Elisa berada disebuah padang rumput seorang diri. Ia menatap sekitar tak menemukan apapun. Entah mengapa perasaannya terasa tenang saat berada disini. Tak ada rasa sakit ataupun rasa sedih yang ia rasakan. Tempat apa sebeenarnya ini?
Hingga ada sosok yang duduk disebelahnya, Elisa menatap kesamping dan.menemukan.wanita yang.menjadi ibunya dikehidupan.yang dulu.
"IBU!" Teriak Elisa, lalu memeluk wanita itu dengan erat. Rasa tenang tadi berubah menjadi rasa haru. Elisa menangis tersedu sambil memeluk.wanita yang pernah menjadi ibunya. Sosok yang sangat berjasa di kehidupannya dahulu. Ia senang bisa bertemu dengan Ibunya disini.
"Ibu baik-baik saja, Kara." Wanita itu berbicara dengan lembut, tangannya tak henti membelai rambut Elisa. Membiarkan putrinya berpuas diri, menyalurkan rasa rindunya.
"Kara.... Kara rindu Ibu. Ibu kenapa tinggalin Kara sendirian," adu Elisa pada Ibunya.
Wanita itu melepas pelukan Elisa. Lalu mengusap pipi Elisa yang basah. Senyumnya terlihat mengembang, memberi Elisa ketenangan.
"Ibu gak pernah ninggalin Kara sendirian, Ibu selalu ada di hati Kara." Tunjuk Ibu Karalina pada dada Elisa.
"Tapi Kara mau ikut Ibu." Elisa menatap wanita itu dengan kerinduan.
"Belum waktunya kita bersama, Sayang. Masih ada mereka yang nungguin kamu kembali." Ibu Karalina mencubit hidung Elisa gemas.
"Lagipula Ibu senang kamu bisa hidup dengan nyaman bersama keluarga barumu yang menyayangimu. Itu sudah lebih dari cukup buat Ibu. Jadi kamu harus pulang, disini bukan tempatmu, Kara."
"Kara ngerasa kayak pencuri, menikmati kebahagiaan padahal itu bukan milik Kara."
"Itu milik kamu, Sayang. Jiwa kalian saling terikat, hanya beda dunia saja. Kamu gak perlu merasa bersalah. Jadi kamu harus kembali, ini sudah terlalu lama. Apa kamu lupa ada Mama Sofia, Papa Raha, Bang Kameleon, Bang Elkairo dan Arsalan yang nungguin kamu. Mereka sayang sama kamu, bajkan kamu juga punya teman dan kehidupan yang bahagia. Kamu gak rindu pulang?"
Elisa teringat dan mengangguk membenarkan semua kalimat Ibunya.
"Ibu bakal nungguin kamu disini. Ibu bahagia kalo Kara bahagia, Ibu akan selalu lihat Kara dari atas." Ibu Karalina memberi pengertian pada putrinya.
"Kara boleh peluk Ibu?" Ucap Elisa.
Wanita itu tersenyum dan mengangguk, ia merentangkan lengannya memberi Elisa ruang untuk memeluk dirinya.
Elisa menubruk tubuh Ibunya. Ia memeluk dengan erat menyalurkan rasa rindu dan bahagianya. Semakin lama matanya terasa berat, ia terpenjam kesadarannya perlahan terenggut.
"Pulanglah, Sayang."
****
Sudah hampir tiga hari Elisa tak sadarkan diri semenjak ditemukan. Dokter menyatakan Elisa menderita trauma sehingga tubuhnya menolak sadar. Mereka hanya menyarankan untuk pihak keluarga mendoakan yang terbaik agar Elisa segera sadar.
Ruang rawat Elisa tak pernah sepi dari kunjungan. Mereka terus bergantian berjaga, sambil medoakan agar gadis itu segera sadar. Rahardja dan juga Kameleon bahkan mengambil cuti dari pekerjaannya. Ayah mana yang tak khawatir melihat kondisi putri bungsunya yang memprihatinkan. Bahkan Kameleon tak bisa tidur nyenyak sejak menemukan Elisa. Elkairo baru pulang untuk istirahat, pasalnya pria itu sudah seperti mayat hidup, begitu juga dengan Arsalan, semua tak lepas dari paksaan Raha. Ia tak ingin ada yang tumbang saat menjaga Elisa.
Sofia kini berjaga, wanita itu akan memandikan tubuh Elisa menggunakan tisu basah, Sofia menyeka seluruh badan Elisa dengan hati-hati. Ia terus mencoba kuat agar bisa melihat Elisa saat bangun. Setelah selesai menyeka seluruh badan Elisa, Sofia segera memakaiakan baju yang nyaman.
Setelah membereskan barangnya dan mengizinkan Raha dan Kameleon untuk masuk lagi, Sofia duduk di kursi sebelah Elisa. Ia menggemggam tangan Elisa. Mengusap punggung tangan putrinya, sesekali memberi kecupan.
"Bangun, Sayang. Kamu gak kangen Mama?" Ucap Sofia.
"Papa, Bang Leon, Bang Elka, Arsa sama sahabat kamu pada nunggu kamu bangun. Kamu gak bosen tidur lama? Gak kangen makan masakan Mama? Gak kangen jailin Bang Elka? Gak kangen malak uangnya Bang Lepon?" Sofia terus mencoba mengajak Elisa berkomunikasi. Meyakini bahwa Elisa akan mendengar segala celotehan mereka.
"Kamu juga gak kangen pacar kamu itu? Arsa udah kelihatan nyawanya tinggal separuh tiap lihat kondisi kamu, jangan tidur lebih lama lagi Kara," lanjut Sofia. Tak hanya Arsalan yang terlihat nyawanya tinggal separuh tapi mereka semua.
Kameleon menghampiri Mamanya, ia mengusap bahu Sofia. Diikuti oleh Raha yang entah sejak kapan juga ikut berdiri disebelah Sofia.
"Kara kuat, Mah. Dia pasti segera bangun." Kameleon menenangkan Sofia. Ia ikut merasa sedih dengan kondisi Elisa, adik bungsu kesayangannya itu kenapa harus mengalami peristiwa yang mengerikan.
"Iya, putri kita pasti segera bangun." Raha menimpali. Ia mengusap kepala Elisa yang kini masih terpejam.
Sofia sangat bersyukur, memiliki keluarga yang menerima segala kekurangan mereka. Bahkan saling menyayangi, terutama mereka menyayangi Elisa dengan sepenuh hati. Ini adalah mimpi yang menjadi nyata.
"Bangun Sayang, kami semua menyayangimu dan menunggumu," ucap Sofia. Air matanya kembali jatuh, ingin sekali ia menukar penderitaan Elisa padanya. Putrinya sudah terlalu sering merasakan sakit.
Raha memeluk bahu istrinya, mereka terus berdoa agar Elisa lekas sadar dan kembali kedalam pelukan mereka.
Kameleon menatap Elisa intens, ia mengedip berulang saat melihat mata adiknya seperti bergerak.
"Mah, Kara bangun," ucap Kameleon.
"Sayang...." panggil Sofia yang juga melihat tangan Elisa mulai bergerak dan mata putrinya itu perlahan ingin terbuka.
Rahardja segera memencot tombol darurat dokter. Ia juga berharap cemas, semoga kali ini putrinya mau sadar dan bangun dari tidur panjangnya. Sudah cukup Elisa menyiksa mereka dengan rasa khawatir dan takut yang tak berkesudahan.
"Sayang, kamu bisa dengan Papa?"
"Syukurlah akhinya Kara bangun," ucap Raha yang sangat lega.
"Perlahan aja, Kara. Jangan dipaksakan," timpal Kameleon.
Mata Elisa perlahan terbuka, gadis itu mulai menyesuaikan cahaya yang masuk dalam penglihatannya. Elisa menatap sekitar yang terasa memusingkan kepalanya. Ia kembali memejamkan matanya sebentar, dirinya bisa mendengar suara keluarganya yang memanggil dan ucapan syukur atas bangunnya dirinya. Elisa ingin menangis rasanya.
"Sayang, Mama disini," ucap Sofia, mengusap pipi Elisa yang basah karena air mata. Sofia ikut menangis terharu, akhirnya Elisa putri kecilnya sadar kembali.
Elisa ingin berbicara, namun bibirnya masih sulit. Tubuhnya terasa lemas dan sakit mulai menyerang. Ia ingin memeluk mereka, namun hanya air mata yang terus mengalir. Ternyata keluarganya sangat menunggu dirinya untuk kembali dalam pelukan mereka. Elisa sangat bersyukur.
"Tenang, ya. Semua udah baik-baik aja. Dokter sama perawat hampir sampai." Sofia terus menenangkan putrinya.
Dokter dan perawat mulai memasuki ruangan, mereka meminta keluarga untuk menunggu diluar ruangan guna memeriksa kondisi Elisa lebih lanjut.
Kemeleon segera menghubungi Elkairo dan Arsalan, agar mereka tak khawatir lagi. Elisa sudah kembali bersama mereka.
****
Hello! Author kembali!
Jangan lupa klik follow, vote dan komen serta tambah cerita ini ke reading list kalian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall in You (Selesai)
Short Story🌼Perpindahan jiwa musim 4 🌼 follow akun author sebagai dukungan. silahkan berkunjung ke lapak author untuk membaca cerita yang lainnya. Karalina yang meninggal dunia, tiba-tiba terbangun di tubuh Elisa Karaline. Si antagonis kedua dari novel yang...