Bab 27

843 64 0
                                    

‘Tidak masalah jika dia tahu, ‘kan? Lagi pula, dia tidak akan peduli.’

Arietta berjalan mendekat. Asmond segera menurunkan pedang kayunya dan menyambut kedatangan Arietta.

“Ya, Nyonya? Apa Anda memerlukan sesuatu?” tanyanya.

“Benar. Hari ini aku akan pergi ke wilayah Baron Rivero. Aku ingin kau mengantarku ke sana.”

Menanggapi jawaban Arietta, Asmond lantas menolak. “Tapi, kondisi Anda belum pulih,” ucapnya.

“Siapa yang mengatakannya? Aku sudah baik-baik saja!” sanggah Arietta. Adler terlalu mengkhawatirkannya sampai memperingati semua orang untuk menjaga Arietta.

“Perjalanan akan memakan waktu lama. Anda mungkin akan merasa lelah,” Aiden berbicara dengan nada pelan, tapi cukup untuk didengar oleh Arietta.

“Tidak juga. Kalian ... berhentilah berlebihan! Aku baik-baik saja! Aku sudah sembuh!” Mereka terlalu berlebihan pada Arietta. Dia sudah cukup banyak beristirahat hingga tubuhnya benar-benar pulih. Semua orang tidak perlu begitu menjaganya.

Bahkan Asmond pun bersikap berlebihan. Arietta benar-benar merasa jika mereka terlalu melebih-lebihkan kondisinya. Ya, walaupun memang pada awalnya sangat mengkhawatirkan.

“Jika demikian, izinkan saya untuk ikut!” pinta Aiden. Tatapannya menunjukkan keseriusan.

“Ibu hanya ingin melihat tambang, Aiden, tidak ada yang menarik di sana untukmu.” Mengejutkan. Arietta tak berharap jika Aiden akan berkata demikian.

“Maka Anda tidak boleh pergi,” cegah Aiden, “terlalu berbahaya!”

“Berbahaya apanya? Aku akan pergi! Ini penting!” Arietta bergegas pergi tanpa memedulikan mereka berdua.

Aiden dan Asmond saling menatap sejenak sebelum berlari kecil mengikuti Arietta.

“Baiklah, saya akan mengantar Anda!” seru Asmond.

“Saya juga akan ikut!” timpal Aiden sembari berlari kecil mengejar Arietta.

***

Di sinilah Arietta, duduk berhadapan dengan Aiden di dalam kereta kuda yang akan menuju Kediaman Rivero. Sebenarnya, Arietta melarang Aiden untuk ikut serta. Namun, pemuda tersebut memaksa dan mengatakan jika Arietta tidak boleh pergi tanpanya.

Sepertinya, yang sangat berlebihan pada kecelakaannya adalah Aiden.

“Kenapa kau memaksa ikut, Aiden?” Arietta bertanya pada pemuda di hadapannya.

“Karena Anda selalu menimbulkan masalah akhir-akhir ini. Daripada terjadi masalah lain, lebih baik saya mengawasi Anda. Akan merepotkan jika itu berimbas pada Aeris,” jawab Aiden. Pemuda tersebut melirik keluar, melihat pepohonan rimbun di sepanjang jalan.

‘Akhir-akhir ini ... itu kapan?’

Aiden melipat tangan di depan dada dan memejamkan matanya, menikmati perjalanan yang begitu hening di antara keduanya. Tidak ada perbincangan, Aiden memilih bungkam.

Stab!

“Ah!” Arietta melompat dari bangkunya. Matanya menatap ngeri pada ujung anak panah yang menembus ke dalam kereta kuda.

“ASMOND!”

“Tuan Muda, jangan keluar! Sepertinya kita dikepung!” cegah Asmond yang sudah bersiaga dengan pedang di tangannya.

Suasana yang sebelumnya damai itu kini berganti menjadi ketegangan. Arietta tidak menemukan apa pun yang dapat ia gunakan sebagai senjata sehingga hanya bisa menoleh ke sana kemari dengan kebingungan.

Menjadi Ibu Tiri Sang Protagonis (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang