Bab 26

938 66 0
                                    

Arietta mengamati kamar kosong itu dengan kebingungan. Kamar di hadapannya itu tertata rapi. Tempat tidurnya seperti tidak tersentuh sedikit pun karena baik bantal hingga selimutnya tertata dengan begitu rapi.

“Katamu, dia menghilang begitu saja?” tanya Arietta pada penjaga yang berdiri di belakangnya.

Yang ditanyai langsung mengangguk. “Kami berjaga sepanjang malam. Sebenarnya, kami sempat mendengar suara, tapi sangat pelan sehingga kami tidak berpikir jika dia akan pergi, Nyonya. Tadi, saat pelayan datang membawa sarapan, tidak ada respons dari dalam kamar. Saat kami buka, dia sudah menghilang,” jelasnya.

Arietta berpaling dan pergi. Sebenarnya, dia memang tidak berniat membiarkan Khyros tinggal terlalu lama. Jika Khyros sudah lebih dulu menghilang, ia tidak perlu repot-repot untuk memintanya pergi.

Arietta teringat jika hari ini Aiden tengah berlatih pedang. Jika dipikir lagi, Rovien bukanlah seseorang yang benar-benar ahli dalam berpedang. Jika Rovien masih menjadi guru Aiden, prosesnya untuk menjadi ahli pedang akan menjadi sedikit lama.

Pada cerita aslinya, Rovien akan berhenti menjadi guru Aiden setelah pemuda tersebut melampaui kemampuan Rovien. Namun, hal itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Selama hal itu belum tercapai, maka Aiden akan cukup kesulitan dan tersiksa dengan latihan yang diberikan.

“Apa Aiden sudah mulai berlatih?” Arietta bertanya pada pelayan di sebelahnya.

“Ya, Nyonya. Tuan Muda sudah berada di halaman belakang. Hari ini adalah jadwal Tuan Muda untuk berlatih.”

“Baiklah. Aku akan pergi melihat.” Arietta melirik pelayan tersebut. Dia masih muda, tapi memiliki ketekunan yang tinggi. Akhir-akhir ini, dialah yang menemani Arietta ke mana pun Arietta pergi di mansion.

Keduanya pergi ke halaman belakang, tempat Aiden berlatih. Arietta tidak langsung datang pada Aiden dan memilih untuk mengamati saja dari kejauhan, lebih tepatnya di balkon lantai dua.

Tidak hanya sihir, tapi juga ada hal magis lain di dunianya sekarang. Itu adalah aura. Sejenis energi yang dialirkan pada bagian tubuh atau senjata untuk bertarung.

Pada waktu yang sekarang, Aiden belum bisa menggunakannya. Aiden dapat menggunakan aura setelah ulang tahun Aeris yang ke enam belas, masih sangat lama. Itu juga berarti ia masih harus menguatkan dirinya menghadapi Rovien hingga waktu itu tiba.

“Lise, apa mereka bertarung sungguhan?!” Arietta membelalakkan matanya saat melihat kuda-kuda yang dilakukan Rovien. Arietta dapat melihat jelas jika Rovien memiliki niat bertarung sungguhan.

“Se-sepertinya iya, Nyonya!” sahut Lise panik, dia juga merasakan hal yang tidak beres. “Nyonya, jangan berlari!” cegahnya saat Arietta beranjak dari posisinya.

Bukan tanpa alasan. Mereka kini masih berada di lantai dua. Jika Arietta berlari, Lise takut jika kejadian yang sama terulang.

Sayangnya, larangan Lise tak ubahnya angin lalu bagi Arietta. Gadis tersebut pun harus berlari mengejar Arietta yang sudah berlari jauh mendahuluinya.

Di sisi lain, Aiden memegang erat gagang pedang kayu yang ia gunakan untuk berlatih.

Di hadapannya, Rovien—yang sering ia panggil Sir Anhart—tengah melakukan kuda-kuda. Aiden menelan salivanya, merasa tegang.

Rovien memang bukan prajurit yang kuat, tapi jika dibandingkan dengan Aiden, perbandingannya sangat jauh. Hari ini, Rovien meminta latihan yang lebih serius dari sebelumnya. Karena mengurus kepentingan kediaman, Aiden tidak berlatih selama beberapa waktu. Sebab itulah Rovien ingin Aiden berlatih dengan serius hari ini dengan melawannya.

Menjadi Ibu Tiri Sang Protagonis (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang