Bab 24

1K 65 2
                                    

Arietta mengamati Aeris yang sibuk membaca buku di ruang kerjanya. Ini sudah tiga hari berlalu sejak pesta ulang tahun dan Arietta menyadari jika Aeris mengenakan pita yang sama selama dua hari berturut-turut.

“Pita itu ... apakah hadiah ulang tahun dari seseorang?” Arietta bertanya setelah menyelesaikan satu dokumen di mejanya.

Aeris mengangguk, mengiyakan. Gadis tersebut tersenyum tipis sembari mengelus pita yang menghiasi kepalanya. “Ini hadiah dari teman.”

“Teman? Siapa?” Arietta tersenyum. Dia sudah tahu siapa yang Aeris maksud. Namun, niat-niat usil muncul di kepalanya.

“Itu ... apakah Ibu tahu, saat menghadiri festival, saya sempat terpisah dengan Kakak. Kemudian, saya bertemu dengannya. Dia adalah anak yang baik. Ya, tapi kadang saya kesal dengan cara bicaranya.” Aeris menutup buku di tangannya.

Arietta mengangguk. Apakah sudah muncul benih-benih cinta di antara mereka? Memikirkannya saja membuat Arietta bahagia bukan main. Namun, di sisi lain dia juga merasa jika hubungan mereka dimulai terlalu dini. Arietta tidak akan membiarkan Azriel mencuri hati Aeris begitu awal.

“Memangnya siapa temanmu itu?” Arietta beranjak dari kursinya. Dia berjalan mendekat dan duduk di samping Aeris.

“Namanya El. Dia bekerja di kediaman Tuan Muda William,” jelas Aeris.

“Hmm, apa dia tampan?” Arietta memberikan lirikan penuh arti. Yang sama sekali tidak disadari oleh Aeris.

“Saya tidak tahu. Wajahnya tertutup topeng.” Tangan Aeris memainkan surai keemasan miliknya. Gadis tersebut terlihat berpikir cukup dalam mengenai pertanyaan Arietta. “Dia sepertinya orang yang baik. Dia bahkan menyempatkan waktu untuk memberikan hadiah pada saya. Tunggu, dari mana dia tahu bahwa saya berulang tahun? Bahkan terpikir untuk memberi saya hadiah."

Arietta menahan senyuman saat melihat raut kebingungan Aeris. Pantas jika Aeris kebingungan. Dia tidak pernah bertemu sekali pun dengan El setelah festival waktu itu. Namun, El dapat mengetahui ulang tahunnya dan menyiapkan hadiah tentu menjadi sebuah pertanyaan besar di kepala Aeris.

Ya, wajar jika El mengetahuinya. El adalah Azriel, orang yang tahu apa pun yang akan dilakukan oleh William. Pemuda tersebut pastinya sudah menyiapkan hadiah terpisah setelah melihat surat undangan yang datang ke kediaman Wilbridge.

“Mungkin dia menyiapkan hadiah saat Tuan Muda William memerintahkannya untuk ikut. Ya, tidak usah dipikirkan. Lagi pula, bagaimanapun caranya, El sepertinya hadir karena menganggap Aeris teman!” celetuk Arietta.

“Mungkin saja....” Aeris segera merapikan buku yang dibawanya. Karena sudah sore, ia berniat undur diri dari ruang kerja Arietta.

Alur cerita romansa yang masih berjalan seperti seharusnya—kecuali pada William. Hubungan Aeris dan Azriel yang semakin dekat di setiap pertemuannya sama seperti yang ada di dalam buku. Dengan munculnya sedikit kedekatan di antara mereka, Arietta yakin jika kisah asmara keduanya tidak akan terlalu melenceng dari cerita aslinya.

Aeris segera berpamitan. Tidak lama setelah Aeris pergi, Richard masuk dengan beberapa surat yang baru saja tiba.

“Nyonya, ada surat dari Kediaman Wilbridge.” Richard menyerahkan salah satu surat itu pada Arietta.

Suratnya tersegel dengan rapi. Segel lilin tersebut memiliki lambang singa dan pedang yang merupakan lambang Keluarga Wilbridge.

Meskipun memiliki segel Keluarga Wilbridge. Namun, surat tersebut bukanlah surat darurat atau penting. Karena Arietta tahu jika suratnya berisi hal penting atau darurat, maka lilin segelnya tidak berwarna merah, melainkan perak.

Menjadi Ibu Tiri Sang Protagonis (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang