Reyniel tak menyangka jika Kinsley akan membawanya ke tempat yang tak pernah dikunjunginya selama hidup, meskipun sekali. Reyniel menghentikan langkah dan membiarkan tangannya terlepas dari genggaman Kinsley, wanita cantik itu ikut menghentikan langkah dan berbalik karena Reyniel tak ada di sampingnya.
"Kita masuk ke sana?" tanya Reyniel memastikan sambil melihat ada enam orang duduk secara acak memenuhi meja bagian samping.
Kinsley mendekati Reyniel dan mengapit lengannya. "Kau menginginkan jadi manusia normal dan bisa berbaur selayaknya orang lain, jadi ... ikuti saja aku."
Reyniel menatap Kins setelah melihat dengan detail isi warung tenda yang menjual minuman bisa menghangatkan tubuh dan makanan pendampingnya yang sangat cocok. Kins tahu benar apa yang ditakutkan Reyniel, tetapi seolah memperlihatkan isi warung tenda itu dengan mata telanjang jika ketakutannya hanyalah perasaan semata saja. Pemilik kedai yang ramah dari balik masker plastik bening menyapa di sela kesibukan, mempersilakannya memilih menu lebih dahulu sebelum memutuskan memesan. Kinsley sibuk memilih dan dengan semangat menyebutkan menu diinginkan, sementara Reyniel masih bingung dan tak tahu harus memesan apa, pun akhirnya ikut memesan menu yang sama. Di dalam warung tenda udara tak sedingin di luar, bukan dingin karena udara yang cenderung turun menjelang musim penghujan, melainkan udara malam yang ternyata bagus untuk dirasakan juga sebagai penenang tatkala penat melanda. Ya, Reyniel melepas jasnya dan menggulung kemejanya yang seolah tak pernah tak licin.
Kinsley tersenyum, meski tahu benar raut wajah Reyniel penuh dengan waspada. Wanita itu mengambil beberapa lembar tisu basah dari dalam tas dan mengelap meja sampai bersih. Reyniel merasa act of service Kinsley yang sudah seperti pasangan hidupnya itu, pun membuatnya tersenyum dan sedikit tenang, sebab berada di keramaian seperti ini bukanlah hal yang mudah baginya. Warung tenda itu berbentuk memanjang, ada sepuluh meja yang dilingkari oleh empat kursi lipat. Sisi tenda terbuat dari plastik bening di bagian tengah agar pengunjung bisa juga menikmati hidangan dan pemandangan malam sambil ngobrol. Makanan yang dipesan Kinsley tadi diantar ke meja, dua mangkuk mi dengan kuah kental yang tampak enak di mata Reyniel, disajikan dengan dua botol minuman yang cukup memabukkan.
"Selamat makan," ujar Kinsley mengambil sendok dan menyeruput kuah kental. "wow! Cobalah!"
Reyniel mengambil sendok meski dalam hati berpikiran, jika rasanya tidak enak tak akan dimakan. Reyniel menenggelamkan ujung sendok dan meminum kuah yang tertampung. "Enak."
Kinsley tertawa kecil. "Enak 'kan? Ayo, makan!"
Reyniel menatap makanan di depannya, meski sesekali melihat sekitar, ketika ada yang bertabrakan mata dengannya, pun segera menunduk. "Kau sudah pernah kemari, ya?"
"Hmm, ya. Maaf, bila kau merasa tak nyaman dan tak yakin makan di sini." Kinsley menatap Reyniel.
"Memang tidak biasa, tapi aku ingin tampak seperti yang lain, ini bagus juga." Reyniel mengambil sawi putih yang telah difermentasi.
Kinsley menyedot mi yang panjang tanpa dipotong sekaligus, membuatnya menghela udara yang terperangkap. Reyniel mengangkat tangan tanpa disadari oleh Kins, mengelap noda minyak di tepi bibir Kins dan mencecapnya. Kinsley melongo oleh act of service Reyniel yang begitu baik, meski hubungan mereka dilandasi oleh sebuah kontrak. Kinsley tersenyum tersipu malu, mengambil tisu kering dan mengelapnya ulang. Kinsley yakin seratus sembilan puluh sembilan persen jika Reyniel tak pernah makan di tempat seperti ini, selayaknya yang diucapkannya. But, mangkuk mi ramen yang ada di depannya kandas tak bersisa, pun ia menyeruput kuahnya sampai habis! Kinsley tentu saja senang dan melihat wajah Reyniel memerah sambil mengusap dengan punggung tangan.
"Kenyang?" tanya Kinsley memajukan wajahnya.
"Ya," ujar Reyniel tak berapa lama bersendawa, membuat dirinya sendiri malu dan menutup bibir sambil tertawa. "maaf."
YOU ARE READING
Deamflum [The End]
Romance21+ | Do't copy my story! Ashlynn memang sudah bersuami, tetapi suaminya justru masih sibuk dengan masa lalunya bersama Kira. Keid hanya menganggap Ashlynn sebagai teman dalam kehidupan pernikahannya. Ashlynn kira usai Keid kecelakaan akan berubah...