Bab 19

1.1K 96 0
                                    

Aiden kebingungan melihat Arietta yang terus mengigau. Apakah ia mengalami mimpi buruk? Ataukah ada hal lain yang menjadi penyebabnya? Aiden tidak tahu apa yang harus ia perbuat.

"Tidak...."

Dengan enggan, dia mengulurkan tangannya, meraih tangan Arietta yang mengepal kuat. Menurutnya, tidak baik juga bagi Arietta karena hal itu dapat melukai tangannya.

Namun, Aiden tidak akan menduga juga sentuhan kecil itu mampu menenangkan Arietta. Igauannya berhenti dan wanita tersebut kini kembali tenang. Seperti tak terjadi apa-apa, Arietta kembali tenang seperti semula.

"Sebenarnya apa yang kalian bicarakan?" Aiden bergumam pelan.

"Terima kasih, Emily." Samar terdengar suara Aeris dari luar.

Aiden spontan menarik tangannya dan berjalan menuju pintu balkon. Dia memandang ke luar, mengamati langit biru cerah tanpa tertutup awan.

Pintu terbuka dan Aeris masuk dengan ember kecil berisi air dan kain kompres.

"Semoga Ibu tidak demam," celetuk Aeris saat dirinya meletakkan kain kompres ke dahi sang ibu.

"Aeris," panggil Aiden.

"Hm?"

"Tidak jadi." Aiden berpaling tanpa ada niatan untuk berbicara lagi.

"Kakak jangan bersikap aneh seperti itu!" gerutu Aeris.

***

Livella tertunduk di hadapan Aiden. Kedua tangannya gemetar dan berkeringat saking takutnya.

"Apa Anda tahu seberapa besar kekacauan yang Anda dan putri Anda sebabkan?" Aiden melipat kedua tangannya di depan dada.

"I-itu...." Livella tidak berani berbicara.

Livella tidak pernah segugup ini menghadapi Aiden. Biasanya, dia dapat bertindak seenaknya kepada Aiden dan Aeris. Namun, tidak untuk kali ini. Dia bahkan tidak berani mengangkat kepalanya dan menatap Aiden.

"Saya tidak terpikir bahwa Anda begitu berani menyebabkan kekacauan di sini. Bahkan berani mencelakai kepala keluarga."

"Itu benar-benar di luar kendali-"

"Saya pikir kalian semakin tidak tahu diri," potong Aiden. Entah kenapa dia merasa sangat puas mengatakannya.

"Uang, perhiasan, gaun, dan banyak lagi. Semuanya diberikan secara percuma saat kalian meminta. Sayangnya, kalian semakin berlebihan dari waktu ke waktu...," sindir Aiden.

Berhadapan dengan Livella sebenarnya tidak sesulit yang Aiden pikirkan. Jika dulunya dia lebih tegas dan tidak di bawah genggaman Arietta, maka Aiden dapat melawan. Sayangnya, dahulu pergerakannya sangat dibatasi oleh Arietta. Jika dirinya berani bertindak tidak sopan, hukuman cambuk akan diberikan padanya tanpa pikir panjang.

"Saya akan mengirim Anda kembali ke wilayah timur besok pagi. Nyonya tidak akan ikut bersama Anda. Sebenarnya, saya sendiri tidak tahu tujuan jelas Anda jauh-jauh datang kemari. Namun, jika Anda berusaha menyeret Nyonya kembali ke timur, saya tidak akan membiarkannya," ujar Aiden. "Di sini saya berbicara sebagai kepala keluarga sementara dan keputusan saya adalah perintah bagi Anda! Jika Anda menolak, jangan salahkan saya pada apa pun yang terjadi selanjutnya!"

"A-apa maksudnya?" Livella mendongak. Namun, yang dia dapatkan adalah tatapan tajam dari Aiden sehingga ia kembali menunduk.

"Apa Anda ingin menolak?" Aiden bertanya dengan suara datar.

"Tidak."

Aiden menggertakkan giginya. Apa seperti ini rasanya memiliki kekuasaan? Dia yang dulunya diinjak-injak oleh Livella kini dengan mudahnya mengusir wanita tersebut dari kediamannya. Namun, berkat siapa hal itu terjadi? Livella tidak akan begitu segan tanpa adanya perubahan sikap dari Arietta.

Menjadi Ibu Tiri Sang Protagonis (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang