20

52 8 0
                                    

Linda sedang bersantai di ruang keluarga saat pintu utama diketuk. Wanita itu berdiri dan membuka pintu, melihat siapa orang yang bertamu. Itu adalah Arzen dan seorang perempuan seumuran Hera yang pernah datang menjenguk anaknya bersama Aren.

Rinjani tersenyum canggung saat matanya bertemu pandang dengan Linda. Rinjani sedikit terkejut saat mendapat pesan dari Aren bahwa kakaknya ingin meminta tolong padanya. Saat Rinjani bertanya pertolongan apa yang bisa ia berikan, Aren justru berkata bahwa ia sendiri juga tidak tahu, karena kakaknya hanya menyuruh Rinjani datang dengan sedikit paksaan. Belakangan Rinjani tahu Arzen menyuruhnya untuk mendandani Hera.

Saat melihat berbagai macam peralatan make up sudah tertata di dalam boks, matanya tidak bisa berkedip secara normal. Itu semua baru dan dengan merk terkenal. Rinjani saja harus menabung untuk membeli salah satunya selama satu minggu. Namun, Rinjani dengan senang hati membantu Arzen, karena itu adalah hal yang Rinjani kuasai.

Linda tersenyum sebelum menanyakan apa yang membawa anak sahabatnya datang kemari, "Kamu cari Hera?"

"Iya Tante," jawab Arzen. Pria itu terlihat rapi dengan setelan jas berwarna navy serta kemeja biru pudar. Rambutnya yang biasa dibiarkan terurai hingga menutupi keningnya kini tertata sebagaimana seorang pria dewasa berpendidikan. Sepatu pantofel berbahan dasar kulit yang ia kenakan tampak mengkilat seperti baru saja disemir.

"Aku mau meminta izin mengajak Hera sebagai pendamping ke pesta pernikahan teman," ucap Arzen memberikan alasan kenapa ia berkunjung kemari.

Linda mengangguk paham sehingga ia tahu mengapa Arzen berdandan sedemikian rupa sebelum menyingkirkan tubuhnya yang menghalangi pintu dan menyuruh mereka masuk.

"Hera belum pernah pergi ke pesta sebelumnya," kata Linda yang menuntun mereka ke kamar Hera. "Jadi Tante harap kamu mengawasinya," lanjutnya.

Rinjani yang mengikuti di belakang tidak bisa tidak berpikir kehidupan seperti apa yang dijalani Hera hingga gadis itu bahkan tidak pernah pergi ke pesta. Apa Hera juga tidak pernah menghadiri acara ulang tahun temannya?

"Tentu," jawab Arzen lugas.

Mereka tiba di depan kamar Hera. Linda mengetuk pintu sebelum suara halus milik Hera memberi izin.

Mereka memasuki kamar dengan nuansa sejuk sebab warna biru pudar lebih mendominasi. Nuansa itu sangat cocok untuk gadis muda seperti Hera yang memiliki karakter pemalu dan tidak banyak bicara.

Hera sedang membaca buku saat ia mendengar pintu kamarnya diketuk. Saat melihat orang-orang yang mengekor di belakang ibunya Hera tidak bisa tidak mengerutkan keningnya, kenapa orang-orang ini bisa ada di sini. Terutama Rinjani yang menenteng boks.

Matanya beralih menatap Arzen yang membawa sebuah paper bag. Pria itu sangat berbeda dengan apa yang pernah ia lihat. Sangat dewasa dan tampan.

"Arzen mau mengajak kamu pergi ke pesta," kata Linda, menghampiri Hera yang duduk di kasurnya. Tatapannya beralih melihat Arzen. "Tapi Hera nggak punya pakaian yang cocok untuk dipakai pergi ke pesta." Linda sedikit terlambat menyadari bahwa ia tidak pernah membelikan dress cantik untuk anaknya. Jadi, saat ini Hera tidak memiliki apa yang dibutuhkan.

"Bukan masalah. Aku sudah membeli gaun untuk Hera." Arzen berjalan mendekat dan memberikan paper bag itu kepada Hera.

Hera yang tidak tahu pembicaraan apa yang tengah terjadi, menatap ibunya penuh tanya seraya tangannya menyambut pemberian Arzen. "Memangnya aku mau ke mana?"

"Kamu akan ikut denganku pergi menghadiri acara pernikahan temanku." Itu adalah Arzen yang menjawab.

"Tapi ini terlalu berlebihan. Abang udah beliin aku banyak pakaian beberapa hari lalu juga sepatu-sepatu itu," ucap Hera merasa berat menerima gaun pemberian Arzen. Namun, di sisi lain ia merasa senang karena bisa bertemu dengan Arzen lagi. Selama ini ia pergi dan pulang sekolah bersama ibunya.

Take Me HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang