13

38 7 0
                                    

Hera mencelupkan jarinya ke dalam akuarium berisi air yang di dalamnya hanya ada seekor ikan kecil berwarna emas. Ekor dan siripnya mengembang bergerak meliuk-liuk. Akuarium itu dihiasi dengan pasir dan beberapa tanaman air. Ada juga karang dengan bentuk abstrak di sudut akuarium sehingga ikan kecil itu bisa bersembunyi di sana. Di bagian tepi dinding kaca tertempel penyaringan air agar air tidak kotor juga lampu panjang di bagian tepi atas. Namun, yang membuat Hera merasa kasihan dengan ikan kecil itu adalah tidak punya teman dan akuarium besar untuk seekor ikan kecil itu cukup berlebihan.

"Kamu pasti kesepian karena nggak punya teman," gumam Hera sambil mengetuk dinding kaca akuarium dengan jari telunjuknya. Ikan kecil itu juga berenang di hadapan Hera seakan memberitahu bahwa ia senang bertemu dengan gadis itu.

Hera tidak menyadari sosok yang berdiri di ambang pintu kamar sedang mengamati tingkah Hera. Ia juga mendengar apa yang digumamkan Hera. Arzen merasa kamarnya terlihat kaku tanpa sentuhan warna cerah, jadi ia memutuskan untuk memelihara ikan. Namun, keisengan Arzen justru menarik perhatian gadis itu.

"Justru kamu yang terlihat kesepian."

Hera terkesiap mendengar suara berat milik Arzen yang berdiri di ambang pintu. Arzen yang melihat itu tersenyum tipis dan berjalan mendekat.

Arzen ikut duduk di sebelah meja tempat akuarium berada tepat di seberang Hera. "Kamu suka hewan?" Arzen membuka tutup toples berisi makanan ikan dan menyerahkannya kepada Hera agar gadis itu memberi makan ikan yang ada di dalam akuarium.

Hera mengangguk. "Di rumah oma ada kucing cantik." Gadis itu mengambil sejumput pakan ikan dan menaburkannya di atas air. Ikan kecil itu mulai berenang ke permukaan dan mulutnya bergerak terbuka dan tertutup. Matanya tak lepas dari kegiatan ikan kecil yang sedang makan itu.

"Tapi kucing oma nggak kesepian, karena oma punya banyak kucing," ucap Hera, menyerahkan toples itu kembali kepada Arzen. "Oma juga pelihara ikan koi di belakang rumah."

"Kamu mau cari teman untuk Marigold?" Arzen tidak benar-benar ingin menanyakan ini, tapi karena ia berpikir Hera menyukai hewan, jadi ia tanpa sadar bertanya.

Itu nama yang cocok untuk ikan kecil berwarna emas dengan sirip yang mengembang bila ia berenang, mirip seperti bunga marigold. Mendengar itu, Hera menganggukkan kepalanya. Ia juga ingin mencari teman yang berwarna cerah untuk ikan itu.

Arzen akhirnya menyarankan hari lain di mana mereka bisa pergi membeli ikan hias, karena Arzen ada pertemuan dengan pak Wahyu pagi ini. Hera pun tidak masalah, jadi mereka memutuskan untuk pergi mencari ikan besok setelah Hera pulang sekolah.

***

Dapur itu terlihat sibuk tidak seperti biasanya. Misa yang sejak dulu ingin memiliki anak perempuan, tapi takdir berkata lain, jadi ia merasa senang saat Hera menginap di rumahnya. Sore ini Misa mengajak Hera membuat berbagai makanan untuk nanti malam. Misa merasa senang karena Hera tidak kaku dalam urusan dapur. Gadis itu terlihat lihai memotong wortel menjadi bagian-bagian kecil.

"Ada makanan yang kamu sukai?" Di sela Misa mengupas bawang, ia menolehkan kepalanya dan melihat Hera telah selesai dengan kegiatannya.

"Aku suka semuanya, tapi aku nggak bisa makan kacang." Hera meraih bawang putih dan juga membantu mengupasnya.

Misa kemudian mulai bersemangat mendengar penuturan Hera. "Bagus, dong kamu nggak pilih-pilih makanan, anak-anak Mama selalu mengeluh kalo makannya nggak sesuai dengan selera mereka," sanjung Misa, tapi juga mengeluh karena anak-anaknya.

"Oma pernah bilang, nggak baik pilih-pilih makanan. Seharusnya kita bersyukur karena masih bisa makan makanan enak setiap hari. Berbeda dengan orang-orang yang sulit hanya untuk makan sesuap nasi." Oma selalu menasehati Hera dengan membandingkan kehidupannya saat itu dengan orang yang jauh lebih susah dengan dirinya. Hera selalu mendengarkan bagaimana perjuangan Oma saat masih kecil dulu. Saat itu tidak ada kompor gas, tidak ada ponsel pintar yang saat ini banyak digunakan, dan juga tidak banyak kendaraan pribadi. Untungnya keluarga Oma termasuk keluarga mampu.

Take Me HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang