Area parkir yang tenang dan sepi bukanlah penyebab gundah gulana wanita yang memakai kemeja putih dipadukan rok mini hitam lipit itu. Pria di sampingnya menoleh, sebab sekian menit wanita di sisinya belum beranjak meski sudah sampai sejak tadi.
"Kau akan naik atau tidak?" tanyanya memastikan.
"Naik," ujar wanita itu singkat sambil menghela.
Pria yang memakai kaus putih dilapisi kemeja biru jin hendak mengucapkan sebuah kalimat, tetapi wanita di sisinya sudah beranjak. Pria itu hanya menelan kata-katanya sambil melihat wanita yang memakai nama Kinsley berjalan ke pintu pembatas area parkir dan bangunan utama. Kinsley tampak berpikir, masih merangkai kata untuk dikatakan pada Reyniel soal izinnya selama tujuh hari ke depan mulai besok. Kinsley takut jika reaksi Reyniel di luar prediksi, mengingat Reyniel merupakan orang mempunyai trauma ditinggalkan. Semakin dekat dengan tempat tinggal Reyniel, semakin meningkat pula kegundahan Kins.
Sepatu stiletto hitamnya berhenti di depan pintu, ia mengembuskan napas sebelum menekan bel. Namun, jarinya lebih dulu bekerja, membuatnya sedikit terkejut dan disusul dengan pintu utama terbuka, sosok sang pemilik muncul memegangi kenop pintu bagian dalam dan tersenyum tipis ke arahnya, tangannya yang lain mempersilakan Kins masuk. Kinsley melangkah masuk, melepas sepatunya kemudian berganti menggunakan sandal rumah yang lebih santai dan ringan berwarna abu-abu.
"Kukira kau tak akan datang," ujar Reyniel mengekori langkah Kinsley yang masuk ke ruang tamunya yang terang.
Kinsley berbalik dan membalas senyum Reyniel. "Jika aku tak bisa datang, pasti akan kuberi tahu malam sebelumnya."
Pria yang memakai kemeja biru navi polos itu hanya tersenyum dan mengajak Kins ke meja makan, di sana sudah terhidang makan malam buatan tangan Reyniel seperti biasa. Reyniel selalu menunggu reaksi Kinsley tentang hasil kreasi masakannya, apalagi soal menu baru yang hanya dilihat dari sosial media. Kinsley tampak terkejut melihat menu yang tersaji di mangkuk berwarna putih di depannya, lalu menatap Reyniel dengan mengulum senyum.
"Kenapa menatapku begitu? Terkejut, ya?" tanya Reyniel suka dengan ekspresi Kinsley ketika kaget.
"Ya, aku terkejut. Bagaimana kau bisa membuat makanan ini?"
"Tentu saja aku bisa, apalagi ini makanan kesukaanmu yang tak akan dapat ditemui di sini. Cobalah," ujar Reyniel mempersilakan Kinsley mencobanya.
Kinsley tentu saja semangat mencoba, sebab makanan berbahan dasar buah siam yang jarang ditemui di sini, dipadukan dengan bahan makanan lain dan berkuah santan kental itu adalah makanan yang dirindukannya. Kinsley tak cukup mencoba sekali, kedua kalinya air matanya keluar dan membuat Reyniel segera mengambil tisu.
"Rasanya tak enak, ya? Maaf, aku baru membuatnya sekali dan langsung menunjukkannya padamu," sesal Reyniel hendak mengambil mangkuk makanan di depan Kins.
Kinsley menahan tangan Reyneil, "Tidak, tidak! Kau tahu, bagaimana jika rindu suatu masakan dalam waktu lama dan kau bisa memakannya sekarang, ya seperti itu rasanya. Ini enak!"
Reyniel menatap Kinsley mencari kebohongan dari manik matanya yang berbinar indah. "Jangan bohong!"
"Apakah seperti ini wajah berbohong, hmm?" tanya Kinsley memajukan wajahnya menatap Reyniel.
Reyniel menatap satu per satu manik mata indah Kinsley, tak menemukan perasaan yang ditipu olehnya saat ini. "Kau suka?"
"Tentu saja, ini sesuai dengan yang aku rindukan! Hanya saja ... ."
"Apa?" tanya Reyniel mengerutkan kening.
"Porsinya kurang," ujar Kinsley tak tahu malu.
Reyniel tertunduk sambil tertawa. "Ada sisanya di dapur, habiskan saja dulu yang ada."
YOU ARE READING
Deamflum [The End]
Romance21+ | Do't copy my story! Ashlynn memang sudah bersuami, tetapi suaminya justru masih sibuk dengan masa lalunya bersama Kira. Keid hanya menganggap Ashlynn sebagai teman dalam kehidupan pernikahannya. Ashlynn kira usai Keid kecelakaan akan berubah...