• 29 •

3.6K 364 90
                                    

Untuk yg gak pernah vote cerita ini, bisa yuk divote dari chapter 1 sampe chapter 28 biar cerita ini bisa nyampe 10 ribu vote.

SPAM KOMEN JANGAN LUPA GUYS!
KALO BANYAK SIDERS KUBUAT SAD ENDING JUGA INI CERITA!

Ahra membuka matanya ketika merasakan usapan lembut pada pipi kanan serta kepalanya, siluet seorang pria yang duduk di ranjang samar-samar dilihatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ahra membuka matanya ketika merasakan usapan lembut pada pipi kanan serta kepalanya, siluet seorang pria yang duduk di ranjang samar-samar dilihatnya. Ahra bisa merasakan tangan dingin pria itu di pipi panasnya, karena demamnya yang belum juga turun.

Mata Ahra perlahan terpejam lagi, dia terlalu lemah untuk memperhatikan dengan lekat siapa lelaki itu. "Kau harus makan, sayang."

Suara itu membuatnya kembali membuka mata, dan kini wajah Haechan yang tersenyum lembut menyambutnya. Tangis wanita itu pecah saat itu juga, membuat Haechan segera memeluk tubuh Ahra yang panas itu dengan erat.

"Aku sudah di sini," ucap Haechan seraya mengecup pipi Ahra berulang kali. "Uljima... " ujarnya dengan sangat lembut.

"Kenapa kau pulang?" tanya Ahra ketika Haechan melepaskan pelukannya.

"Bagaimana mungkin aku membiarkan istriku sendirian saat demam seperti ini. Apalagi, dia sedang mengandung anak-anakku," jawab Haechan.

"Tapi, bagaimana peker-"

"Ssttt.. Aku sudah menyelesaikan semuanya dan Mark Hyung yang akan melanjutkan sisanya," sela Haechan membuat Ahra kembali menarik leher lelaki itu untuk di peluknya.

"Aku sangat merindukanmu Oppa," ucapnya.

Haechan tersenyum, "Aku lebih merindukanmu, sayang. Sekarang kau makan ya? Kata Eomma kau tidak mau makan. Bagaimana dengan anak-anak kita jika Ibunya tidak mau makan?" bujuk Haechan.

Ahra akhirnya mengangguk membuat Haechan melepaskan pelukan tersebut lalu membantu Ahra duduk dan bersandar ke kepala ranjang. Haechan mengambil mangkuk berisi bubur yang di bawa Ibu mertuanya lima menit yang lalu sebelum Ahra bangun.

"Sejak kapan Oppa sampai?" tanya Ahra.

"Mungkin, sepuluh menit yang lalu."

Ahra terkejut, "Lalu Oppa langsung kemari? Oppa harusnya beristirahat, aku akan makan sendiri."

Haechan menggeleng, "Aku bisa istirahat nanti. Sekarang yang utama adalah membuat istriku sembuh," ucapnya membuat Ahra diam dan akhirnya menerima suapan dari pria itu.

"Wajahmu merah karena demam atau karena perona pipi lagi?" goda Haechan.

"Oppa!" kesal Ahra dengan suara lemahnya membuat Haechan terkekeh.

"Mianhae.. " ucapnya dengan lembut lalu mengusap sudut bibir Ahra.

Pintu kamar Ahra terbuka, Nyonya Choi masuk dan menghela napas lega melihat putrinya yang sudah mau makan. "Tinggallah di sini sampai Ahra benar-benar sembuh," ucapnya.

My Perfect dr. Husband  》Haechan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang