Bab 10

1.6K 108 0
                                    

Arietta mengintip ke luar jendela. Kota letaknya cukup jauh. Namun, gemerlap dari lampu-lampu kota terlihat begitu terang sampai Arietta dapat melihatnya.

Wanita tersebut kemudian beralih ke cermin besar di samping meja rias. Dia sedikit berputar, melihat pantulan dirinya dari cermin. Sangat cantik dengan beberapa perhiasan kecil yang menghiasi dirinya.

Mewah. Hal yang mustahil Arietta dapatkan di dunia aslinya kini dapat dia dapatnya dengan mudah. Jika ingin, berucap sekali saja akan langsung mendapat apa yang diinginkan. Begitulah kehidupan para bangsawan.

"Hmm ... malam ini harus terjadi sesuai cerita asli! Kumohon, terjadilah!" Arietta memohon dengan sungguh-sungguh.

Malam ini, tepat pada festival di kota, Aeris dan Aiden akan pergi ke festival. Pada cerita aslinya, Aeris dan Aiden akan pergi secara diam-diam agar Arietta yang asli tidak mengetahui apa yang mereka lakukan. Namun, untuk sekarang terjadi perubahan pada kejadian itu.

Saat mereka pergi, mereka akan terpisah di tengah lautan manusia. Ada begitu banyak orang hingga Aiden tidak dapat melihat keberadaan Aeris yang kecil kala itu.

Kemudian, setelah terpisah dengan sang kakak, Aeris akan bertemu dengan Azriel, tokoh utama pria pada cerita aslinya.

Pertemuan mereka cukup singkat, tapi meninggalkan kesan yang mendalam pada Aeris. Dia yang tidak pernah merasakan kebebasan akhirnya dapat bersenang-senang malam itu. Walaupun dirinya tidak mengetahui siapa anak laki-laki yang menemaninya di tengah hiruk pikuk kerumunan, Aeris sangat mengingat mata emas milik Azriel.

"Apa mereka sudah pergi?" Arietta bergumam, dia berjalan melewati lorong mansion yang diterangi oleh batu-batu sihir.

Arietta menghentikan langkahnya tatkala merasakan sesuatu di bawah kakinya. Itu adalah sebuah bros. Entah milik siapa.

Arietta berjongkok, mengambil bros kecil tersebut. Dia mengamatinya. Sangat cantik.

Samar suara langkah kaki terdengar. Saat Arietta mendongak, terlihat Aiden berjalan ke arahnya dengan tergesa-gesa.

"Oh, Aiden? Ada apa? Kenapa kau terburu-buru?" tanya Arietta.

"Itu ... milik saya."

"Benarkah? Kalau begitu ambillah. Maaf, tadi ibu menginjaknya karena tidak tahu jika ada itu di bawah kaki ibu."

Aiden menyambar bros dari tangan Arietta. Tanpa sepatah kata pun dia berjalan pergi, melihat Arietta pun tidak.

Arietta berjalan mengikuti Aiden. "Apa kau marah? Ibu benar-benar tidak tahu. Ibu akan menggantinya jika kau mau."

Seperti tidak mendengar sesuatu, Aiden terus berjalan. Namun, Arietta pun juga tidak menyerah. Dia hanya ingin meminta maaf karena telah menginjak bros milik Aiden.

"Cukup! Apa yang Anda lakukan?!" sentak Aiden.

Arietta berhenti beberapa langkah di belakang. Matanya menatap Aiden yang berdiri di hadapannya. Apakah dia takut? Kenapa dia takut pada Aiden?

"Hanya ingin meminta maaf," jawab Arietta gugup.

Aiden mengembuskan napas kasar. Kesal dengan tingkah laku Arietta. "Apakah ada yang salah dengan kepala Anda?"

Menjadi Ibu Tiri Sang Protagonis (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang