Prolog

32.6K 886 7
                                    

Seorang gadis tengah berdiri tegap di atas gedung lantai 3 di sekolah itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang gadis tengah berdiri tegap di atas gedung lantai 3 di sekolah itu.

Penampilan yang berantakan, rambut dan seragamnya yang terlihat basah. Sesekali ia menghapus air mata yang menetes.

Terlihat beberapa murid tengah menyaksikan tanpa niatan membantu atau membujuknya untuk turun dari atas gedung berlantai 3 itu.

"Aurel, aku minta turun!" Suara salah satu dari mereka memecahkan keributan.

"Iya Aurel, kalo mereka ngga bisa ngehargain kamu setidaknya masih ada kita sebagai sahabat." Sautan lainnya.

"Hiks, kalian ngga akan pernah paham sama apa yang aku lalui." Ucapnya pelan, ia tidak membalas perkataan kedua gadis yang telah menjadi sahabatnya itu.

"Kenapa harus aku?" Tanyanya, sembari mengangkat kepala menghadap langit.

Aurelia Kanaya P, seorang gadis cantik yang bisa di katakan kalangan menengah atas.

Sikap yang baik, ramah dan kepedulian yang tinggi selalu saja menjadikannya bahan bullying dari beberapa murid lain.

Hingga, kejadian itu berhasil merebut kebahagiaannya.

Malam yang seharusnya menjadi sebuah kenangan indah, namun berakhir menjadi menyakitkan.

Malam yang seharusnya di penuhi dengan tawa, kini berubah menjadi cacian dan hinaan.

Dia malu, takut, apa yang akan di katakan semua orang kepada keluarganya?

Aurel tau, keluarganya akan melindungi, dan selalu berada di sisinya.

Tapi tidak, Aurel malah makin kalut dengan rasa malu itu.

Apa yang Tuhan rencanakan untuknya, kenapa harus sesakit ini? Kenapa orang yang seharusnya melindungi malah berbalik meninggalkan.

Aurel kotor, dia bahkan merasa jijik dengan dirinya sendiri. Kenapa ia tidak melawan, kenapa malam itu ia merasa menikmati semua apa yang mereka lakukan, kenapa? kenapa?

Bolehkan dia menyerah?

Ia mengalihkan pandanganya ke arah bawah gedung, kini ia bisa melihat kedua sahabatnya menangis sembari mengucapkan kata "turun", terlihat beberapa murid yang memandangnya kasian, dan tak jarang juga yang memandang remeh.

"Halah, berdiri di situ doang gue juga bisa. Kenapa ngga langsung lompat aja. Kelar kan?" Mendengar itu, Aurel tersenyum.

"GILA, SEBENARNYA APA SALAH AUREL SAMA KALIAN SEMUA? KENAPA KALIAN SELALU MEMOJOKKAN DIA, HAH!" Cukup, ia sudah tidak tahan melihat mereka yang selalu membully sahabat nya itu.

"Hiks, Rena udah jangan hiraukan mereka. Sekarang kita harus bujuk Aurel buat turun, okey?"

"Nita, mereka udah keterlaluan. Bahkan mereka juga yang-" ucapannya terputus kala gadis bernama Nita berteriak.

"NGGA!! Au-rel"

BRUKK

Hening.

Kini semua orang terpaku dengan apa yang mereka lihat.

Bahkan Nita  jatuh terduduk setelah menyaksikan dengan kedua matanya sendiri, sahabat yang selalu memeluk dan menghiburnya kini telah pergi.

Tak jauh berbeda dengan Nita. Setelah mendengar sahabatnya teriak tadi, tubuh Rena kaku di tempat, darah dari Aurel menyiprat ke arahnya. Karena Rena dan Nita berdiri persis di depan tubuh Aurel jatuh.

Para guru dan semua murid terdiam, bahkan tubuh mereka terasa sulit untuk di gerakan. Hingga satu suara berhasil memecahkan keheningan di lapangan itu.

"AUREL!!"

"AUREL!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC!

Jangan lupa vote, komen and follow

See you next chapter.

BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang