Felix dan hyunjin kini bertatapan sengit. Felix dengan bercekak pinggang, dan hyunjin dengan melipat tangan di depan dada.
Keduanya menunjukkan muka tanpa ekspresi dengan penuh kebencian disana, jika ini adalah dunia fantasi maka siapapun pasti dapat melihat ada kobaran api imajiner yang tengah mengelilingi di sekitar tubuh kedua nya dengan aura kabut hitam membara di sekeliling hyunjin dan felix sebagai Tanda tak suka dengan atensi masing-masing.
Keduanya berdiri di hadapan satu sama lain tepat berada di tengah-tengah ruangan. hyunjin di sisi kasur nya, dan Felix di sisi kasur Felix.
"Punya penggaris nggak lo?" Persetan dengan aku-kamu, jika sudah bermusuhan begini tak ada guna nya lagi menggunakan bahasa yang penuh santun. Pikir hyunjin.
"Lo pikir aja dong, kuliah gue jurusan apa?" Jawab Felix tak kalah ketus. Tak disangka, Felix pun menggunakan bahasa yang sama, tak ada lagi intonasi selembut hari-hari biasanya.
Kesabaran Felix telah habis jadi dirinya tak akan lagi ber baik-baik ria dan bersikap palsu di depan roommate kurang ajar nya ini.
Dia akan menunjukkan kebencian nya kepada hyunjin. Lihat saja nanti siapa yang bertahan dan memiliki kamar asrama ini.
Bendera perang sudah berkibar, air dan api telah saling mendidih dan berkobar. Kini saatnya mereka berperang, kamar adalah tahta yang harus di perebutkan.
Yang kalah, jelas dia harus angkat kaki dan harus suka rela di tendang.
Hyunjin berbalik arah, menuju ransel yang ia sangkutkan di sisi kasur nya, keluarkan sebuah spidol permanen dari dalam sana. Kemudian ia berjalan menuju arah jendela yang menjadi pembatas besar kamar mereka.
Jendela itu memiliki dua sisi dan punya garis tengah. Garis tengah nya itu membagi rata antara besar sisi kepemilikan ruangan hyunjin dan sisi kepemilikan ruangan Felix. Mudah saja jika hyunjin ingin menggambar batas wilayah keduanya.
Hyunjin buat garis di lantai menggunakan spidol permanen. Membuat garis mulai dari jendela itu sampai ke ujung pintu keluar.
Felix takjub, hyunjin menggambar garisnya benar-benar lurus, tak melenceng sedikit pun. Wilayah keduanya terbagi sama rata.
Hyunjin melempar spidol nya ke atas kasur lalu kembali tegak menghadap Felix.
"Mulai hari ini, Lo atau gue nggak boleh lewatin garis yang udah gue gambar. Ini adalah batas wilayah. Kalau barang Lo atau barang gue mau sengaja atau enggak melewati batas ini maka otomatis barang itu sudah ganti kepemilikan. Ngerti kan lo omega haus sperma"
"Oke siapa takut, kalau Lo ngelewatin batas dengan sengaja atau pun enggak, Lo harus dapat hukuman nya dari gue"
"Berlaku ke Lo juga lah, dikit aja kaki Lo masuk ke wilayah gue. Gue juga bakalan hukum Lo"
"Deal"
******
Dua hari sudah berlalu, Felix tau menggambar batas ruangan bukan lah akhir dari perang kemarin.
Perebutan kekuasaan masih terus berlanjut. Sekalipun Felix tetap santai namun roommate nya tidak sejalan dengan pikiran Felix.
Hyunjin semakin menjadi. Semakin gencar melaksanakan aksinya, dia begitu optimis dan semakin semangat mengganggu ketenangan Felix agar Felix semakin tak nyaman berbagi kamar dengan nya.
Sekalipun dirinya tak pernah melewati batas ruangan yang telah keduanya sepakati, selalu ada cara bagi hyunjin untuk mengganggu Felix.
Contoh nya sekarang.
Felix tengah belajar karena memang di beri tugas individu oleh salah satu dosen nya. Ia harus berkonsentrasi untuk menyelesaikan tugas ini agar mendapatkan nilai yang baik tapi lihat lah hyunjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Omega [²] || hyunlix
Fanfichyunjin tak menyangka orang tuanya benar-benar mengirim dirinya tinggal di sebuah asrama. Terbiasa hidup mewah tentu membuat dirinya agak susah beradaptasi hidup di ruang sempit ini. Parahnya, asrama ini mengharuskan ia tinggal dengan orang lain...