Terhitung sudah sepekan lamanya paul tak menginjakkan kaki di kantornya. Ia selalu memantau aktivitas kantor dari laptopnya.
Mungkin besok atau lusa ia akan berangkat ke kantor seperti biasanya.
Siang ini, papa memutuskan untuk pergi ke kantor Panaland yang ada di Jakarta.
Meskipun sudah diserahkan penuh pada Paul, tetapi tak ada salahnya untuk melihat bagaimana perkembangan perusahaannya.
Begitu juga dengan mama yang pergi bertemu dengan temannya karena mumpung sedang di Jakarta.
Kini di rumah hanya ada Paul, Nabila dan Lio.
Nabila yang mulai beraktifitas seperti biasanya, mengurus rumah, sesekali memantau the Nab label dan tentunya prioritas utamanya saat ini yaitu mengurus Lio.
Sedangkan paul tengah fokus bekerja di ruang kerjanya hingga lupa waktu. Terpantau sedari tadi pintu ruang kerjanya yang masih tertutup rapat.
Nabila pun tak pernah mempermasalahkan itu karena ia tau suaminya itu tengah fokus bekerja.
-----------------------------
Sore ini, jadwal Nabila dan Lio untuk kontrol ke rumah sakit. Nabila sudah bilang paaul untuk mengantarkannya ke rumah sakit sore ini.
Namun, sepertinya paul lupa, tak ada tanda-tanda pergerakan paul keluar dari ruangannya. Padahal waktunya sudah sangat mepet dengan waktu yang sudah ditentukan.
Nabila pun mengetuk pintu ruangan kerja paul.
"Tok tok tok tok!!! By" ucap nabila sambil mengetuk pintu
"By, belum selesai ya kerjanya ?" tanya nabila memasuki ruang kerja paul
"Ya kamu liat aja sendiri" ucap paul datar
"Sore ini jadwal aku control loh by, ini udah mepet banget takut dokternya keburu pergi," ucap nabila
"Bisa gak kita berangkat sekarang by?" lanjut nabila
"Kamu gak liat apa aku lagi banyak kerjaan kek gini" kesal paul
"Iya aku tau, tapi aku kan udah bilang sama kamu by tadi malem" jawab nabila
"aku ga bisa, sana berangkat, ganggu aja" ucap paul dengan nada yang meninggi
"Iya" ucap nabila dengan dada yang sudah sesak
Keluar dari ruangan kerja paul dengan mata yang sudah memanas, baru kali ini paul berbicara seperti itu padanya.
Nabila segera mengusap air matanya yang sudah jatuh. Kemudian ia masuk ke kamar menghampiri Lio yang tengah tertidur.
Mau tak mau nabila harus berangkat sendiri tanpa paul. Ia menggendong Lio menuju mobil dan menata kursi samping kemudi dengan kasur kecil dan ia tata sedemikian rupa agar lio tetap aman.
"Lio yang anteng ya, mari kita berangkat, Lets go" ucap nabila pada Lio
Nabila melajukan mobilnya dengan pelan. Ia juga memfokuskan pandangannya pada jalanan meskipun rasanya ingin menangis saat ini juga.
Sesekali Ia juga melirik Lio untuk memastikan anaknya itu tak kenapa-napa.
Sejujurnya dalam hatinya sangat sakit dan kecewa dengan perkataan paul. Ia masih tak menyangka paul bisa mengeluarkan suara tinggi padanya.
Nabila juga tak tau apa yang menyebabkan suaminya bersikap seperti itu.
Tepat pukul Lima sore nabila sampai di rumah sakit. Ia segera turun dan menggendong lio menuju ruangan dokter.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELABUHAN HATI ( PAUL NABILA ) SUDAH TERBIT
RomancePROLOG Kita tidak pernah tau bagaimana kehidupan kita kedepannya. Kita hanyalah manusia yang menjalankan kehidupan yang telah diatur oleh pemilik semesta. Aku tidak pernah tau kemana hati ini akan berlabuh. Tetapi aku selalu percaya bahwa rencana-Ny...