16.1

43 9 0
                                    

Halo, para pembaca setia. Aku minta maaf karena tidak update dalam jangka waktu yang cukup lama dan membuat kalian menunggu. Aku juga mau mengucapkan terima kasih karena telah membaca karya ku (yang aku kira nggak ada pembacanya), terutama untuk yang memberikan dukungan berupa vote untuk cerita ini.

Bilamana ada kesalahan kepenulisan atau alur yang tidak sinkron dalam cerita ini, mohon beri tahu di kolom komentar.

****

"Papa bilang kita nggak boleh main terlalu jauh," ucap seorang gadis kecil bersurai hitam, berusaha memperingatkan sang adik yang dengan semangat menarik tangannya. Alfa yakin saat ini bibi pengasuh akan panik karena mereka pergi diam-diam. Gadis itu menatap sekitar. Rumahnya sudah tidak terlihat dan jalanan komplek cukup lengang sore itu.

"Aku mau main di taman. Aku bosan main di rumah terus," ujar Hera kecil.

Alfa menghentikan langkahnya dan Hera yang merasa kakaknya berhenti, terpaksa membalikkan tubuhnya. Alfa menatap Hera, adik kecilnya itu tumbuh bersamanya di keluarga yang cukup ketat. Ia khawatir jika sang ayah mengetahui mereka pergi ke luar rumah tanpa sepengetahuan siapapun, mereka akan dimarahi.

Melihat Hera yang murung dengan wajah lucunya, membuat Alfa tidak tega untuk menolak. "Kalau begitu sebentar saja."

Akhirnya mereka tetap pergi ke taman. Suasana taman tidak terlalu ramai karena bukan hari libur. Hera berlari menuju ayunan besi yang menjadi tempat favoritnya bila datang ke taman dan duduk di atasnya.

"Kakak, dorong ayunanku," ucap Hera antusias.

Alfa tidak menolak dan menghampiri Hera, mendorong ayunan dengan tempo pelan agar adiknya tidak jatuh. Suara besi yang seling bergesekan dan iringan tawa mengalun dari bibir kecil mereka yang terlihat sangat menikmati permainan.

"Kak," panggil Hera saat ayunan sudah tidak lagi bergerak. Alfa yang duduk di ayunan sebelah kiri Hera menoleh.

"Ada apa?" tanya Alfa karena Hera tidak kunjung bicara.

"Bentar lagi 'kan Kakak ulang tahun. Kakak selalu kasih aku hadiah setiap aku ulang tahun, jadi aku mau kasih hadiah untuk Kakak juga." Hera tersenyum cerah. Gadis kecil itu telah menyiapkan hadiah berupa gelang untuk sang kakak yang dibelinya bersama ibunya tanpa sepengetahuan Alfa.

Alfa mengangguk. Setiap Hera berulang tahun, Alfa selalu memberi Hera hadiah. Terakhir gadis itu memberikan sebuah boneka Teddy bear yang tingginya setara dengan orang dewasa. Alfa belum pernah menerima hadiah ulang tahun dari Hera, jadi saat Hera mengatakan akan memberinya hadiah, Alfa merasa senang dan tidak sabar menunggu hari itu tiba.

"Aku nggak sabar menerima hadiah itu," ucap Alfa.

Hari sudah semakin sore dan taman sudah sepi. Alfa beranjak dari ayunan dan mengajak Hera pulang. Saat Hera beranjak dari ayunan, terbesit sebuah ide untuk mengajak Alfa berpacu lari.

"Kak, ayo kita lari. Siapa yang sampai luar duluan dia yang menang."

Alfa menyetujuinya. Namun saat ia mulai berhitung, Hera sudah berlari terlebih dahulu.

"Hera curang!" Alfa mengejar dari belakang.

Hera tertawa senang karena berhasil mengerjai sang kakak. "'Kan aku bilang siapa yang sampai luar duluan dia yang menang, kenapa Kakak malah berhitung?"

Hera terus berlari tanpa memperhatikan ke depan hingga ia menabrak sesuatu dan terjatuh.

"Aduh." Hera meringis karena bokongnya membentur tanah cukup keras.

"Hera!" Alfa mempercepat larinya dan menghampiri Hera. Gadis itu membantu Hera berdiri dan membersihkan bagian belakang rok adiknya yang kotor.

"Kamu baik-baik saja?" tanya seorang pria yang baru saja Hera tabrak.

Take Me HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang