"ya!!......." felix menyembulkan kepala dari balik pintu kamar mandi miliknya. dengan suara pelan ia memanggil hyunjin sambil melihat ke arah roommate yang sudah setengah berbaring dan setengah badan lagi menyandar di sandaran kasur milik hyunjin sendiri.
hyunjin lengkap berselimut, felix baru ingat kalau kemarin roommate nya itu sedang panas tinggi, tapi lihat pagi ini siapa yang menjadi jahat memperlakukan orang yang sedang sakit.
hyunjin yang merasa di sapa pun menoleh ke sumber suara. melihat roommate kecil tetapi sangat ganas itu.
"apa sakit banget i-itu mu?. maafkan aku, tadi hanya refleks"
sambil menunjuk spot yang di maksud menggunakan jari telunjuknya, felix berucap dengan tulus setelah merasa bersalah dengan perlakuan kasar kepada hyunjin.
"aku rasa adik ku sekarang sudah berada di ujung tanduk keselamatannya" dengan nada sedih, hyunjin menunjuk sambil melihat ke arah miliknya yang kini tertutup oleh selimut tebal.
"mungkin dia akan mati. dan.......... aku tidak akan bisa meniduri luna lagi, aku bahkan belum memiliki keturunan, mungkin aku tidak akan memiliki generasi penerus" tentu di tambah dengan bumbu-bumbu dramatis bertabur kesedihan palsu.
tidak sakit lagi, miliknya baik-baik saja sekarang, beberapa menit yang lalu memang sangat ngilu dan perih, namun kemudian rasa itu perlahan memudar dan menghilang. hyunjin bohong tentang sakitnya sekarang. hanya saja anak kucing nakal itu harus di berikan pelajaran agar tidak sembarangan menendang kebanggaan alpha.
"y-ya~ beneran separah itu?" felix yang tadinya hanya menyembulkan kepala kinu keluar dari kamar mandi dengan gesture cemas dan khawatir.
hyunjin buang muka, ia menatap kosong ke arah jendela.
"jika adik ku tak lagi berfungsi, lalu apa gunanya aku hidup di dunia ini, aku tak akan bisa menghasilkan apa-apa, aku tak akan bisa merasakan rut lagi"
ucapan itu buat felix semakin merasa bersalah, tentu felix tau kebanggaan alpha, jika sudah tak bisa menggagahi lalu apa gunanya lagi?.
dengan langkah ragu-ragu, untuk pertama kalinya felix melewati batas ruangan mereka. ia mencoba mendekati hyunjin yang masih saja ber-acting tanpa sepengetahuan felix.
ia berniat meminta maaf dengan tulus dan akan mencoba cari solusi terbaik untuk kesembuhan 'adik hyunjin itu agar normal kembali.
hyunjin melirik dari ekor mata, lihat kucing itu mulai memberanikan diri masuk kedalam perangkap nya, kemudian senyum tercipta cukup tipis sekali, tak akan ada yg sadar dengan senyuman hyunjin karena memang sangat tipis.
"y-ya... m-maafkan aku....... aku tak sengaja melakukan nya..... kamu mengagetkan ku tadi pagi, d-dan aku tidak pernah b-berpelukan dengan alpha sebelumnya ... ini canggung untuk ku jika di peluk dengan tiba-tiba begitu"
dengan terbata, felix coba jelaskan situasinya dengan se jujur mungkin, dengan harapan agar hyunjin mau memaafkan kesalahan fatal yang telah dirinya perbuat. kini pun felix telah berdiri tepat di samping kasur hyunjin, menatap hyunjin lekat dengan raut yang tampak lesu dan sedikit cemas disana.
memang terdengar mustahil, hyunjin sedikit tak menyangka bahwa anak nakal yang kemarin menungging setengah telanjang dengan dildo yang baru digunakan di tangan nya itu ternyata masih perawan.
lalu dimana dia belajar memuaskan diri menggunakan barang-barang itu?.
menonton porno dan mencari alternatif selain tidur dengan sembarangan alpha lah jawaban nya.
hyunjin menoleh cepat ke arah felix, ia menatap tepat dimata anak itu.
felix berkedip tiga kali, padahal hanya di balas tatap saja tapi aura hyunjin mampu buat jiwa imajinasi nya langsung berlutut di lantai. saking tajam dan dalam nya tatapan alpha di depannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Omega [²] || hyunlix
Fanfictionhyunjin tak menyangka orang tuanya benar-benar mengirim dirinya tinggal di sebuah asrama. Terbiasa hidup mewah tentu membuat dirinya agak susah beradaptasi hidup di ruang sempit ini. Parahnya, asrama ini mengharuskan ia tinggal dengan orang lain...