🌼Perpindahan jiwa musim 4 🌼
follow akun author sebagai dukungan.
silahkan berkunjung ke lapak author untuk membaca cerita yang lainnya.
Karalina yang meninggal dunia, tiba-tiba terbangun di tubuh Elisa Karaline. Si antagonis kedua dari novel yang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gimana keadaan kamu, Sayang?" Tanya Sofia, Mama Elisa. Saat melihat putrinya yang mengambil minuman dari dalam kulkas.
"Udah mendingan, Mah," balas Elisa.
"Kemari sebentar, Mama mau bicara sama kamu." Sofia memerintahkan agar Elisa mendekat dan duduk di kursi depannya.
"Kenapa, Mah?" Tanya Elisa.
"Kamu buang lagi vitamin sama suplemennya?" Tanya Sofia, ia menyadarinya. Jika Elisa kembali tak sadarkan diri kemarin, sudah jelas anak gadisnya itu membuang lagi obat-obatannya. Sofia juga paham, pasti sangat membosankan jika harus menelan beberapa butir obat yang bisa disebut vitamin untuk tubuh Elisa.
Gadis itu memilin bajunya, ia juga tidak tau kebiasaan Elisa sebelumnya. Ternyata tubuh yang ditempati menderita imun lemah. Kepalanya menunduk, tak bisa menjawab pertanyaan sang Mama.
Sofia menghela nafas, sudah menjadi kebiasaan Elisa yang membuang obat dan ketika ditanya anak gadisnya hanya akan diam.
"Elisa, Mama tau kamu pasti gak suka harus minum obat setiap hari. Tapi ini demi kebaikan kamu, sayang. Jangan diulangi lagi, Mama gak bisa jika harus melihat kamu terbaring sakit," Sofia mengusap kepala Elisa.
"Maaf, Mah," balas Elisa merasa bersalah membuat wanita itu khawatir.
"Gak papa, Mama udah beliin kamu vitamin lagi, jangan dibuang," peringat Sofia.
"Siap Ibu Ratu," balas Elisa sambil memberi hormat.
Sofia hanya menggeleng melihat tingkah putrinya. Ia kemudian membiarkan Elisa kembali beristirahat.
***
Elisa kembali bersekolah, ia sudah berjanji tidak akan melupakan meminum obatnya. Untung saja ia tak memiliki pantangan dalam makan, jadi ia bisa menikmati berbagai jajanan yang ada.
"Pagi Elisa," sapa Julie. Sudah merangkul bahu Elisa.
"Pagi Julie," balas Elisa. Keduanya melangkah sepanjang koridor menuju kelas mereka.
