dengan penuh semangat kemarin malam. Dia menceritakan apa saja yang terjadi saat datang ke festival, salah satunya adalah kejadian dengan Azriel. Sayangnya, kehadiran William sedikit mengubah alur yang sudah dibayangkan oleh Arietta.

Pada cerita aslinya, William tidak seharusnya muncul. Sekalipun dia berada di festival, William tidak sampai bertemu dengan Aeris.

Azriel adalah pangeran kedua. Namun, dia memiliki kesempatan untuk menjadi putra mahkota setelah pangeran pertama didiagnosis memiliki tubuh yang lemah sehingga sangat mudah jatuh sakit. Sebagai calon putra mahkota, Azriel harus membuktikan kemampuannya sebagai penerus yang layak.

Pada awal musim dingin, Azriel dikirim ke kediaman Duke Wilbridge untuk berlatih ilmu pedang. Kemudian, Azriel pergi diam-diam ke festival tahun baru saat mendapat kesempatan. Tentu saja aksinya itu diketahui oleh William sehingga William mengikutinya. Tidak sedikit pun Arietta duga bahwa William akan bertemu Aeris.

"Apa kalian sudah menyiapkan diri untuk pesta?" tanya Arietta memecah keheningan di meja makan.

Aeris menurunkan pisau garpunya. "Pesta? Maksud Ibu Pesta Perayaan Akhir Tahun? Tentu saja, saya tidak akan keluar dan mengganggu-"

"Tidak! Maksud ibu, apakah kalian sudah menyiapkan pakaian terbaik kalian? Pesta itu harus dinikmati bersama. Ibu ingin kalian berdua hadir," sela Arietta secepatnya begitu mendengar jawaban Aeris.

Aeris terdiam. Rasanya seperti tidak berbicara dengan Arietta yang biasa ia kenal.

"Saya memiliki gaun baru yang belum sempat saya kenakan. Jadi, saya akan mengenakannya nanti," Aeris berucap dengan senyum indah yang menghiasi wajahnya.

Arietta mengangguk pelan, kemudian dia beralih pada Aiden. Dia diam menunggu jawaban dari pemuda tersebut.

"Saya akan mengenakan pakaian yang layak."

Bukan jawaban yang Arietta harapkan, tapi ia sudah senang mengetahui Aiden setidaknya mau menjawab pertanyaannya.

Setelah mengisi perut di pagi hari, Arietta pergi ruang kerjanya. Ada sedikit pekerjaan tambahan baginya karena jumlah pesanan yang melonjak naik.

Rumah produksinya tentu memiliki batas sekalipun memiliki banyak tenaga kerja. Setiap barang yang diproduksi di sana selalu dikerjakan sepenuh hati. Tiap detailnya dikerjakan dengan begitu hati-hati, sebab itulah tiap perhiasan yang dikeluarkan selalu memiliki keistimewaan tersendiri.

Tidak sedikit bangsawan yang mengadakan pesta di penghujung tahun. Siapa yang tidak tahu kebiasaan para bangsawan saat menghadiri pesta? Acara seperti itu pastinya tak lepas dari ajang unjuk diri bagi para bangsawan, terutama wanita. Gaun yang mewah, perhiasan yang mengkilap, serta riasan yang selalu menjadi andalan para wanita bangsawan akan dipamerkan. Sebagai bentuk pernyataan kekuasaan kebangsawanan mereka, persaingan seperti itu sudah menjadi rahasia umum di kelompok masyarakat mana pun.

"Aku akan menjadi tuan rumah, 'kan?" Arietta memainkan pena di tangannya.

Tuan rumah harus berpenampilan menarik. Jika dalam acara yang berlangsung ada tamu yang berpenampilan menarik, padahal memiliki status yang sama atau lebih rendah, akan menjadi hinaan bagi sang tuan rumah. Itu adalah aturan tak tertulis sekaligus tuntutan bagi para bangsawan.

Menjadi Ibu Tiri Sang Protagonis (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang