Bab 25

965 69 0
                                    

Aeris mengikuti pelayan yang memanggilnya. Tiap langkah kakinya terasa begitu berat. Sebenarnya, apa kesalahan yang ia perbuat sampai ratu memanggilnya? Apa itu benar karena sikapnya di pesta ulang tahun kemarin?

Prang!

Cangkir dan piring terlempar dari kejauhan. Teh dan kue yang dibawa oleh seorang pelayan itu terjatuh berserakan di lantai. Dia merintih saat kakinya terasa sakit.

Melihat kejadian itu, Aeris dan pelayan yang mengantarnya tentu tidak tinggal diam. Pelayan yang memanggil Aeris langsung membantu membereskan semua benda yang berserakan di lantai. Aeris hendak membantu, tapi niatnya segera dihalangi oleh pelayan tersebut. Aeris adalah seorang tamu sehingga akan tidak sopan jika para pelayan membiarkannya membantu hal yang menjadi urusan mereka.

“Hei!” panggil seseorang.

Aeris berbalik. Di balik patung, sosok El terlihat melambaikan tangan padanya. El tersenyum, kemudian memberi isyarat pada Aeris.

Melihat jika para pelayan masih sibuk membereskan kekacauan dan melupakan urusan Aeris, gadis tersebut segera mendekat pada El. “El, kenapa bersembunyi?” tanya Aeris.

“Agar tidak terjadi masalah.” El mengintip ke arah para pelayan itu. Dia tersenyum, merasa senang. “Apa kau menyukai hadiah dariku?”

“Ya, aku menyukainya.”

Mata El mendapati kalung berliontin mutiara biru di leher Aeris. Senyumnya berganti menjadi ekspresi jengkel. “Baiklah, aku pergi dulu. Akan menjadi masalah jika mereka melihatku!”

“El–”

“Lady, saya minta maaf atas kelalaian saya. Saya akan mengantar Anda menemui Yang Mulia.” Pelayan tadi sudah berada di belakang Aeris.

Aeris yang terkejut lantas berbalik. Dia ingin menanyakan suatu hal pada El. Namun, pemuda tersebut sudah menghilang tanpa jejak. Sama seperti saat di festival kemarin, El menghilang dengan sangat cepat.

“Baik.”

Mereka kembali berjalan. Namun, baru beberapa saat, seseorang menghalangi mereka.

Seorang pemuda bersurai hitam. Saat melihat kedua manik berwarna emas itu, Aeris segera menunduk. Oh, nasib sial apa yang tengah menimpanya? Dia bahkan belum sempat menghadap ratu, tapi sudah bertemu dengan Azriel.

“Tidak jadi,” ucap Azriel.

“Benarkah, Pangeran?”

Pelayan di hadapannya terlihat kebingungan. Namun, Azriel segera mengangguk. “Yang Mulia Ratu mengurungkan niatnya. Kembalilah!” perintah Azriel. Tanpa sepatah kata lain, pemuda tersebut berjalan melewati mereka berdua.

Sejenak, Aeris terdiam. Bukan apa-apa. Dia hanya masih merasa tertekan dengan kehadiran Azriel.

“Itu ... saya akan mengantar Anda kembali, Lady.”

Aeris mengangguk. Tidak ada lagi urusan untuknya sekarang. Dia merasa lega. Karena Aeris tahu, orang-orang dengan status tinggi seperti sang ratu tidak mungkin memanggilnya tanpa alasan.

***

Suara roda kereta kuda menemani lamunan Aeris. Pesta minum teh sudah berakhir dan mereka tengah dalam perjalanan kembali ke rumah. Walaupun hampir berurusan dengan sang ratu, tapi Aeris senang karena sang ratu membatalkan rencananya menemui Aeris.

“Bagaimana pesta minum tehnya? Apa Aeris menikmatinya?” Arietta memandangi raut kegelisahan Aeris. Dia penasaran, tapi tidak berniat merusak suasana hati Aeris.

“Berjalan dengan baik, tapi....” Aeris mengalihkan pandangannya. Ingin berbicara, tapi merasa ragu. Bahkan Aeris tidak tahu apa yang membuat sang ratu memanggilnya.

Menjadi Ibu Tiri Sang Protagonis (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang