Di dalam toko itu banyak sekali akuarium dengan berbagai ukuran dan jenis ikan yang berbeda. Hera melihat sekelilingnya dengan tatapan takjub. Ikan-ikan cantik itu berenang meliuk-liukkan ekornya. Beberapa ikan akan bersembunyi saat ia melihat lebih dekat dan beberapa lagi akan berenang seakan memamerkan kecantikannya.
"Kamu sudah tau mana yang mau kamu pilih?" Arzen bertanya karena melihat Hera yang bingung memilih satu di antara banyaknya ikan di toko itu.
Hera melirik Arzen kemudian kembali melihat ikan di dalam akuarium. Ia tidak tahu harus memilih ikan yang mana karena semua ikan yang ada di sana sangat menarik dan punya kecantikannya sendiri. Namun, karena tidak ingin melihat Arzen merasa bosan, ia menunjuk seekor ikan yang berukuran sekitar 10 senti yang bersembunyi di balik karang.
"Aku mau ikan itu."
Arzen melihat ikan yang dipilih Hera. Ikan itu sedikit lebih besar daripada Marigold dan memiliki warna biru dengan beberapa warna hitam di bagian siripnya. Bukankah ikan ini terlalu mirip dengan gadis itu? Sepertinya Hera memilih ikan yang pemalu sesuai dengan karakter dirinya.
Arzen tersenyum dan mengangguk kemudian memanggil pemilik toko dan mengatakan ingin membeli ikan yang dipilih Hera. Pemilik toko itu juga memberi arahan bagaimana cara merawat ikan itu dan memberi bonus pakan ikan.
Setelahnya Hera dan Arzen kembali ke mobil. Bahkan setelah duduk di jok penumpang, Hera terus memegang boks akrilik berisi ikan pilihannya. Arzen yang memperhatikan tingkah Hera diam-diam tersenyum.
"Kamu puas?"
Hera menoleh ke arah Arzen dan mengangguk. "Terima kasih."
"Kamu harus merawatnya dan memberinya nama," kata Arzen yang pandangannya tak lepas dari jalan beraspal.
"Nama?" Hera melupakan hal terpenting untuk bisa lebih dekat dengan hewan peliharaannya. Hera harus memilih nama yang cocok untuk ikan kecil berwarna biru itu.
"Iya. Kamu harus memberinya nama setelah memutuskan untuk memeliharanya."
Hera paham, jadi ia berpikir hingga mobil Arzen terparkir di basemen mal. Pria itu turun lebih dulu dan membuka pintu tempat Hera duduk.
"Lanjutkan nanti, sekarang turun dan ikut aku." Arzen tahu gadis itu tengah melamun memikirkan nama untuk ikan peliharaannya.
Hera melihat Arzen yang sudah berada di luar dan menyadari dirinya bukan berada di rumah, tapi tempat dengan mobil berderet seperti di dalam suatu bangunan.
"Kita mau ke mana?" Hera meletakkan boks akrilik di atas dashboard dan menyambut tangan Arzen untuk turun dari mobil.
"Kita pergi mencari dress." Arzen menutup pintu mobil dan menarik Hera agar berjalan bersisian.
Hera hanya diam saja karena ia tidak tahu untuk siapa Arzen mencari dress. Kali ini Hera benar-benar menggenggam tangan Arzen erat karena ia tidak mau tertinggal seperti saat bersama Aren dan Rinjani tempo lalu. Arzen yang menyadari genggaman di tangannya semakin erat hanya membiarkannya.
Arzen menarik Hera ke salah satu toko pakaian dan mendudukkan Hera di sofa yang ada di sana. Arzen memanggil salah satu karyawan dan menanyakan dress pesanannya. Setelah karyawan itu pergi Arzen mendudukkan dirinya di samping Hera yang hanya diam saja sedari tadi sejak mereka memasuki mal. Entah apa yang dipikirkan gadis itu, Arzen tidak akan bertanya.
Karyawan wanita datang dengan tiga potong dress yang berbeda warna, melihat itu Arzen menyuruh Hera untuk ikut dengan karyawan itu. Tanpa menolak perintah Arzen, Hera mengikuti karyawan toko dengan patuh, walau ia sempat bertanya dalam hati untuk apa ia harus pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Me Home
Teen FictionHarapan Hera hanyalah bisa mengubah sikap ayahnya menjadi sosok yang hangat dan perhatian seperti saat ia kecil dulu. Semua usaha ia kerahkan untuk mengubah ayahnya menjadi seperti semula termasuk menuruti apa yang ayahnya katakan. Namun, kesalahann...