Bab 30

950 61 0
                                    

“Maafkan kecerobohan saya, Nyonya.” Asmond tidak berani menatap mata Arietta saat menghadap padanya.

Arietta menggeleng cepat. “Bukan salahmu. Aku juga lupa untuk memperingatimu,” balasnya.

Arietta tidak berniat menyebarkan informasi terlebih dahulu karena tidak ingin bertindak sembarangan dan menyebabkan kepanikan di wilayahnya. Selain itu, Arietta juga ingin menangkapnya, penjual obat terlarang itu. Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin obat-obatan sejenis itu akan dijual lebih banyak ke kerajaan.

“Dari mana Anda mengetahuinya, Nyonya?” tanya Asmond. Informasi yang begitu berharga. Namun, bagaimana bisa Arietta lupa memberitahunya? Selain itu, Asmond penasaran dari mana Arietta mendapat informasi yang begitu penting itu.

Jika pedagang itu berhasil ditangkap, Arietta akan menjadi perhatian. Karena jika pedagang obat terlarang berhasil lolos, persebaran obat yang berbahaya itu pun juga tidak akan terjadi. Setidaknya, itu bisa dicegah.

“Seorang teman,” jawab Arietta asal. Lagi pula, Asmond tidak perlu tahu terlalu dalam pasal apa yang diketahuinya secara kebetulan itu.

“Baiklah, saya mengerti. Kemudian, apa rencana Anda? Haruskah saya menyelidikinya?” Asmond berpikir keras. Seharusnya, pedagang tersebut sudah cukup berbaur dan menutup identitasnya dengan amat baik. “Bahkan prajurit mengatakan jika mereka mendapat dari teman yang bukan pedagang!”

“Selidiki saja secara diam-diam. Jangan menunjukkan pergerakan yang mencolok. Jika dia masih berada di sini, seharusnya dia menyamarkan identitasnya. Tidak hanya itu, orang yang menjual obat pereda nyeri seharusnya tidak hanya satu orang, ‘kan?” ujar Arietta mengingatkan. Ada puluhan pedagang singgah dan bukan tidak mungkin mereka menjajakan hal yang sama. Arietta khawatir jika terjadi salah tuduhan dan membuat yang asli lolos.

“Saya mengerti. Jika demikian, saya pamit undur diri.” Asmond segera undur diri dari hadapan Arietta.

Pria gempal dengan kumis lebar, itu adalah satu-satunya yang Arietta ingat dari cerita aslinya. Namun, orang dengan ciri-ciri seperti itu tidak hanya satu atau dua orang. Tidak hanya ciri fisik yang sama, tidak sedikit pula yang menjual barang yang sama. Karena hal itu, Arietta tidak ingin Asmond bertindak terlalu gegabah.

“Aku baru ingat, apa Yang Mulia Ratu sudah mengirim surat?” Arietta ingat jika Rosalyn ingin membeli ear cuff darinya. Sudah beberapa hari berlalu sejak pesta minum teh, seharusnya dia sudah mengirim surat.

“Belum, Nyonya,” jawab Richard.

“Begitu, ya.” Arietta merapikan mejanya. Karena hari sudah sore, ia memutuskan untuk beristirahat.

Tentang Rosalyn, mungkin wanita tersebut akan mengirim surat sebelum kembali ke ibu kota. Ada kemungkinan dia masih menikmati waktunya di wilayah duke.

***

Pagi hari, Aiden berlatih dengan Khyros di halaman belakang. Ini adalah latihan pertamanya bersama Khyros sehingga muncul situasi canggung di antara keduanya.

Khyros tidak banyak bicara, tapi dia langsung membetulkan gerakan-gerakan Aiden yang keliru.

Aiden beru mengetahui bahwa yang selama ini ia lakukan ternyata salah. Bahkan untuk memegang pedang pun masih terjadi kesalahan. Karena semua kesalahan pada hal dasar itu, Khyros mau tidak mau akhirnya mengajari Aiden dari dasar.

Setelah usai melatih Aiden, Khyros langsung menghadap Arietta dan memberi laporan tentang latihan pagi Aiden. Tidak sebagus yang ia harapkan, tapi itu lebih baik daripada tidak ada dasar sama sekali. Baginya, Aiden adalah anak yang cukup cepat dalam mempelajari sesuatu. Hanya saja, dia sedikit ragu saat mengayunkan pedangnya. Itu adalah satu-satunya hambatan pemuda tersebut.

Menjadi Ibu Tiri Sang Protagonis (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang