empat puluh satu [selesai]

21K 820 11
                                    

Kamar perawatan Elisa kini penuh dengan pengunjung. Sahabat dari Elisa dan Arsalan, sementara Arsalan sudah pasti tak mau ketinggalan untuk menjenguk Elisa.

Mereka memenuhi ruang perawatan Elisa dengan canda dam gurau, tak ada yang berniat menyinggung masalah yang menimpa Elisa. Semua kompak bungkam, membiarkan mental Elisa membaik tanpa berniat mengusik kejadian kelam kemarin. Biarkan mereka memenuhi hari Elisa dengan kebahagiaan.

Elisa juga tak berniat menyinggung atau ingin tau tentang Hauar, ia tau dari tak sengaja mendengar obrolan Papa dan Saudaranya. Bahwa Haura sudah tertangkap dan Papa Raha akan menuntut dengan seberat-beratnya kejahatan Haura. Jadi Elisa sengaja tak akan menyinggung apapun, membiarkan ia sembuh tanpa ingin mendengar kabar dari pelaku. Ia percaya keluarganya akan mengusahakan yang terbaik.

"Lo sadar gak, kalau Julie dari tadi curi-curi pandang kearah pintu, kayak nyariin seseorang," celtuk Maria, ia memang sedang duduk disamping ranjang Elisa bersama Julie.

"Iya, ya.... padahal semua udah ada disini," balas Elisa mengangguk menyetujui. Ia melihat kearag Julie yang sesekali mencuri pandang kearah pintu.

"Lo cari siapa?" Tanya Isla yang penasaran juga.

"Gak ada," balas Julie mencoba menyembunyikan.

Tak berselang lama pintu terbuka dan terlihat Kameleon memasuki ruang Elisa. Keduanya sempat bertemu pandang sebelum Julie mengalihkan tatapannya dengan wajah yang bersemu.

Elisa melihat semua itu dan hanya tersenyum tipis, sepertinya ia tau siapa yang dicari Julie sejak tadi.

"Ramai ternyata, Bang Leon cuma bawa makanan dua doang. Maaf ya, semua," ucap Kameleon yang mengangkat plastik di tangannya. Ia tersenyum tak enak pada para sahabat adiknya. Harusnya tadi ia bisa membeli lebih banyak.

"Gak papa, Bang. Santai aja."

"Disini juga udah banyak makanan," timpal mereka.

"Udah gak usah gak enak, biasanya juga gak tau diri kalo punya makanan disimpan sendiri," cibir Elkairo, tak ingatkah Kameleon sangat pelit pada dirinya saat ada makanan.

"Itu beda, kamu sukanya nyuri makanan di kamar Abang yang khusus emang buat Bang Leon simpan." Kameleon tak terima. Ia memang rajinberbelanja camilan dan makanan, khusus untuk kamarnya memang miliknya dan ia akan meletakkan separuh di kulkas keluarga. Namun saudara laki-lakinya itu memang lain dari yang lain.

"Siapa suruh pelit," balas Elkairo yang tak mau kalah.

"Padahal Kara selalu ambil makanan di kamar Bang Leon, Kara kira itu emang bebas ambil kalo kesana," celetuk Elisa dengan wajah polos.

"Tuh lihat! Bang Leon emang pilih kasih! Terluka hati mungielku Bang," timpal Elkairo tak terima. Menatap Kameleon dengan wajah yang terluka.

"Muka kamu mirip monyet di kebun binatang," ucap Kameleon tak bisa menyembunyikan tawanya. Elkairo memang anak tetangga diantara para saudaranya.

Julie yang sejak tadi menatap Kameleon, kini terdiam, ia semakin terpesona saat melihat tawa dari pria muda itu. Isla yang sadar menyenggol lengan Julie.

"Awas ilernya netes," ucap Isla.

Julie segera mengusap sudut bibirnya, yang ternyata kering. Ia ditipu oleh sahabatnya itu.

"Sialan lo!" Bisik Julie, tak ingin semakin malu karna ketahuan mengagumi ciptaan Tuhan.

***

Suara roda kursi yang didorong menggema di koridor rumah sakit. Arsalan tengah mendorong kursi roda Elisa menuju taman rumah sakit. Setelah menghabiskan waktu dengan para sahabatnya, akhirnya Arsalan memiliki waktu berduaan dengan Elisa. Sore yang sudah tak terik, membuat keduanya bisa menikmati waktu luang di taman tanpa takut kepanasan.

Fall in You (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang