XXXVIII

5.1K 258 22
                                    

Sydney, Australia

Di sebuah gang, seorang gadis berusia delapan belas tahun menatap lurus ke arah sekelompok pria dewasa yang tengah memukuli pria lainnya.

Sesekali ia berdecak kesal.

"Gue mau pulang, bisa ngga berantemnya di pending dulu"

Gadis itu melipat kedua tangan di depan dada, menendang kerikil yang ada. Merasa lelah berdiri lama, sang gadis kembali menatap ke arah depan, tanpa sengaja matanya bertatapan dengan pria yang terlihat mulai lelah melawan keempat pria dewasa di depannya.

Mengernyit kening dan mulai paham sesuatu yang sempet tak terpikirkan.

"Ngapain gue nunggu kaya orang gila? Kan tinggal gue usir aja? Dasar bodoh!"

Membawa langkahnya memasuki area gang dan menatap kearah pria yang tadi sempat bertatapan.

"Empat lawan satu? Banci sekali" Ucapnya, keempat pria yang membelakangi sang gadis seketika menengok ke arah belakang.

"Bos, ada cewek cantik lumayan"

"Ngapain? Mau menyerahkan diri kamu?"

"Lah, situ yang ngapain. Udah tau gang buat jalan tikus malah di blokir dengan kegiatan unfaedah"

"Muter balik, cari jalan lain ribet amat. Dah sana minggir, apa perlu gue pake dulu tu tubuh haha"

Mendengar apa yang pria itu katakan membuat sang gadis tersenyum misterius.

Melihat senyum itu, salah satu dari keempat pria dewasa membeku.

Sial, dia pernah melihat senyum itu. Tapi di mana?

"Lagian ya, tu cowok udah sekarat. Masih perlu di aniaya lagi kah? Ngga punya hati amat, is is"

Salah satu pria mendekat ke arah sang gadis, saat di depan gadis berusia enam belas tahun, matanya menatap mesum tubuh itu dan tersenyum.

"Threesome? Kayaknya lebih nikmat" Mendengar itu, sang gadis memutar bola matanya malas.

"Heh om, kalo mau jadi pedofil itu jangan terlalu pd. Belum tentu tu yang di bawah bisa bikin gue nikmat dan lagi pula-" Menggantung ucapannya dan kembali tersenyum.

"Gue lebih suka mendengar teriakan memohon ampun saat pisau kecil ini menyayat-nyayat tubuh seseorang dan mencongkel salah satu bola matanya saat dia dengan beraninya menatap mata ini" Setelah mengatakan itu, terdengar teriakan dari pria yang tadi berada di depan gadis itu.

Arghhhh!!

Seketika tubuh pria itu ambruk tanpa bergerak sedikitpun, ketiga pria yang berada di depannya membeku. Sial, apa yang baru saja mereka lihat? Kenapa temannya ini berteriak dan tiba-tiba pingsan?

Tak selang beberapa lama, tubuh pria tadi mengeluarkan cairan merah kental dari area perutnya.

Ketiga pria itu menatap ke arah sang gadis yang tengah menatap balik ketiganya dengan tersenyum.

"Mau?"

Seketika ketiganya terdiam, mencoba mendekati salah satu temannya yang terkapar.

Tak jauh berbeda dengan ketiga pria dewasa itu, pria yang lebih muda menatap tajam ke arah gadis yang sedari tadi memenuhi pikirannya.

"Siapa dia? Di jam satu malam masih berkeliaran dan dia tau gang ini?" Ketika asik dengan pikirannya, tanpa sadar gadis yang dari tadi berada di pikirannya sudah berada di depannya.

"Lu okey?"

"Eh, o-oke"

"Cih, dengan luka tusukan di area perut masih bisa bilang okey? Gue yakin lukanya dalem"

BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang