Chapter 8

1.8K 143 19
                                    

Yang itu. Tidak, mungkin yang ini.

Lisa sudah lama menyerah untuk berdiri di depan lemarinya. Sebelum dia bisa memilih sesuatu untuk dipakai, kakinya sudah terasa pegal. Jadi sekarang di sinilah dia, duduk di tepi tempat tidurnya dan mengintip lima pakaian terbaik yang telah dia pilih untuk kencannya dengan Jennie hari itu.

Bagaimanapun juga, ini adalah bisnis yang serius.

Seorang wanita tidak pernah punya cukup waktu untuk memilih pakaian yang sempurna. Tidak masalah jika pewaris miliarder dengan perusahaan pakaian dalam yang sukses itu sebenarnya bukan pacarnya. Tentu saja orang-orang akan mengira mereka sedang berkencan.

Dan sebagian dari diri Lisa ingin berpura-pura bahwa itu nyata.

Dia tidak bisa begitu saja sembarangan mengambil gaun atau blus dari lemarinya.

Lisa menghela napas.

"Uuggghh." Dia mengangkat kakinya ke atas tempat tidurnya. Semakin ia memikirkannya, semakin ia menyadari bahwa satu-satunya pakaian yang cocok untuk kencan di lemari pakaiannya yang masih muat adalah sebuah shift dress bermotif bunga dari Dollar General. Meskipun gaun itu sangat cocok untuk makan siang atau makan malam santai, jalan pikirannya menyatakan, Jika aku tidak akan memakainya untuk makan siang bisnis yang serius, aku tidak akan memakainya untuk "kencan" dengan Jennie Kim.

Bel pintu rumahnya berbunyi.

Lisa mengerang. Mungkin bel itu akan berhenti. Namun, bel berbunyi lagi.

"I'm coming!" Butuh waktu lebih dari satu menit untuk menyeret dirinya dari tempat tidurnya dan menuju pintu. Ketika ia mengintip dari lubang intip, ia berharap melihat satu orang, mungkin membawa sebuah bungkusan. Namun, ia justru melihat sebuah tim kecil yang terdiri dari beberapa orang berpakaian rapi yang memegang rak pakaian dan ember berisi makeup.

What.The.Hell?

Lisa mengayunkan pintunya. Sebelum ia sempat mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya, seorang pria botak dengan setelan jas dan sepatu yang baru saja disemir masuk ke dalam apartemennya.

"Kita tidak punya banyak waktu!" katanya dengan aksen angkuh. "Di mana tempat yang bagus untuk bekerja, hm? Ini..." Dia menunjuk ke ruang tamu Lisa, yang hampir tidak cukup besar untuk menampung sofa, kursi berlengan, dan TV. "Tidak cukup luas. Apa Anda punya kamar tidur utama di mana kita bisa mengerjakan pekerjaan kita, Nona... ah..."

"Manoban. Lisa Manoban." Dengan pakaian olahraga dan kaus oblongnya, ia mendekati pria itu, yang tidak bergeming sedikit pun. "Ada yang bisa ku bantu? What the hell is this about?"

"Oh, kau tidak diberitahu. Aku mengerti." Pria itu menjentikkan jarinya. Rombongan pria dan wanita yang datang, masing-masing berbau parfum yang lebih kuat dari yang sebelumnya, seakan-akan mereka memiliki hak untuk berada di apartemen Lisa. "Tidak apa-apa. Miss Kim telah mengutus kami untuk mendandani mu untuk kencan kalian." Ia mengangkat tangannya dan melangkah melewati Lisa, menggonggong memerintah dalam bahasa Italia atau Perancis-Lisa terlalu bingung untuk membedakannya sekarang.

"Miss Kim mengutusmu?"

Lisa menyilangkan kedua tangannya, tidak bergeming dari posisinya yang kaku di tengah ruang tamunya. Rak-rak pakaian berderet di sekelilingnya. Penata rias mengkritik pencahayaan dan langsung membuka tirai, menghalangi cahaya matahari di ruang tamu. Cahaya terang menyorot wajah Lisa.

Dia mengangkat tangan untuk melindungi matanya. "Ini adalah pelanggaran privasi ku. Siapa kamu sebenarnya?"

"Ah! Tentu saja kamu tidak mengenalku. Miss Kim telah memberi tahu ku bahwa kau bukan berasal dari kalangan kami, bagaimana kita mengatakannya ya... ya kau berasal dari dunia kecil kami."

Crossing The Line (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang