tiga puluh tujuh

14K 780 11
                                    

Sudah satu minggu sejak Mama dan Papanya keluar dari rumah sakit. Kini Mamanya dalam masa pemulihan, Sofia mendapat cuti selama dua bulan sedangkan Papanya sudah bisa kembali bekerja, meski semua masih banyak dilakukan dari rumah. Sebenarnya Raha sudah menyarankan untuk resign saja, namun Sofia menolak. Wanita itu sangat menikmati pekerjaannya. Sementara Raha hanya bisa mendukung saja, tak ingin mengekang istrinya akan hal-hal yang wanita itu sukai. Pria itu juga senang jika Sofia berkarir, tak masalah baginya, yang terpenting mereka saling menyukai apa yang dikerjakan.

Elisa sekarang sudah jauh lebih tenang, ia juga sudah bisa beraktivitas dengan leluasa. Tak ada lagi beban dan rasa takut akan kondisi kedua orang tuanya lagi.

"Kenapa?" Tanya Arsalan yang duduk disebelah Elisa. Mereka kini tengah berada di kantin bersama para sahabat.

"Gak papa, gue udah lega sekarang karna Mama sama Papa udah balik sehat." Elisa membagi pikirannya dengan Arsalan.

"Gue juga senang kalo lo udah mulai bisa tertawa lagi, gak ada beban kayak beberapa minggu lalu." Arsalan juga mensyukuri akhirnya Elisa bisa kembali beraktivitas dengan tenang, tanpa beban pikiran tentang kedua orang tuanya. Ia juga sempat khawatir, jika Elisa sampai jatuh sakit karna kondisi dan menjaga kedua orang tuanya.

"Ini lagi satu tatap-tatapan dari tadi," celetuk Sabumi memecah fokus kedua sejoli itu.

"Sirik bilang aja!" Balas Arsalan mengejek.

"Ampun yang gak jomblo lagi maennya ngehina sekarang," ucap Sabumi, mengangkat tangannya tanda menyerah.

"Lo kemarin kemana? Pesan gue gak lo balas?" Cerca Elkairo yang duduk berhadapan dengan Isla.

"Kenapa? Kepo banget," balas Isla dengan sebal.

"Gue tanya, buruan jawab pake belibet segala," ucap Elkairo yang masih menuntut jawaban.

"Isla nonton bioskop sama gue, udah lo juga gak usah ribet tinggal jawab juga. Dari kemarin ganggu orang lagi q-time sama sohib," kesal Maria. Pasalnya ponsel Isla terus bergetar saat mereka nonton dan mengganggu kenyamanan sekitar, mereka bahkan hampri diusir dari dalam bioskop.

"Gara-gara lo kita hampir diusir dari bioskop! Ini juga satu pakai tarik ulur, kalo suka tembak aja apa susahnya sih, Isla! Lain kali gak usah ngajak gue jalan, sono jalan aja sama Si Elka." Sembur Maria, demi Tuhan ia malu sekali kemarin. Juga kesal dengan Elkairo dan Isla. Tinggal jadian aja, apa susahnya sih.

"Salah dia tuh!" Tunjuk Isla pada Elkairo, ia tak ingin disalahkan sendiri disini. Pokoknya salah Elkairo karna acara nontonnya dengan Maria berantakan.

"Kok gue? Kalo lo ngangkat terlfon gue kemarin, gue gak bakal spam telfon sama pesam ke nomor lo." Elkairo tak mau mengalah, ia menatap Isla dengan tampang watados.

"Lo!" Tunjuk Isla tak mau kalah.

"Dua-duanya sama aja! Tinggal jadian aja, apa susahnya!" Sembur Maria. Semakin kesal saat melihat pertikaian keduanya langsung. Aih, ia yang pecinta ketenangan, kini harus banyak marah karna tingkah keduanya yang membuatnya ikut gemas.

"Sabar, Sayang. Jangan marah-marah," ucap Narendra. Kini memberi satu botol minum dingin pada Maria.

"Sayang-Sayang, pala lo!" Balas Maria, kini gantian menatap tajam Narendra. Namun, ia tetap meraih minum tersebut. Ia butuh minum untuk menjernihkan pikirannya.

"Loh? Gak boleh?" Balas Narendra, menaik turunkan alisnya.

"Gak!" Balas Maria.

"Ini lama-lama pada pacaran juga sama sahabatnya Arsalan, untung gue enggak." Julie berbicara pada Elisa dan Arsalan. Keduanya menhmgangguk setuju.

Fall in You (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang