Bab 23

1K 79 2
                                    

“Mari kita mulai acara selanjutnya, yaitu sesi pemberian hadiah!” ucap Arietta penuh semangat.

Di sisi lain, para tamu juga segera berbisik pada para pelayan atau asisten yang mereka bawa secara pribadi untuk mengambil hadiah yang telah dibawa.

Sesi pemberian hadiah akan berlangsung lama. Arietta segera meminta pelayan untuk mengambilkan kursi untuknya.

Sebagai anggota keluarga sekaligus ibu dari Aeris, Arietta akan menjadi orang pertama yang akan menyerahkan hadiah. Dia sudah menyiapkannya, hanya perlu menunggu pelayan datang dengan hadiah-hadiah tersebut.

Tidak lama setelah pengumuman itu, belasan pelayan datang dengan begitu banyak hadiah. Kotak-kotak hadiah mereka bawa dengan hati-hati ke hadapan Aeris. Yang paling menarik perhatian adalah boneka beruang raksasa yang dibawa oleh dua orang pelayan sekaligus.

Arietta segera bangkit saat para pelayan yang membawa hadiah darinya keluar dan menunjukkan semua hadiah pada Aeris. Wanita tersebut berjalan ke arah pelayan yang membawa boneka raksasa itu.

“Aeris, semua ini adalah hadiah dari ibu. Boneka ini ... apakah Aeris menyukainya?” ujar Arietta.

Aeris ternganga melihat boneka sebesar itu. Ini adalah pertama kalinya Aeris melihat boneka sebesar itu, yang bahkan lebih besar dari dirinya sendiri. Ia menyentuhnya. Halus.

“Saya sangat menyukainya!” seru Aeris kegirangan.

Para pelayan membuka kotak hadiah yang mereka bawa, menunjukkan apa yang tersimpan di dalamnya. Ada berbagai macam hadiah. Mulai dari perhiasan, aksesori pakaian, hingga buku, lebih tepatnya sekotak penuh buku.

“Lalu....” Arietta mengambil kotak kecil yang dibawa oleh Richard, satu-satunya kotak hadiah yang tidak dibuka dan ditunjukkan isinya.

Arietta membukanya. Ia mengambil apa yang ada di dalamnya. Sebuah sapu tangan. Lebih tepatnya, tiga sapu tangan dalam satu kotak, ada dua sapu tangan lain yang tidak Arietta ambil.

“Ini adalah hasil sulaman yang ibu buat. Mungkin ini tidak seberharga yang lain...,” tutur Arietta. Suaranya pelan, merasa ragu.

“Itu lebih berharga dari apa pun! Saya akan menyimpannya dengan baik!” Aeris menerimanya dengan senang hati.

Gadis tersebut tersenyum. Ia menempelkan sapu tangan itu ke mulutnya, kemudian mencium aroma wangi sapu tangan tersebut.

“Ini sangat berharga karena dibuat oleh Ibu,” kata Aeris dengan suara yang lirih.

Arietta merasakan kehangatan di hatinya. Dia kemudian melirik pada Aiden dan mengeluarkan sapu tangan yang lain. “Ibu membuat tiga sapu tangan sulaman serasi. Ini untukmu,” ujar Arietta sembari menyerahkan sapu tangan di tangannya pada Aiden.

Awalnya Aiden ragu. Namun, dia segera menerima sapu tangan itu. Saat tangannya bersentuhan dengan jari Arietta, ia dapat merasakannya, sensasi kasar dari jemari Arietta. Ada sedikit luka goresan dan tusukan kecil jika Aiden memerhatikan lebih teliti.

“Terima kasih.” Aiden memasukkan sapu tangan itu ke sakunya. Pandangannya kembali berfokus ke depan karena selanjutnya adalah giliran Aiden.

Setelah semua hadiah Arietta ditunjukkan, giliran Aiden yang memberikan hadiah.

Sebenarnya, Aiden tidak menyiapkan banyak hadiah. Dia hanya menyiapkan dua hadiah, sebuah belati kecil yang dipesan secara khusus dan sekotak buku seperti yang Arietta hadiahkan.

Walaupun tidak banyak, tapi Aeris tetap bahagia dan menerimanya. Bagi Aeris, merayakan ulang tahun bukanlah tentang seberapa mahal hadiah yang ia dapat, melainkan waktu berharga yang dia dapatkan.

Menjadi Ibu Tiri Sang Protagonis (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang