Sepasang suami istri mendatangi SMA SKJ bersama dengan petugas kepolisian, kepala sekolah selaku pemegang tanggung jawab menemui mereka.
"Sebelumnya, maaf tuan Lukman ada apa ini?" Tanya kepala sekolah.
"Anak saya Deni, dari kemarin belum pulang ke rumah."
"Lalu kenapa bapak mendatangi sekolahan? Dan membawa pihak kepolisian?" Tanya salah satu guru, yang menjabat sebagai wakil kepala sekolah.
"Saya tidak akan mendatangi sekolah, jika Deni tidak ada di sini!" Ucapnya.
Mendengar apa yang di katakan pria paruh baya itu, sontak membuat semua yang ada di ruangan menatap bingung.
Melihat kebingungan itu, salah satu pihak kepolisian menjelaskan situasinya.
"Kamu tidak ingin menjelaskan terlalu rumit sebelumnya, alasan dari kedatangan kami adalah posisi terakhir dari ponsel Deni berada di sekitar sini." Mendengar apa yang di katakan pihak kepolisian, tentu saja membuat suasana di ruangan menjadi lebih sunyi.
Johan selaku kepala sekolah menghampiri salah satu guru dan menyuruhnya untuk mengumpulkan semua murid.
Guru itu segera keluar dari ruangan, tak lama terdengar suara pengumuman.
"Untuk semua murid SMA SKJ silakan berkumpul di lapangan sekarang. Sekali lagi untuk semua murid SMA SKJ untuk berkumpul di lapangan sekarang."
Mendengar pemberitahuan pengumuman barusan, tentu saja membuat semua murid saling memandang satu sama lain.
Penasaran dengan apa yang terjadi, mereka semua segera berkumpul ke lapangan. Kebetulan saat ini masih jam istirahat.
Sesampainya di lapangan, Johan segera menginterupsi.
"Sebelumnya maaf jika bapak menyuruh kalian berkumpul saat ini."
"Bapak ingin bertanya. Kemarin, apa di antara kalian ada yang tau di mana Deni saat ini?" Terlihat semua murid bingung dengan pertanyaan itu.
Tak lama, satu suara menginterupsi.
"Maaf pak, kebetulan saya teman sekelas Deni dan satu ekstrakurikuler. Kemarin bahkan sampe hari ini saya tidak melihat Deni berada di sekolahan." Mendengar itu sontak membuat sepasang suami istri kaget.
"Kamu jangan bohong, jelas-jelas anak saya kemarin berangkat sekolah!" Ucap sang istri -Risa.
"Maaf tante, tapi itu emang benar. Kalian juga liat Deni ngga kemarin?" Tanya siswa yang biasa di panggil Joni kepada teman-temannya.
"Bener pak, saya dari kemarin ngga liat Deni di sekolah."
Seorang siswa laki-laki terlihat bersujud memohon ampun ke arah gadis yang duduk di salah satu kursi di sana.
"Gue tau gue salah, tapi gue mohon. Jangan siksa gue lagi." Gadis itu berjalan ke arahnya.
"Lo mohon ke gue? HAHAHAHAHA" Tawa sang gadis membuatnya semakin takut, dia tidak pernah setakut ini.
"Tau siapa gue?" Tanya sang gadis.
"Aurel" Jawab pria itu pelan.
"Aurel? Apa lo lupa kalo Aurel itu udah mati? Dan dalang dari kematiannya itu kalian!"
"Deni Stepanus, apa sakit?" Pria itu mengangguk dengan cepat.
"Gue bakal lepasin lo saat ini juga, dengan satu syarat." Mendengar itu, Deni menatap gadis yang berdiri di depannya. Saat itu juga Deni merasa kaget.
"Lo, bukan Aurel." Sang gadis mengangkat satu alisnya lalu tersenyum.
"Oh, kita belum kenalan. Gue Aura." Bisa Deni lihat, senyum gadis itu benar-benar mirip dengan dia.
"Lo, bakal lepasin gue kan?"
"Of course," Ada sirat kebahagiaan di wajah Deni, namun kebahagiaan itu lenyap kala Aura menodongkan pistol tepat ke arah jantungnya.
"Gue bakal lepasin, kalo lo masih bisa hidup." Ucapnya sembari tersenyum.
DOR
Tubuh Deni langsung ambruk, sebelum benar-benar menutup matanya bisa dia lihat Aura menyeringai.
"Lo emang bukan pelaku utama, tapi lo juga ikut andil dalam kejadian itu." Setelah mendengar itu mata Deni tertutup.
Melihat tubuh pria di depannya terkulai lemas, Aura menyentuh Deni dengan jari telunjuk tepat di dadanya.
"Cih, sedikit meleset." Aura mengangkat jari telunjuk yang tadi menyentuh Deni, melihat telunjuknya ternoda darah tanpa rasa jijik dia memasukannya kedalam mulut dan tersenyum.
Seorang pria yang berjaga di depan pintu hanya bisa mematung menyaksikan apa yang di lakukan gadis itu.
Terkadang dia merasa takjub dengan dirinya yang kuat bekerja dengan nona nya.
"Ngga bapak, ngga anak gila semua." Monolog pria itu.
Aura berjalan ke ara pintu.
"Lempar dia ke bawah." Mendapatkan perintah, pria tadi segera berjalan ke arah siswa pria yang baru saja menjadi mainan dari nona nya.
"Ganteng juga ni anak, tapi sayang berani bangunin psikopat yang tidur." Setelah mengatakan itu, pria tadi langsung menyeret mayat siswa laki-laki dan menjatuhkannya dari atas gedung sekolah itu.
BRUKK
Sekali lagi, tepat di depan mata mereka, seseorang jatuh dari atas gedung berlantai 3. Namun, bukan bunuh diri lagi kali ini.
AAAAAAAAAAA
Teriak semua murid yang berada di lapangan, dan jangan lupakan reaksi semua guru dan pasangan suami istri yang tengah mencari keberadaan anaknya.
Saat melihat wajah itu, sontak membuat Risa berteriak dan berlari ke arah tubuh siswa yang saat ini sudah tak bernyawa.
"DENI!!"
See you in the next chapter.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK
Teen FictionRank: # 1 - bunuh diri (20 Desember 2023) # 1 - pembalasan (16 Mei 2024) # 2 - dendam (20 Mei 2024) # 3 - misteri (7 Juli 2024) Kedatangannya bagai bom waktu, terutama untuk mereka yang menjadi dalang dari kematian gadis itu. Aura Bercly Alexander...