tiga puluh delapan

12.3K 736 6
                                    

"Lo beneran gak bisa naik sepeda?!" Teriak Janu dengan keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo beneran gak bisa naik sepeda?!" Teriak Janu dengan keras. Tangan kirinya menutup mulut, matanya melotot menatap Arsalan shock dan tak percaya.

"Gak papa, nanti biar gue yang boncengin Arsa," balas Elisa yang sudah memegang sepeda roda dua tersebut. Menatap Arsalan dengan pandangan menenangkan.

Arsalan menatap Elisa dengan memelas, sungguh malu sekali dirinya, kenapa ia tak bisa menaiki sepeda roda dua tersebut. Ia bisa melihat disana Elakiro memboncengkan Isla. Maria berboncengan dengan Narendra. Lalu Janu dan Sabumi saling berboncengan. Sementara Julie dan Matteo memakai sepeda sendiri.

Mereka tengah berada disebuah pantai, berniat melakukak sewa sepeda untuk gowes bersama mengitari pesisir pantai.

"Lo gak pernah diajari sepeda waktu kecil?" Tanya Sabumi heran.

"Pernah, tapi jatoh terus gue gak naik sepeda lagi. Lagipula gue juga gak pernah naik sepeda kalo ke sekolah." Arsalan membalas sekadarnya. Ia menatap Elisa dengan bersalah. Jujur, ia tak pernah naik sepeda lagi, ketika sekolahpun ia akan diantar dan setelah bisa memakai mobil barulah ia berangkat sendiri. Apa aneh jika orang tidak bisa naik sepeda? Namun bisa mengendarai mobil.

"Udah, biarin Si Elisa boncengin Arsalan, atau lo mau bonceng gue?" Ucap Matteo menyela, menawari Arsalan untuk berboncengan.

"Boleh..." niat hati tak ingin terlalu merasa malu dengan ikut berboncengan dengan Matteo, namun Elisa sudah menyela.

"Gak, lo sama gue aja. Kalian jalan dulu, ntar gue sama Arsalan boncengan." Elisa memotong kalimat Arsalan. Ia sudah menaiki sepeda mereka. Lalu meminta Arsalan untuk segera naik.

"Ya udah kita duluan," balas Sabumi. Mereka mulai mengayuh sepedanya. Meninggalkan keduanya. Memberi ruang agar Arsalan tak semakin merasa malu.

"Lo yakin kuat? Gue berat, loh." Tanya Arsalan masih ragu untuk naik.

Elisa menepuk boncengan sepeda berulang kali.

"Ayo naiklah, gue kuat. Tenang sja, dulu gue juara balap sepeda waktu kecil," balas Elisa dengan bangganya.

Arsalan mau tak mau menaiki boncengan sepeda tersebut, lalu memegang pinggang Elisa. Rasanya wajahnya kini memerah karna malu, dibonceng oleh kekasihnya. Harusnya ia yang didepan, tapi kelemahannya satu ini sungguh tak bisa diatasi.

Elisa mulai mengayuh sepedanya dengan mudah, Arsalan memang tak ringan, namun ia masih mampu memboncengkan pemuda itu.

"Lo bisa naik mobil tapi gak bisa naik sepeda, gimana coba?" Ucap Elisa memecah keheningan.

"Ya gitu, gue gak pernah belajar lagi. Lagipula gue juga gak ada keperluan buat naik roda dua ginian." Lain di mulut, lain pula di hati. Arsalan menyesal dulu tak giat belajar sepeda hingga bisa, kini ia harus duduk dibonceng oleh Elisa.

"Gak papa, kalo gini lo masih mirip manusia. Kalo semua udah lo bisa, nanti malah gak masuk akal," kekeh Elisa. Ternyata Arsalan masihlah manusia yang memiliki kelemahan. Lagipula memiliki kelemahan ataupun kekurangan tak akan membuat seseorang menjadi cacat.

Fall in You (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang