Langit-langit kamar yang putih dan bersih adalah pemandangan pertama ketika Milo membuka mata. Suara bising kendaraan lalu lalang menjadi backsound pendengarannya hingga beberapa menit terjaga di ranjang. Langit telah gelap sepenuhnya, bisa dilihat dari celah tirai tak tertutup sempurna. Milo tak yakin tebakannya benar soal pukul berapa sekarang, yang pasti ia terbangun sebelum alarmnya berbunyi. Milo bangun terduduk bertumpu kedua tangan dan menatap luar dari celah tirai.
"Jika bukan Kins yang datang menolongku malam itu, mungkin aku tinggal nama," ujar lirih Milo mengingat bagaimana pertemuannya dengan Kinsley pertama kali.
Suara ambulance melintas makin membuat Milo terdiam, tak biasanya dia akan banyak bicara dan berdebat dengan Kins. Sayangnya, Kins tak ada di rumah untuk bekerja sesuai kontraknya dengan Reyniel. Milo turun dari ranjang berpangku tangan mengikuti nyala merah dan biru memudar karena kendaraan darurat itu telah melintas. Milo melirik jam digital yang ada di dekat ranjangnya, masih pukul sembilan lebih lima puluh menit, akan lama menunggu Kins jika berangkat sekarang. Ia memutuskan untuk tetap di tempat, tetapi pikirannya melayang ke mana-mana. Pada tempat tinggalnya dulu, pada masa-masa sulit ketika semua orang yang disayanginya meninggalkannya satu per satu.
Milo memalingkan wajah ketika mendengar ponselnya bergetar satu kali, meraihnya dan memeriksa pesan terbaru itu berisi ajakan untuk bertemu. Milo menaruh ponselnya di ranjang kembali, tak berniat untuk membalasnya, lalu bangkit ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Air kran bekerja dengan sangat baik, tetapi Milo memukul dinding kamar mandi mengeluarkan isi pikirannya. Pria itu masih saja terdiam sambil mengenakan pakaian, isi pikirannya begitu berisik seperti jalanan ibukota malam ini.
Pria yang mengenakan kaus putih dilapisi jaket Hoodie warna milo dipadukan celana jogger senada dengan jaketnya keluar dari kamar setelah mengantongi barang berharganya. Ia mengenakan sepatu kets putih sebelum keluar dari pintu, lalu meninggalkan rumah setelah yakin alarm pintu mengunci otomatis. Milo menerima pesan kedua dari nomor terakhir, tempat pertemuan mereka berganti entah dengan alasan apa ketika ia berada di lift.
Milo melangkah keluar dari lift ketika sampai di area parkir, mendekati kendaraan milik Kins yang selalu disopiri olehnya selama ini. Masih ada waktu dua jam sebelum menjemput Kins. Kau yakin akan menemuinya, Milo? Milo berdiskusi dengan dirinya sendiri sambil memegangi kemudi, mesin yang telah menyala siap mengantarkan ke tempat tujuan. Milo menarik napas seraya menginjak pedal gas, ketika mengembuskan napas ia akhirnya memutuskan untuk menemuinya.
Milo mengirim pesan suara pada Kins ketika ada di persimpangan terakhir sebelum berbelok ke tempat tujuan. Aroma laut menyeruak indra penciuman Milo ketika membuka pintu mobil di area parkir yang disediakan. Kedai-kedai di sana ramai dikunjungi pemancing kala perut meminta makanan, minuman atau cemilan, ada toko peralatan memancing yang buka dua puluh empat jam dijaga oleh pria berbadan besar yang kumisnya lebat.
Kedai makanan dan minuman itu menghadap laut, bangunannya semi permanen, aroma ikan bakar menguar mengundang siapapun yang lapar untuk masuk. Milo membaca nama kedai yang ada di atas pintu masuk, setelah yakin itu adalah tempat kedai tempat bertemu, pun masuk. Aroma masakan dengan kuah kental itu bukanlah berasal dari ikan, Milo yakin itu dari kaldu daging sapi bukan kaldu ikan. Pria yang hidup bak saudara dengan Kins itu menemukan orang yang meminta bertemu. Pria rupawan yang mempunyai postur tubuh tinggi itu mengangkat mangkuk stainless steal kecil berisi minuman fermentasi beras, ragi, gula dan kacang pinus. Milo melangkah mendekat sambil memperhatikan detail pria yang sudah datang lebih dulu itu, tampak wajahnya tak berubah sedikitpun seolah tak menua.
"Duduklah, makanlah lebih dulu, baru bertanya." Pria yang memakai kemeja hitam yang digulung ujungnya mempersilakan.
Milo ingin sekali memberondongi pria di depannya dengan seribu satu pertanyaan, tetapi aroma makanan yang ada di depannya membuat perut yang kosong belum makan malam menjadi meronta. Milo mengambil sendok dan mencicipi kuah kental di mangkuk berwarna hitam itu, sungguh sangat cocok untuk makan malam sebab mempunyai rasa yang lembut, terutama daging iganya.
YOU ARE READING
Deamflum [The End]
Romantik21+ | Do't copy my story! Ashlynn memang sudah bersuami, tetapi suaminya justru masih sibuk dengan masa lalunya bersama Kira. Keid hanya menganggap Ashlynn sebagai teman dalam kehidupan pernikahannya. Ashlynn kira usai Keid kecelakaan akan berubah...